MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Jika ingin melihat Smart Digital School berkunjunglah ke Sekolah Islam Sabilillah Malang (SISMA). Terutama di SD Islam Sabilillah Malang 2. Lokasinya di Kampus 3 LPI Sabilillah Malang. Di Jalan Terusan Ikan Piranha Atas, Kota Malang.
Ruang kelas SD Islam Sabilillah Malang 2 semuanya sudah sistem digital. Tidak lagi menggunakan papan tulis. Bahkan tidak dengan LCD. Sekolah ini menggunakan Interactive Flat Panel (IFP). Untuk ukuran Sekolah Dasar, sarana belajar ini sudah sangat canggih.
Guru menjelaskan pelajaran dengan touchscreen. Berbasis internet. Terkoneksi dengan e-learning atau learning management system yang selama ini digunakan.
Kepala SD Islam Sabilillah Malang 2 M. Isnin Hasanah, S.Pd menyampaikan, smart building atau smart digital school menjadi satu program yang tengah digalakkan Sekolah Islam Sabilillah Malang. Maka di SD Islam Sabilillah Malang 2 belajar berbasis digital menjadi unggulan. “Untuk angkatan pertama ini, kami membuka pendaftaran siswa baru tiga kelas. Alhamdulillah pendaftar sudah ada dua kelas, tinggal satu kelas,” ucap Isnin.
Menurutnya, penggunaan teknologi membuat belajar semakin mudah. Siswa juga tidak jenuh. Mereka belajar dengan visualisasi yang menarik. Apalagi guru-guru SISMA dikenal dengan cara mengajar mereka yang kreatif.
Isnin mengungkapkan, cinta ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu dari nilai Sabilillah Penuh Cinta. Ini juga menjadi landasan pengembangan sistem digital di SD Islam Sabilillah Malang 2.
Tekad SISMA melahirkan para calon pemimpin peradaban dunia tidak sekedar slogan. Berbagai upaya strategis dan terobosan inovatif dilakukan secara konsisten di berbagai bidang.
Maka siswa tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan. Tidak sekedar kompeten. Tetapi juga kreatif dan terampil dalam penggunaan teknologi. “Dengan demikian, wawasan keilmuan dan kecakapan digital anak-anak menjadi keunggulan dalam kompetensi mereka,” ucapnya.
Kelas-kelas di SD Islam Sabilillah Malang 2 diformat tidak kaku. Tidak semua berjejer lurus. Tapi juga ada yang melingkar membentuk kelompok-kelompok. Di kelas juga ada kursi sofa. Semua ditata menyerupai ruangan di rumah. “Kami sengaja mengatur demikian supaya tidak kaku. Agar anak-anak betah, karena kelas mereka serasa di rumah,” ungkapnya. (sir/imm)
