Saturday, October 11, 2025
spot_img

SDN Dinoyo 2 Kembalikan MBG

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Aroma Tidak Sedap

MALANG POSCO MEDIA- SDN Dinoyo 2 Malang mengembalikan ratusan paket Makanan Bergizi Gratis (MBG) usai ditengarai adanya lauk makanan yang tidak layak konsumsi. Ratusan paket MBG itu dikembalikan ke SPPG Yayasan Bani Umar karena pihak sekolah tidak mau ambil risiko kesehatan anak anak didiknya.

Waka Kurikulum SDN Dinoyo 2, Nunik Martin Lestari menjelaskan, dugaan lauk tidak layak konsumsi itu dikarenakan adanya aroma makanan yang tidak sedap. “Biasanya, setiap kali makanan tiba kami lihat terlebih dahulu layak atau tidak sebelum dibagikan. Tapi Kamis (9/10) kemarin, saat boxnya dibuka kok tercium bau tidak enak, baunya menyengat,” ungkap Nunik, Jumat (10/10).

-Advertisement- HUT

Insiden itu terjadi tepat ketika mobil SPPG baru saja mengirimkan paket MBG tersebut sekitar pukul 08.30 WIB. Usai menerima paket MBG, pihak sekolah yang saat itu dilakukan oleh Rizki, Koordinator MBG, langsung melakukan pengecekan. Di saat pengecekan itulah dirasakan adanya aroma tidak sedap. Setelah itu, Rizki pun langsung melaporkan kepada Nunik dan kepala sekolah. Lalu keduanya juga melakukan pengecekan secara acak untuk memastikannya lagi. “Saat kami cek bersama, untuk nasinya aman, gorengan aman, buah stroberi juga segar. Tapi ayam suwirnya saja yang bermasalah,” sebut dia.

Tidak cukup disitu saja, pengecekan juga kemudian dilakukan bersama pihak SPPG dan ahli gizi. Saat pengecekan, dari ahli gizi mencicipi langsung lauk yang diduga tidak layak konsumsi karena aroma yang kurang sedap. Disampaikan Nunik, dari pihak ahli gizi berkeyakinan lauk masih layak. Kendati begitu, pihak sekolah tidak ingin ambil risiko dengan mengorbankan ratusan siswa.

“Saya sampaikan ke pihak SPPG: ‘Mohon maaf ya mbak, perut orang dewasa sama anak-anak kan beda. MBG hari ini (kemarin), saya tidak berani berisiko’. Daripada nanti anak-anak bermasalah, lebih baik kami kembalikan saja. Kami sangat selektif soal makanan,” ucap Nunik.

Sementara itu, Kepala SPPG Yayasan Bani Umar, Martinus Yossa Saputra, hingga malam kemarin belum memberikan konfirmasi. SDN Dinoyo 2 Malang tercatat telah menerima program MBG dari SPPG Yayasan Bani Umar sejak 8 September lalu dengan menyasar sebanyak 492 siswa di sekolah tersebut.

Terpisah, merespon terkait persoalan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Suwarjana menyampaikan bahwa pihak sekolah memang harus mengutamakan kehati-hatian dan ketelitian sebelum mendistribusikan MBG kepada siswanya. Bahkan, sesuai standar operasional prosedur (SOP) terbaru, setiap guru juga kini wajib meneliti dan mencicipi MBG

“Saat MBG datang, kewajiban kami adalah meneliti dan melihat kelayakannya, bahkan mencicipi. Kalau ada yang tidak layak, harus dikembalikan. Ini juga sudah menjadi instruksi dari Wali Kota Malang,” tegas Suwarjana.

Oleh karenanya, adanya kejadian tersebut, ia pun mengingatkan kepada SPPG supaya kedepan bisa lebih berhati-hati. Jarak waktu antara memasak dengan waktu makan, tidak boleh terlalu lama. Suwarjana menyebut hal ini jadi pelajaran agar kedepan semua pihak bisa lebih ketat dan makin hati-hati. “Biasanya makan diberikan siang, setelah istirahat kedua. Jika ada yang tidak layak, jangan takut untuk mengembalikan semuanya,” tegasnya.

Lebih jauh, Dinas Kesehatan Kota Malang juga telah mengambil sampel makanan dari MBG yang dilaporkan di SDN 2 Dinoyo. Saat ini tengah dilakukan pemeriksaan di laboratorium terhadap sampel makanan yang diduga tidak layak tersebut.

“Dari sampel makanan itu sudah kami ambil untuk dilakukan pemeriksaan. Lalu kami bersama instansi terkait juga sudah melakukan pengecekan ke SPPG, mulai dari SOP, proses memasak, distribusi, hingga penyimpanan di storage,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan dr. Husnul Muarif.

Berdasarkan pengecekan di lapangan, pengawasan dari ahli gizi di SPPG tersebut sebenarnya sudah berjalan. Penjamah makanan di SPPG tersebut juga telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan.

Meski begitu, untuk Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS), memang belum dimiliki karena masih dalam proses. Namun untuk memastikan penyebab dan kebenaran temuan makanan tidak layak, perlu menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. “Kami belum dapat laporan lebih lanjut, tapi sampel makanan sudah diambil untuk diperiksa. Tapi tindakan sekolah yang memeriksa dan menarik makanan sebelum dibagikan itu bentuk pengawasan yang bagus,” tutur Husnul.

“Kalau ada makanan yang tidak sesuai, terutama dari sisi kesehatan, dicek dulu dan tidak dibagikan. Itu langkah pencegahan yang bagus,” pungkasnya. (ian/udi)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img