Guru SD Racuni Anak Istri Lalu Bunuh Diri
MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Sebelum ditemukan meninggal dunia bersama ARE, 13, anaknya, Sulikhah sempat sumringah karena menerima pesanan kue. Ini dikatakan Dodik Wokanubun, sepupunya kepada Malang Posco Media, kemarin. Bahkan, wanita ini sempat berbelanja bahan kue tersebut.
Seperti diketahui, Sulikhah ditemukan tewas bersama ARE, salah satu anak kembarnya usai diminumi Wahaf Efendi, suaminya racun. Jenazah keduanya ditemukan di dalam kamar rumah kontrakannya, Dusun Boro Bugis, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Selasa (12/12) pagi.
“Sehari sebelum ditemukan meninggal, dia yang kesehariannya menjual kue secara online dan offline, sempat membeli bahan-bahan kue. Sedangkandi toko depan gang rumah kontrakan, dia membeli mika untuk bungkus pesanan kue,” papar Dodik. Keterangan pria ini juga dibenarkan Sasongko, 39, pemilik toko Amanah, tempat Sulikhah berbelanja.
“Ya, dia hanya membeli mika untuk bungkus kue pesanan. Jumlahnya 15 biji. Saat itu sekitar pukul 17.00. Sulikhah memang kerap membeli bahan kue seperti tepung di toko saya. Tapi agak lama sudah jarang. Mungkin membeli di tempat lain atau gimana, tidak tahu,” paparnya. Sulikhah, katanya, datang ke tokonya dengan sumringah.
Dari wajahnya, yang dilihat Sasongko, wanita yang juga pengurus ekstrakurikuler karawitan di SMPN 4 Kota Malang itu, tidak menunjukan hal-hal dirinya dalam kondisi bermasalah atau tanda-tanda akan meninggal dunia. “Sekitar 10 menit, Bu Sulikhah belanja di toko saya,” imbuhnya.
Sasongko mengaku kerap melihat pelanggan kue Sulikhah datang dengan menggunakan mobil dan diparkir depan toko miliknya. “Saya juga pernah tester mencicipi kue molen yang dibuat. Dagangannya enak dan laris. Sebab, pelanggannya sering memarkir mobil di depan toko saya. Kalau masuk ke gang kesulitan,” pungkasnya.
Sementara itu, buntut meninggalnya ARE, teman-teman sekolahnya di SMPN 4 Malang datang ke rumah Yatiran, kakeknya di Jalan Locari RT05 RW02 Desa Sekarpuro, Pakis, kemarin. Mereka datang untuk bertakziah. Di sana, mereka yang datang dengan wali murid dan guru, memanjatkan doa.
Novis, salah satu saudara Sulikhah, mengatakan keluarga besar Sulikhah tidak mengetahui permasalahan yang menimpa wanita ini bersama Wahaf Efendi, suaminya. Kondisi ekonomi pun disebut tidak bermasalah. Termasuk pula dalam pembayaran sewa rumah kontrakan milik Dasiyem, 64.
“Selama tujuh tahun Wahaf bersama keluarganya mengontrak, tidak ada permasalahan saat membayar uang sewa. Bayarnya tertib. Per tahun Rp 6,5 juta. Setelah dua tahun, dia sendiri yang menaikkan harga sewanya jadi Rp 7 juta. Padahal kami tidak pernah meminta naik,” ujar Mak Yem, nama sapaan Dasiyem. “Mereka mengaku kalau kerasan tinggal di rumah kontrakan. Bahkan, kalau ada rejeki, mau dibeli sekalian,” imbuhnya. (den/mar)