spot_img
Monday, May 6, 2024
spot_img

Sedih, Uang Kuliah Tak Bisa Ditawar

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA- Penerimaan maba Jalur Mandiri menyisakan cerita miris.  Seperti yang dialami Ayu (nama samaran). Salah satu mahasiswi Universitas Brawijaya (UB) yang masuk melalui Jalur Mandiri tahun ini mengeluhkan masalah biaya. Selain harus memikirkan Iuran Pengembangan Institusi (IPI), Uang Kuliah Tunggal (UKT) juga dirasa terlalu besar.

“Sedih karena setelah mengajukan keringanan ternyata tidak diterima. Dapatnya UKT golongan VI, sekitaran Rp 6 jutaan. Padahal orang tua pekerjaan guru dan adik-adik masih sekolah semua. Kakak saya satu baru lulus kemarin belum dapet pekerjaan, belum bisa bantu,” curhat Ayu.

Meski keringanan UKT  tidak diterima, ia memilih untuk tetap berkuliah di UB. Sebab dari segi finansial bagi Ayu lebih efisien berkuliah di UB. Orang tuanya sendiri mengarahkan Ayu untuk berkuliah di perguruan tinggi negeri dibandingkan perguruan tinggi swasta. Sehingga praktis pilihannya hanya UB atau UM.

“Untuk mendaftar ke sana sini saja kemarin itu sudah keluar biaya banyak. Daripada kuliah ke Surabaya seperti kakak kemarin, mending tetap di Malang, jadi tidak keluar biaya hidup atau kos. Kebetulan jurusan ini yang saya pilih dan saya yakini bisa,” sebut Ayu.

Berbeda dengan Ayu, Alifia mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Malang mengaku tidak lolos jalur mandiri UB. 

“Saya maunya masuk di Fakultas Hukum, yang bagus menurut saya di UB. Tapi ya harus menerima kenyataan,” katanya. Dia akhirnya memilih di universitas swasta dengan biaya yang lebih terjangkau. 

Malang Posco Media sudah berusaha konfirmasi ke pihak UB terkait keluhan mahasiswa tersebut. Namun hingga berita ini diturunkan, pukul 20.00 WIB, Rektor UB Prof Widodo  S.Si  M.Si  Ph.D  Med.Sc belum memberikan tanggapan. 

Namun sebelumnya Widodo telah memastikan pelaksanaan Jalur Mandiri di UB selama ini tidak ditemukan adanya pelanggaran dan penyalahgunaan. Meski ia memang mengakui stigma ‘main mata’ masih ada di tengah masyarakat.

“Saya kira tidak ada. Mestinya memang di masyarakat itu kan ada imej seperti itu. Tapi Insya Allah kita semua nanti dengan ditingkatkan profesionalisme dan transparansi, Insya Allah tidak ada masalah kedepan,” kata  Widodo beberapa waktu lalu. (ian/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img