MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Gelaran karnaval Bantengan Nuswantara pada Minggu (7/8) lalu mampu menjadi momen kebangkitan ekonomi. Utamanya pada sektor wisata. Karnaval 1.000 banteng yang mengusung tema ‘Sambung Roso Sambung Tresno’ itu diklaim menghasilkan perputaran uang hingga miliaran rupiah. Angka yang sepadan untuk karnaval yang menyedot puluhan ribu penonton.
Ketua Himpunan Pramuwisata Kota Batu Ilham Adilia menyampaikan apresiasinya atas segala partisipasi yang diberikan semua pihak. Ia menilai Bantengan Nuswantara menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang masif.
“Saya salut dan amat kagum terhadap semua pihak, para pemikir, penggagas dan penggerak kegiatan ini. Pergerakan ekonomi secara masif terlihat, sudah 14 kali dilaksanakan, artinya sudah kurun waktu 14 tahun acara 1.000 Bantengan terlaksana,” jelas Ilham, Selasa (9/8).
Dikatakan, dalam analisis secara kasar ada 1.000 hingga 1.500 peserta bantengan. Ditambah tak kurang 100 panitia dan 40.000 penonton dan pedagang asongan ataupun UMKM. Perputaran uang dari festival budaya tersebut bisa diakumulasikan mencapai Rp 1,6 miliar.
“Jika dijumlahkan 41.600 jiwa yang telah tergabung dalam event Bantengan Nuswantara.
Kalau masing masing membelanjakan rata-rata 40.000 per orang, dengan asumsi beberapa kebutuhan, maka kisaran 40.000 x 41.600 = 1.664.000.000,” terangnya.
Angka tersebut diprediksi berputar selama satu kali festival berlangsung. Dirincikan, rata-rata pengunjung membelanjakan untuk konsumsi, pakaian, pernak-pernik, minuman ringan, jajanan maupun mainan anak.
Ilham menuturkan, bahwa Bantengan Nuswantara bukan petistiwa seni belaka. Tapi sudah merupakan peristiwa budaya. “Saya katakan bahwa bantengan berdampak sosial ekonomi yang besar. Segi sosial, anak balitapun mampu meniru acting bantengan. Dari segi ekonomi, di pojok-pojok desa muncul gerai penjual asesoris bernuansa bantengan. Mulai dari mainan anak dan kerajinan sejenis,” imbuhnya.
Seperti diberitakan, peringatan 14 tahun Bantengan Nuswantara di Kota Batu, Minggu (7/8) kemarin jadi hiburan terbesar setelah pandemi Covid-19. 1.000 banteng beratarksi, kalap massal pun terjadi. Festival itu menjadi yang pertama kegiatan besar tingkat kota yang digelar pasca pandemi. Terakhir karnaval bantengan digelar tahun 2018.
Sekitar 50 grup bantengan dari Malang Raya dan beberapa daerah lainnya. selain seniman bantengan Malang Raya, pada kegiatan tersebut juga dihadiri penari dan musisi dari beberapa daerah. Bahkan luar negeri dengan menampilkan performance art. Peserta dari luar daerah di antaranya dari Mojokerto hingga Jombang. Sedangkan dari luar negeri yakni Malaysia, Australia, Jepang dan Singapura.(tyo/eri)