spot_img
Sunday, June 22, 2025
spot_img

Sejak Era Bentoel, Berawal dari Kepanpelan, 13 Tahun jadi Fotografer Tim

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Taufik Soleh, Sosok Senior  22 Tahun
Bekerja bagi Arema

22 tahun lebih Taufik Soleh bekerja di Arema FC. Banyak momen suka dan duka dia lalui. Mulai dari menikmati manisnya momen juara hingga merasakan bagaimana bersama tim berjuang lepas dari degradasi.

MALANG POSCO MEDIA – Bisa jadi, dia adalah salah satu sosok yang paling lama yang kini terlibat aktif di dalam tim. Selain dari manajerial klub, Cak Taufik, begitu dia biasa disapa sudah bekerja lebih dari 22 tahun lalu ketika Arema masih di bawah kepemilikan Bentoel.

2002 akhir tawaran itu datang kepadanya. Dari almarhum Pak Gogor, yang saat itu adalah pegawai di Arema yang sebelumnya juga sudah aktif ketika tim tersebut masih menjadi milik pendiri klub kelahiran 1987 itu.

“Seingat saya 2002 akhir atau 2003 awal saya ditawari. Saat itu Arema dibeli Bentoel dan membutuhkan orang-orang berkompeten dalam sebuah pertandingan. Kebetulan, ada penawaran dari teman, Pak Gogor untuk bekerja di kapenpelan untuk kompetisi 2003,” kata Taufik Soleh mengawali cerita.

Namun menurutnya, pertama masuk dia bukan sebagai fotografer atau yang terlibat di media klub. Melainkan masih pihak eksternal untuk penyelenggaraan pertandingan.

“Mungkin waktu itu karena melihat saya punya kemampuan dan relasi yang memadai. Saya punya  kenalan dengan beberapa event organizer yang berhubungan untuk pemenuhan perlengkapan pertandingan. Kalau sekarang masuk bagian logistic equipment,” terang dia kepada Malang Posco Media.

Cak Taufik pun waktu itu tak berpikir panjang. Sebagai Arek Malang, ia adalah Aremania yang kerap menyaksikan laga. Kesempatan itu tentu adalah berkah baginya karena bisa bekerja sembari melihat Arema.

“Saya kan Aremania, sangat senang dengan Arema. Dulu kalau ada Arema tanding, biasa lihat. Tapi, kalau untuk nonton Arema harus beli tiket, kalau setiap laga pasti sulit. Makanya ketika ditawari waktu itu mau,” tambah dia.

Namun tak sampai setahun, dia akhirnya tak lagi berstatus ‘freelance’. Menurutnya, manajemen kala itu di bawah kendali Satria Budi Wibawa menawari untuk menjadi karyawan di klub Singo Edan.

“Kurang lebih sepuluh tahun saya di bagian perlengkapan itu. Dari manajemen di era Bentoel sampai ganti beberapa kali,” jelas dia.

Baru pada 2012 dia diminta membantu untuk tim media. Saat itu personel media juga berganti.

“Kurang lebih di media 13 tahun sejak 2012. Awalnya kan karena saya suka foto-foto landscape, membantu motret-motret fotografer sebelumnya, Mas Dewa di event home. Tapi setelah dia keluar berbarengan dengan banyaknya karyawan yang keluar masuk, ditawarilah untuk banyak membantu tim media,” jelas dia.

Cak Taufik pun memiliki banyak momen yang tak terlupakan selama di Arema. Saat masih di logistic equipment, dia menyebut saat menyenangkan ketika Arema juara ISL 2010. Di bidang logistik, dia menyiapkan kesuksesan  ‘Perang Bintang’ di Stadion Kanjuruhan. Sebagai ajang awarding, saat itu juga ada bintang tamu Maliq & D’essentials.

Kemudian, saat Arema  tampil di Liga Champions Asia, itu diakuinya juga momen menyenangkan. “Saya senang karena tahu bagaimana menjalankan laga bertaraf internasional. Saya belajar apa yang harus dipenuhi, lalu diperhatikan dalam pertandingan. Misalnya kebutuhan jaringan untuk media hingga kursi bagi fotografer. Makanya Arema kan di antara klub lain beberapa waktu lalu lebih dulu bisa memenuhi regulasi karena sudah pengalaman main di level Asia,” urai bapak dua anak tersebut.

Baginya, di manapun posisinya ada hal menyenangkan yang bisa diambil. Taufik bisa berbagi pengalaman dengan tim lain yang sempat belajar ke Arema.

“Apalagi sejak era Bentoel, saat itu manajemen mau memberikan hal berbobot dan terbaik,” tegas dia.

Dia lantas berbagi kisahnya saat aktif di divisi media di bawah naungan media officer. Meskipun sudah 13 tahun, 2-3 tahun terakhir disebut sangat berkesan. Padahal, di momen ini justru bukan fase menyenangkan bagi Tim Singo Edan.

Selain jadi musafir pasca-Tragedi Kanjuruhan, Arema FC berkutat di papan bawah. Akan tetapi, di momen sulit itu kebersamaan dalam tim sangat kuat.

“Senang dan susahnya benar-benar bareng. Bagaimana kami mensyukuri kemenangan, makan bareng, lalu di zona degradasi sepanjang musim merasakan bagaimana tekanan secara psikis atau mental,” katanya.

“Bukan hanya fisik karena harus pindah-pindah, karena home dan away sama saja. Menegangkan, saya rasa sama ketika menunggu momen juara tegangnya,” sambung Cak Taufik. 

Selain itu, di media juga dia semakin banyak relasi. Terutama dari pemain atau pelatih Arema yang berganti-ganti. Cak Taufik hampir dipastikan menyimpan semua nomor anggota tim. Dia juga melayani dari sisi media, misalnya memenuhi permintaan pemain atau pelatih terkait dokumentasi foto.

“Saya sebisa mungkin memenuhi permintaan mereka. Prinsipnya, menyenangkan mereka itu ikut membantu harmonisasi tim. Sebab kalau mereka senang, bisa berdampak positif pada tim. Saya bahkan ada kontak banyak mantan pemain dan pelatih, serta masih berkomunikasi baik. Misalnya dengan Ahmet Atayev (Arema 2017) atau Sylvano Comvalius (2019). Juga beberapa pelatih,” imbuhnya.

Sementara, untuk momen yang menurut dia menyedihkan adalah ketika mengalami Tragedi Kanjuruhan. Efeknya, bahkan sampai jauh dari kejadian tersebut.

“Kami mengalami pelemparan setelah pertandingan lawan PSS Sleman. Itu sangat menakutkan. Saat pulang di dalam bus, sepanjang jalan diteror lemparan. Sekarang, kalau lawan rival itu seperti cemas atau was-was takut terjadi apa-apa,” pungkasnya. (ley/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img