.
Saturday, December 14, 2024

Rawon Brintik

Sejak Tahun 1942, Kuncinya Bangun Hubungan Pelanggan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Rawon Brintik merupakan salah satu kuliner tertua dan legendaris di Kota Malang. Kuliner yang berlokasi di Jalan Achmad Dahlan 39 ini berdiri pada era penjajahan Jepang. Tepatnya pada 1942 yang saat itu didirikan oleh Napsiah.

Awalnya, Rawon Brintik ini berlokasi di Jalan Gatot Soebroto. Hingga pada sekitar 1962, kemudian berpindah ke Jalan Achmad Dahlan. Saat ini, Rawon Brintik dijalankan oleh Hj. Maslichah Hasyim, penerus dari Napsiah. Para pelanggannya pun tetap setia bahkan terus bertambah.

“Warung ini sudah 80 tahunan. Jadi duluan warung ini daripada saya. Saya generasi ketiga,” ujar Maslichah yang kini berusia 78 tahun ini kepada Malang Posco Media, kemarin.

Sejak dulu, kata Maslichah, para pelanggannya pun bermacam-macam. Salah satunya banyak berasal dari kalangan Tionghoa yang sudah menjadi pelanggan hingga berpuluh-puluh tahun. Nama Rawon Brintik ini dijelaskan Maslichah juga berasal panggilan dari pelanggannya. Tidak disangka, dengan nama itu pun bisa melegenda hingga saat ini.

“Napsiah, buyut saya, itu rambutnya keriting. Jadi pelanggan dulu manggilnya Mak Brintik. Karena panggilan itu jadi dinamakan warung Brintik,” jelasnya.

Di warung Rawon Brintik sendiri tidak hanya menjual kuliner rawon. Tapi juga ada semur, kare ayam hingga bumbu rujak ayam. Harganya pun bervariatif, misalnya Semur (tanpa nasi) Rp 55 ribu per porsi, Rawon (tanpa nasi) Rp 55 ribu per porsi, Kare Ayam (tanpa nasi) Rp 25 ribu per porsi hingga Bumbu rujak ayam (tanpa nasi) Rp 25 ribu per porsi. Sementara untuk satu porsi nasi rawon dan nasi semur seharga Rp 30 ribu.

“Mbakyu pernah buka di Batu, di daerah Sisir. Disana terus dijual, tinggal disini saya yang menjalankan. Dari dulu memang rawon andalannya, terus ada semur itu ternyata juga banyak yang suka semur,” tambahnya.

Maslichah mengungkap salah satu upaya untuk menjaga cita rasa masakannya, ia setia menggunakan bahan bakar arang ketika memasak. Ia meyakini, pembakaran menggunakan arang bisa membuat daging empuk.

“Kita pertahankan cita rasanya. Kalau untuk memanaskan, memang pakai kompor. Tapi kalau masaknya tetap pakai arang. Dari dulu langganan arang turun temurun, tidak berubah sampai seperti saudara. Kalau pakai arang, dagingnya lebih legit dan sedap,” beber Maslichah.

Selama pandemi kemarin, kata Maslichah, warung itu tetap banyak dikunjungi pelanggan. Meski tidak sebanyak biasanya, namun terbukti pelanggan tidak bisa lepas dari kenikmatan rawon dan semur Brintik. Saat ini pelanggannya pun berasal dari berbagai daerah bahkan hingga mancanegara. Mulai dari Surbaya, Jakarta, Hongkong, Malaysia hingga Suriname.

“Saya dibantu anak saya dan anak mantu. Rumah saya di Kampung Heritage Kayutangan. Jadi kalau ini tutup, disini kosong. Bukanya mulai jam 5 pagi sampai jam 4 ashar,” sebutnya.

Arif Fadilah (generasi ke-4), anak kandung Hj. Maslichah Hasyim menambahkan, selama menjalankan usaha kuliner ini, pihaknya berupaya semaksimal mungkin membangun hubungan yang baik dengan pelanggan. Menurut Arif, kebiasaan ini dilakukan sudah sejak lama.

“Setiap orang yang membeli dan makan disini, kami selalu komunikasi sama mereka. Makanya kami hafal pelanggan ini siapa, dari mana, biasanya pesan apa,” ungkap Arif.

Tidak hanya dengan pelanggan, Arif juga mengungkapkan, pihaknya selalu menjaga hubungan baik dengan mitra atau suplayernya. Oleh sebab itu, baik pelanggan dan suplayernya, bisa bertahan hingga generasi ke generasi.

“Misalnya arang, kita sudah sejak dulu memasok arang dari satu suplayer. Walaupun jauh, kita tidak masalah, tinggal kontak mereka langsung kirim. Begitu juga daging sapi, walaupun ada yang bilang ada yang lebih murah, tapi kalau berganti, kita yang tidak enak. Kita jaga hubungan baik dengan semuanya,” tutur Arif.

Pasca pandemi melanda dua tahun lalu, Arif mengaku ingin sekali melakukan pengembangan usaha kulinernya. Yakni dengan melakukan ekspansi ke daerah lain.

“Sebenarnya rencana itu sudah 5-6 tahun lalu, tapi terus ada pandemi, terus belum cocok dan seterusnya. Tapi ini nanti kedepan tentu ada arah kesana, yang paling memungkinkan saya ingin buka di Surabaya semoga tahun-tahun depan ini,” pungkasnya. (ian/bua)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img