MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Alam semesta adalah media belajar utama bagi anak-anak. Agar mereka bisa belajar dan mengimplementasikan pemahamannya, dibutuhkan praktik langsung. Inilah yang diterapkan di Sekolah Alam Avesiena Malang (SAAM). Hal ini disampaikan Lilla Yustitia Prima Duhita, ST, M.Pd., direktur SAAM saat dijumpai Malang Posco Media, pekan lalu.
Dia mengatakan, life skills adalah bagian dari belajar hidup. Melatih anak untuk bisa survive dalam kehidupan. Sehingga pembelajaran tidak boleh hanya terbatas pada aspek teori. Melainkan perlu praktik langsung. SAAM sendiri sudah menerapkan 13 jenis life skill dalam pembelajaran. Ini sesuai dengan motto sekolah ini : Act now for the best future.
Maka siswa SAAM dibiasakan dengan pembelajaran hidup. Dimulai dengan hal-hal sederhana, misalnya menjaga kebersihan. Siswa diajarkan cara menyapu yang benar. Dan semua unsur sekolah bertanggung jawab atas kebersihan. Baik itu guru, siswa, maupun orang tua.
Siswa-siswi juga dilatih untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Misalnya, mencuci tempat makan dan minum sendiri setelah digunakan. “Hal-hal ini sekilas adalah hal sederhana. Namun, memiliki dampak yang cukup besar bagi kesuksesan mereka di kemudian hari,” kata Laila.
Dia menyampaikan bahwa lembaga pendidikan itu tidak boleh mengambil tugas kefitrahan orang tua. Artinya, orang tua dan sekolah memiliki porsinya masing-masing untuk mendidik siswa. Salah satu bentuk pembelajaran life skills yang melibatkan orang tua adalah kegiatan Pebisnis Cilik. “Anak-anak dilatih untuk membuat makanan bebas 5P dan tepung bersama orang tua,” terang Lilla.
Selanjutnya, siswa didampingi guru dan orang tua mempromosikan makanannya. Mereka mendapatkan giliran tiap kelas untuk berperan menjadi penjual. Sedangkan sisanya berperan sebagai pembeli.
Kegiatan ini dilaksanakan rutin setiap hari Selasa di SAAM. Dilaksanakan secara konsisten agar siswa mengalami pengalaman yang berulang dan menjadi kebiasaan baik. “Jika anak tidak dibiasakan, maka mereka tidak akan terbiasa. Sehingga pembelajaran perlu dilakukan terus menerus dan berkesinambungan,” terangnya.
Begitu pula dengan pembiasaan serupa seperti menata sepatu dan meminta restu orang tua. Di sinilah pentingnya keterlibatan orang tua. Agar pembelajaran di sekolah juga diterapkan di rumah. Hal ini sesuai dengan misi besar SAAM untuk mengedukasi orang tua dan masyarakat.
Sekolah yang berdiri sejak tahun 1992 ini dulunya diselenggarakan di emper rumah. Didirikan oleh dr. Hj. Wisnu Wahyuni Singgih, seorang psikiater dan pemerhati perempuan dan anak-anak sekaligus Pembina Yayasan Puri Avesiena Malang. Karena itulah, SAAM berkomitmen untuk menangani siswa-siswinya secara holistik. Baik itu kognisi, afeksi, maupun psikomotorik. Termasuk dalam urusan pembelajaran life skill. “Sebuah perjuangan pasti tidak mudah, itulah jihad kami. Kalau lelah istirahat sebentar, lalu bangkit lagi,” ujar Lilla sambil tersenyum. (mg1/imm)