spot_img
Sunday, December 22, 2024
spot_img

Salam dari Swiss; Sekolah Cuma Main, Tidak Ada PR

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Omicron semakin mengepakkan sayapnya, menyebar ke penjuru dunia. Termasuk Indonesia. Beberapa waktu lalu kasus meningkat di Eropa. Sekarang disusul oleh Indonesia. Hampir lebih dari 4 juta kasus tercatat oleh Website Data Pemantauan Covid-19. Meskipun di Swiss juga masih tercatat kasus rata-rata 7 hari ini sebanyak 34 ribu, namun peraturan untuk diperbolehkan kembali untuk WFO (Work From Office) sudah mulai dibuka lagi.

Papi Fariz selama 1 bulan lebih sering WFH (Work From Home). Pergi ke kantor hanya sesekali yang sifatnya urgent. Apabila masuk kantor harus booked ruangan tersendiri dimana slotnya sangat terbatas. Kegiatan di sekolah juga masih terus berjalan offline. Tetap memakai masker untuk anak-anak di atas 12 tahun. Sempat terkejut bahwa sekolah mengadakan kegiatan yang melibatkan orang tua untuk bisa berkunjung melihat putra-putra beraktifitas di kelas.

Gantungan jaket dan tas diluar kelas

Beberapa waktu lalu ada surat edaran yang memberikan informasi bahwa orang tua (ayah/ibu) bisa datang ke kelas. Ada 2 sesi yang ditawarkan yaitu sesi pagi dan sesi siang. Sesi pagi dimulai pada pukul 8.30 CET (Central European Time) hingga 10.00 CET yang merupakan waktu untuk snack time. Sehingga setelah murid selesai snack time orang tua bisa meninggalkan kelas. Sedangkan sesi kedua dimulai pada pukul 10.15 CET hingga 11.50 CET. Zirco memilih untuk didatangi pada sesi kedua sehingga nanti bisa langsung pulang bersama.

Kamis, 3 Februari 2022 sekitar jam 10.15 CET saya dengan semangat sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Zygmund tidak ikut karena takut buat rewel di kelas kakaknya sehingga lebih baik tetap bersama Papi Fariz di rumah. Masih ingat dengan jelas 3 bulan pertama Zirco hanya duduk murung menyendiri menikmati bekalnya. Tidak bermain dengan teman-temannya dan bahkan tidak bergabung duduk berdampingan untuk makan bersama. Bahasa menjadi kendala terbesar. Namun di hari itu saya sudah melihat wajah gembiranya saat berlari-larian bersama teman-temannya. Saya tidak tahu bagaimana mereka berkomunikasi apakah dengan Bahasa Perancis atau Bahasa Tubuh. Tapi sehari sebelumnya saat bertemu dengan orang tua teman Zirco, Louise namanya. Mamanya berkata bahwa Bahasa Perancis Zirco sudah semakin baik, info tersebut dia dapatnya dari Louise.

Suasana dalam kelas yang penuh mainan dan hasil karya siswa

Rutinitas sebelum masuk ke kelas adalah siswa bergandengan tangan, membentuk 2 baris, rapi, dan tenang. Selama perjalanan ke kelas 17 siswa tidak boleh saling mengobrol, harus dalam kondisi diam bahkan mereka meletakkan telunjuk tangan di mulut yang menandakan ssttt jangan berisik. Sampai di depan kelas harus meletakkan seluruh jaket, topi, syal, sepatu, tas di tempat yang sudah disediakan. Sudah tertera nama masing-masing di gantungannya. Sehingga murid tidak berebut tempat. Sebelum masuk ke kelas mereka ganti sepatu kelas. Sepatu kelas ini bentuknya seperti selop yang memudahkan siswa memakai dan melepas sendiri. Siswa sudah diajarkan sejak dini untuk mandiri dan bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri.

Murid bergantian cuci tangan di wastafel yang sudah tersedia di dalam kelas. Disamping wastafel juga ada gelas plastik yang sudah ada namanya. Mereka bisa minum kapanpun mereka mau yang penting sudah menyelesaikan pekerjaannya. Madame Isabelle – guru Zirco menjelaskan bahwa di sesi 1 biasanya pelajaran diawali dengan membacakan cerita dari buku oleh guru. Kemudian guru memberikan instruksi untuk mengambil mainan atau melakukan aktifitas yang sama misal seluruh murid wajib mewarnai atau mengambil permainan puzzle semua. Tidak ada handout atau tugas membaca, menulis, atau soal matematika penjumlahan pengurangan bahkan PR untuk dikerjakan di rumah.

Berbeda dengan kurikulum di Indonesia yang mewajibkan anak umur 5 tahun sudah harus bisa berhitung, membaca, dan menulis. Disini meskipun Zirco hitungannya sudah kelas 1 SD kegiatannya hanya bermain saja. Bermain yang terarah. Saya melihat di dalam kelas banyak sekali mainan yang disediakan. Ada puzzle, lego, buku cerita, balok-balok konstruksi, media melukis, menggambar, dan mewarnai. Mobil-mobilan, kereta, kelereng, bermain pancing, cosplay bermain rumah-rumahan bersama boneka, jualan di supermarket, hingga ada spot untuk tidur-tiduran lengkap dengan bantal dan selimut. Semua mainan ini boleh dimainkan oleh seluruh siswa dan pastinya wajib untuk clean up setelah bermain. Lagi-lagi belajar mandiri untuk memilih mainan bukan disuruh dan mandiri membereskannya.

Puzzle menjadi mainan favorit Zirco

Sesi kedua setelah snack time, murid melanjutkan aktifitas bermain di kelas kurang lebih selama 45 menit. Beberapa kali saya diajak mengobrol dengan teman Zirco tapi juga tidak paham dengan Bahasa Perancis, hehe. Meskipun jumlah murid banyak yaitu 17 orang namun suara di kelas tidak gaduh. Mereka tidak lari-lari dan tidak teriak-teriak. Fokus dengan permainan yang sedang mereka kerjakan. Guru membiarkan mereka berkreasi, karena ini adalah masa emas pertumbuhan mereka. Mereka bisa membuat ide-ide membangun gedung dari balok-balok kayu atau meronce manik-manik untuk menghasilkan kalung.

Kertas mewarnai, spidol, pensil warna, cat air, buku gambar, dan peralatan lainnya sudah disediakan dari sekolah. Tidak perlu membeli namun tidak bisa dibawa pulang. Zirco menunjukkan hasil art and craft-nya disekolah yang tersimpan rapi di dalam trofast storage box. Seperti biasa sudah rapi ada nama masing-masing siswa. Oh ya, juga tersedia 2 komputer Apple iMac yang bisa digunakan oleh siswa untuk bermain game interaktif. Ada slot nama siswa yang sudah ditulis di kertas. Kalau sudah bermain wajib mencoret namanya. Ini mengartikan bisa bergantian menggunakan komputer bersama teman-temannya.

Zirco memilih mainan kelereng untuk aktivitas setelah snack time

Sebelum kelas diakhiri, guru memutarkan musik pengantar tidur. Ini menandakan seluruh mainan segera di clean up. Siswa kembali ke meja masing-masing, duduk manis, dan meletakkan kepalanya diatas meja seperti posisi tidur, tidak mengobrol bersama temannya. Kelas menjadi sunyi. Saya takjub sekali 1 orang guru bisa mengendalikan 17-19 siswa sehari-harinya. Setelah semua tenang, Madame Isabelle membacakan cerita tentang hewan-hewan. Siswa beranjak pindah dari kursi menuju lantai untuk duduk bersila. Siswa antusias menjawab pertanyaan dari guru, sebelum menjawab wajib mengangkat tangan terlebih dahulu, setelah ditunjuk baru menjawab. Benar-benar terstruktur.

Semua perlengkapan sekolah sudah ada nama Zirco

Keluar kelas tanpa ada cium tangan dengan guru, langsung mengemas barang-barang dan baris dengan rapi untuk keluar ke halaman sekolah tempat para orang tua menjemput. Siswa mengucapkan Au revoir artinya Good bye saat berpisah dengan gurunya. “Zirco sudah menunjukkan improvement sangat bagus, Anda tidak perlu khawatir lagi. Dalam segi kognitif untuk mengerjakan kegiatan sudah sangat baik, tinggal melatih percaya diri untuk berkomunikasi Bahasa Perancis”, begitu pesan yang disampaikan oleh guru Zirco.

Saya sangat bahagia sekali mendengarnya. Zirco berkata, “mami saya suka sekolah di Lausanne, tidak ingin kembali ke Indonesia. Sekolahnya enak cuma main-main saja malah disuruh tidur siang, tidak ada PR lagi”. Setiap hari jumat dia selalu sedih karena sabtu dan minggu sekolah libur. Zirco ingin cepat kembali ke sekolah lagi. Salah satu hal positif yang membuat siswa tidak drama di pagi hari dan happy untuk berangkat ke sekolah. (Okky Putri Prastuti/MALANG POSCO MEDIA).

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img