spot_img
Sunday, May 19, 2024
spot_img

Selalu Ingat Tragedi Kanjuruhan Dalam T-shirt dan Gravity

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tragedi Kanjuruhan dihadapi beragam oleh Aremania, baik yang berasal dari Malang dan luar Malang. Termasuk pula para seniman. Ada yang mendokumentasikan dalam bentuk karya t-shirt hingga gravity di sejumlah sudut Kota Malang.

Salah satunya Aremania Plat N, Telly Hardadi. Dia mengeluarkan t-shirt yang kerap dipakai sejumlah Aremania ketika menyalurkan santunan dan mendatangi rumah korban. Gambar t-shirtnya berkonsep seperti koran tentang Tragedi Kanjuruhan.

”Konsepnya adalah koran. Agar semua bisa melihat dan selalu ingat atas hilangnya nurani manusia yang membunuh manusia lain di Stadion Kanjuruhan,” kata dia.

T-shirt tersebut berwarna monokrom, hitam putih. Di bagian depan, terdapat tulisan ‘Gas Air Mata vs Air Mata Ibu’. Lalu, di sisi belakang, ada angka 13 yang besar. Angka tersebut, representasi dari Pintu 13 Stadion Kanjuruhan yang menjadi salah satu lokasi banyak jatuhnya korban meninggal dunia saat tragedi 1 Oktober 2022 tersebut. Di t-shirt tersebut ada tulisan pula ‘Usut Tuntas’. Ada pula ‘Kick Violences Out from Football’. Hal ini, diakuinya sebagai pengingat Tragedi Kanjuruhan.

Sam Telly lantas mengatakan, t-shirt tersebut memang sudah dicetak dan dijual masal.  Menurutnya, keuntungan dari penjualan jersey disalurkannya untuk membantu korban Tragedi Kanjuruhan. ”Jadi selain pengingat, jersey ini juga membantu para korban yang saat ini masih berjuang untuk pulih,” tambah dia.

Selain itu, salah satu seniman mural asal Kota Malang, Itong, juga menumpahkan gravity di sejumlah tempat. Ia bersama sejumlah kawan-kawannya, menjadikan beberapa tembok di sudut kota sebagai media untuk mengungkapkan mengenai Tragedi Kanjuruhan.

“Kami ingin semua selalu ingat, ada peristiwa yang harus terus diusut tuntas hingga selesai. Peristiwa yang menghilangkan banyak nyawa karena kebiadaban manusia lainnya,” tuturnya.

Itong menegaskan tidak akan pernah berhenti mencoret-coret sudut kota selama kasus Tragedi Kanjuruhan tidak diusut tuntas. Diakuinya, ia dan rekannya akan terus melawan meski beberapa kali harus berurusan dengan aparat hukum atas tindakan tersebut. ”Karena ini soal hati nurani. Kalau tidak terus diingatkan, 135 nyawa hanya akan jadi angka yang lantas dilupakan,” tuturnya. (ley/bua)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img