spot_img
Sunday, May 19, 2024
spot_img

Selamat Jalan Cak No; Awal Liputan Bersama, Setelah Kenal Akrab Bak Keluarga

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, DENPASAR – Banyak yang merasa kehilangan karena berpulangnya Sukarno, Aremania legendaris sang penabuh drum di tribun suporter setiap kali Arema berlaga. Pria yang karip disapa Cak No tersebut memang sosok yang baik, super dan tak pilih-pilih teman sehingga banyak yang memiliki kenangan manis dengannya. Wartawan Malang Posco Media, Stenly Rehardson pun salah satunya.

Kabar duka meninggalnya Cak No mulai bermunculan di medsos, Sabtu (5/2) malam, ketika Arema FC berlaga melawan Persija Jakarta. Di pertengahan babak kedua, beberapa grup WhatsApp saya pun mulai banyak yang mengirimkan ucapan dukacita.

“Ya Tuhan, Pak No..,” tutur saya ketika sedang serius memindah file foto pertandingan di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Sabtu malam.

Grup Arema FC Pers pun mulai ramai. Tapi, waktu itu grup kantor saya masih tenang. Mungkin karena sudah malam, di atas jam 10 malam waktu Malang. Saya pun mulai tidak tenang. Sebab, kepergiaan Cak No tentu saja wajib diberitakan. Bagaimanapun, dia sosok penting di kalangan Aremania.

Bagi saya, juga penting. Dia salah satu orang yang menjadi saksi saya mulai liputan Arema. Pertengahan tahun 2015, saya lupa tanggal tepatnya. Tapi, saya ingat waktu itu tujuannya ke Solo, waktu masih bekerja di kantor media yang lama.

Saya dapat tugas berangkat bersama para suporter. Kala itu Pak Jon, redaktur Arema meminta saya menghubungi Sam Ahmad Ghozali. Saya punya dua pilihan, ikut rombongan bus besar suporter, atau bareng sama minibus bersama Sam AK dan di dalamnya ada Cak No. Dari situlah awalnya.

Dia tidak sendiri, tapi bersama istrinya. Dari sana saya yang masih malu-malu dan baru pertama liputan Arema, banyak dibantu oleh Cak No dan istrinya. Mulai nama-nama pemain, hingga sejarah Arema. Bahkan saya ingat, mereka membawa bekal dan dengan semangat memberi bungkusan bekal itu untuk sama-sama dinikmati dengan saya.

“Ibukmu iki dodolan ndek Celaket, yo kapan-kapan dolen mrono. Sarapan opo mangan awan. (Ibumu ini jualan di kawasan Celaket, ya kapan-kapan mainlah ke sana. Sarapan atau makan siang di sana),” tuturnya kala itu. Tapi saya lupa tentunya, bagaimana kata-kata pastinya.

Setelah itu, tour saya dengan Cak No, berlanjut jelang akhir tahun, ketika saya mendapatkan tugas yang sama, berangkat bareng suporter yang berangkat menuju Sleman di ajang Piala Jenderal Sudirman. Sejak saat itu, saya semakin akrab.

Tidak hanya sekadar jadi narasumber, main-main singkat ke warungnya juga beberapa kali terjadi. Cak No pun kerap kali mengajak ngobrol di rumahnya. Juga sempat beberapa kali menjadi juri dalam agenda festival suporter bersama. Hingga akhirnya, kesibukan mendampingi Arema FC terjadi sejak 2016-2018 atau 2019. Cak No ketemu saya di Jakarta.

“Saiki Stenly wes sibuk, wes nandi-nandi melok Arema. Suwe gak dolen nang nggonanku, lek tour yo wes gak bareng aku. Gak popo, sing penting sehat-sehat li. (Sekarang Stenly sudah sibuk, sudah kemana-mana mendampingi Arema. Sudah lama gak main ke tempat saya, tour juga sudah tidak bareng lagi sama saya. Gak masalah, yang penting sehat-sehat),” tutur dia.

Kalau ingat itu, air mata ingin menetes. Begitu perhatiannya Cak No kepada saya. Mungkin nawak-nawak lainnya juga merasakan hal serupa, dengan kisah-kisah berbeda. Cuma yang sama, kesetiaannya untuk Arema, luar biasa.

Tahun lalu, ketika bertemu, dia juga sempat bercerita tentang kesehatannya yang mulai bermasalah. Entah, saya lupa. Yang saya ingat, ada masalah dengan pencernaan, seringkali sakit mengeluhkan perutnya.

Di masa Covid, selain dia rindu datang ke stadion dan dia rindu bisa ke tribun dengan kondisi lebih sehat. Tapi, mungkin tidak terwujud.

Selamat jalan Pak No. Maaf, tidak bisa hadir di Malang, tapi saya tetap mengawal kebanggaanmu, Arema! (ley)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img