Kepala Staf Presiden (KSP) Jenderal TNI (Purn) Dr H Moeldoko SIP punya cara berbeda semangati berbagai elemen yang mendukung kelancaran KTT ke 42 ASEAN di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT 9-11 Mei 2023 lalu. Wartawan Malang Posco Media Vandri Battu melihat langsung gaya khas Moeldoko ketika memberi semangat.
Malam itu, Selasa (9/5) di geladak KRI Wahidin Sudirohusodo (WSH) 991. Seorang prajurit TNI AL, Anak Buah Kapal (ABK) KRI WSH 991 meniup pluit panjang. Ini salah satu tradisi di TNI AL, di antaranya menyambut perwira tinggi atau tamu penting maupun khusus lainnya. Moeldoko tamu penting malam itu.
Setelah disambut di geladak kapal secara kemiliteran, Panglima Komando Armada II Laksamana Muda TNI Maman Firmansyah mendampingi mantan Panglima TNI itu blusukan di atas kapal. Maman memberi laporan tentang semua fasilitas yang dimiliki kapal jenis Bantu Rumah Sakit (BRS) itu. Termasuk personel dan spesifikasi masing-masing yang bertugas.
Untuk diketahui. KRI WSH 991 merupakan salah satu kekuatan TNI AL yang dikerahkan untuk mendukung kelancaran KTT ke 42 ASEAN. Kapal ini berlabuh di pelabuhan Labuhan Bajo, di dekat Marina Bay Labuan Bajo.
Setelah blusukan di kapal, rombongan naik ke dek atas, salah satu dek menggunakan lift. Tempat makan yang dituju. Disambut tegas tapi ramah oleh sejumlah perwira dan ABK. Empat personel kapal sudah siaga, memberi hormat. Mereka itu juru masak kapal. “Oh iya, mereka ini yang masak. Kami coba masakan kalian ya,” kata Moeldoko melihat mereka dan kepada saya yang berdiri tak jauh, di sebelahnya. “Siap!” kompak para prajurit itu menjawab.
Sederet menu tersaji, makan ala perwira tinggi. Moeldoko duduk di kepala meja. Persis di sebelahnya Laksamana Muda TNI Maman Firmansyah. Saya di sebelahnya Moeldoko, duduk berhadapan dengan Maman. Ada juga kawan wartawan media lain, serta jajaran KSP.
Piring makan dan semua perlengkapan makan sudah siap di depan. Malam itu, meja makan di ruangan makan kapal penuh terisi sajian beragam menu siap disantap. Nasi dilengkapi Soto Lamongan dan berbagai hidangan lain. Ada krupuk pula.
Lonceng makan dibunyikan. Berdoa dimulai lalu selamat makan. Semua menikmati makan malam. “Ueenak tenan,” ucap Moeldoko usai makan. “Ini Soto Lamongan. Masakan Jawa Timur, mantaaap,” sambungnya.
Malam itu Soto Lamongan merupakan sajian utama. Di akhiri cuci mulut buah-buahan. Dua prajurit KRI WSH 991 sempat menawarkan teh panas. Namun semua kompak, memilih air bening. Moeldoko mengangguk-anggukkan kepala. Ia tampak puas dengan sajian makan malam bersama. Masih di meja makan, lanjut bernostalgia pengalaman naik kapal perang.
Jenderal purnawirawan ramah ini membuka nostalgia. “Waktu penugasan kami naik KRI,” katanya mengingat masa penugasan sebagai prajurit TNI AD. “Termasuk pengalaman mandi, air mengalir lima menit ya Pak?” tanya Maman.
Saya menyambung obrolan kenangan. “Tahun 1993 saya ikut Jamnas Pramuka di Cibubur. Naik KRI Teluk Semangka dari Kupang ke Tanjung Priok Jakarta. Setiap pagi dan sore siaga di kamar mandi kapal. Menunggu pengumuman air mengalir lima menit,” cerita saya. Semua tertawa. Setuju, cerita pemersatu siapa pun yang pernah berlayar dengan kapal TNI AL.
“Ya, ya biasanya saat air akan dialirkan maka diawali dengan pengumuman itu. Air di kamar mandi dialirkan lima menit” jawab Maman. Jenderal bintang dua TNI AL ini mengatakan itu khas di atas kapal perang. “Air mengalir lima menit,” begitu pengumuman dari anjungan kapal melalui pengeras suara di seluruh bagian kapal.
Obrolan belum selesai. Masih membahas masakan prajurit kapal perang. “Anak-anak ini (personel TNI AL) walau prajurit tapi dia profesional di bidang tugas masing-masing. Tidak hanya pengalaman tempur, tapi juga bidang lain sesuai tugasnya,” kata Moeldoko.
Contohnya kalau tugas di perbekalan, dipastikan ahli dan profesional di bidang itu. “Untuk masak misalnya, maka disekolahkan tentang tata boga. Mereka diajarkan memasak sampai menyajikan makanan,” ungkapnya.
Moeldoko berpesan agar para prajurit terus menjaga dan meningkatkan profesionalisme. “Harus profesional di bidangnya. Sebagai tentara rakyat harus mengabdi kepada rakyat. Saya dulu sebagai Panglima TNI selalu mengingatkan bersama rakyat TNI kuat. Itu kekuatan absolut,” pesannya.
Khusus prajurit TNI AL, menurut Moeldoko memiliki keteguhan tinggi. Sebab bertugas di kapal mengarungi lautan, jarang bertemu keluarga. Menurut dia keteguhanlah yang menguatkan saat bertugas. “Saya selalu sampaikan, jangan tanggung. Kalau sudah pilihan maka harus siap,” kata dia menyemangati.
Sebelum makan bersama, sewaktu mengelilingi kapal, Moeldoko mendapat pemaparan tentang KRI WSH 991. Maman menjelaskan tentang kapal ini. Terdapat 11 dokter spesialis yang bertugas. Jadi ini bukan kapal kecil.
Terdapat dua cara evakuasi pasien ke KRI WSH 991. Pertama melalui udara, karena itulah terdapat helikopter. Kedua bisa membantu pasien melalui evakuasi laut. Karena itulah di kapal ini terdapat ambulance boat.
Pasien yang dibawa ke KRI WSH 991 langsung ditangani di IGD. Selain mengakses IGD melalui lift, bisa juga menggunakan akses atau jalan menurun untuk akses tempat tidur pasien. Pasien yang dibawa ke IGD langsung ditangani sesuai permasalahan kesehatan yang dialami. Misalnya ada pasien jantung, maka dokter spesialis jantung yang menangani.
Berdasarkan berbagai catatan yang diperoleh Malang Posco Media, KRI WSH 991 memang disiapkan mendukung layanan kesehatan. Kapal buatan industri pertahanan dalam negeri hasil karya anak bangsa PT PAL Indonesia di Surabaya ini panjangnya 124 meter, lebar 21,8 meter, dan displacement 7.290 ton.
Mampu melaju dengan kecepatan maksimal 18 knot, kecepatan jelajah 14 knot, dan kecepatan ekonomis 12 knot (22 km per jam). Selain itu berkemampuan berlayar hingga 30 hari penuh dengan jangkauan 10.000 mil laut. Kemampuan kapasitas angkut total personel 643 orang, termasuk 159 pasien.
Mobilitas untuk pelaksanaan misi evakuasi medis juga ditunjang dengan kemampuan mengangkut helikopter medis, ambulance boat, dan landing craft vehicle personnel (LCVP). (van/lim/bersambung)