Warga Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu mengubah sungai jadi destinasi wisata tematik. Mereka tak lagi membuang sampah sembarangan meskipun tepat di belakang atau depan rumah mereka adalah sungai.
========
Kebiasaan baik warga Giripurno ini mulai berdampak. Air sungai mulai jernih. Bahkan ribuan ikan berwarna-warni berenang menghiasi sungai. Terlihat nampak cantik ketika terkena sinar matahari.
Itulah pemandangan yang hanya ada dan bisa dinikmati di salah satu sungai di Kota Batu. Tepatnya di Sungai Giripurno yang berada di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji.
Dulunya sungai yang memiliki hulu dari sumber mata air Binangun, Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji ini tempat pembuangan sampah. Itu sebelum tahun 2019.
Akibat banyaknya sampah itu, setiap musim hujan terjadi banjir. Rumah warga yang ada di bantaran sungai dan tempatnya lebih rendah dari sungai selalu terendam. Itu terjadi setiap tahunnya.
Gambaran kondisi itu diceritakan Ketua RT 63 RW 9 Dusun Kedung Desa Giripurno Sofwan. “Dulu sebelum tahun 2019 kondisi sungai sangat memprihatinkan. Sampah dan juga limbah di sungai sangat luar biasa,” cerita Sofwan kepada Malang Posco.
Melihat keadaan tersebut tumbuh kesadaran kolektif membuat sungai lebih bersih. Lebih dari itu, Sofwan bersama warga ingin kembali melestarikan ekosistem sungai sebagai rumah bagi ikan. Bukan tempat sampah.
“Dari situ saya bersama warga mulai membentuk kelompok pecinta lingkungan. Kelompok itu kami namai KOMPAG atau disingkat Kelompok Masyarakat Pemanfaat Aliran Sungai Giripurno yang didirikan secara resmi (SK Desa) tanggal 26 Oktober 2019,” katanya.
Pria yang bekerja sebagai guru di SMA Hasyim Asyari dan petani ini menjelaskan, KOMPAG berdiri bukan hanya karena muncul kesadaran warga. Tapi berkat pecinta lingkungan Sapu Bersih Nyemplung Kali atau ‘Sabers Pungli’ yang kerap membersihkan Sungai Giripurno.
“Jadi ada dukungan dari Sabers Pungli juga. Dari KOMPAG akhirnya berkomitmen membuat sungai tematik. Kemudian kami bisa mengawalinya sungai tematik dengan modal patungan,” terang bapak lima anak yang juga bekerja sebagai ojek online ini.
Sofwan menerangkan patungan uang bertujuan untuk membeli bibit ikan. Kemudian dilepasliarkan di sungai Giripurno. Dengan adanya ikan-ikan di sungai secara tidak langsung masyarakat enggan membuang sampah. Sebaliknya ikut menjaga kebersihan sungai.
Untuk patungan KOMPAG mengajak semua elemen masyarakat dan Pemdes Giripurno secara sukarela. Sistem patungan Rp 500 untuk satu bibit ikan. Sehingga tak hanya orang dewasa, anak-anak bisa ikut patungan membeli bibit ikan yang kemudian mereka lepas liarkan sendiri.
“Dari gerakan itu kami patungan beli ikan. Pertama rilis ikan sekitar Oktober 2019 sekitar 15 ribu ekor bibit ikan. Kemudian dilakukan berkelanjutan setiap tahun saat memasuki musim kemarau. Rencananya kami akan rilis bibit ikan lagi pada bulan Juni depan,” papar Ketua KOMPAK ini.
Mengawali sungai tematik tentu bukan hal mudah. Diungkapnya selalu ada saja yang menganggap apa yang dilakukan KOMPAG adalah hal gila. Namun hal tersebut malah menjadi pelecut baginya.
Tak hanya itu, kendala lain yang dialami adalah sedimentasi akibat oknum warga yang membuang bahan bangunan ke sungai. Hal itu tak bisa dibersihkan secara manual. Tapi membutuhkan peralatan berat dan bantuan pemerintah daerah.
Untuk pengerukan atau normalisasi pernah sekali dilakukan Pemkot Batu dan dan sekali pemdes. Selebihnya dilakukan oleh KOMPAG sendiri.
Kini semua warga yang ada di bantaran sungai merasakan dampaknya. Ketika banjir tak lagi menggenangi rumah warga. Pun sungai nampak bersih dan indah.
Yang menarik lagi dari sungai tematik itu mampu meningkatkan perekonomian warga dengan kunjungan wisatawan. “Dari upaya yang dilakukan KOMPAG sendiri memang tidak ada keuntungannya. Tapi untuk operasional harian dan pengembangan wisata kami bisa mendapat keuntungan dari hasil penjualan pakan ikan ketika sudah besar,” ungkapnya.
Bulan depan akan melepasliarkan 5.000 bibit ikan tombro Punten. Pihaknya juga sudah kerja sama dengan pedagang dari Singosari, Kabupaten Malang. Sehingga ketika ikan sudah besar akan dijual ke pedagang. Kemudian kembali dilepas bibit baru. Begitu seterusnya.
Selain dari hasil penjualan ikan, KOMPAG juga mendapat tambahan dari penjualan pakan ikan yang juga bisa digunakan untuk membeli bibit baru dan menambah area konservasi sungai. Ia menghitung dari membeli pakan seharga Rp 300 ribu satu sak, mampu mendapat keuntungan kotor Rp 1,2 juta. Dengan harga pakan dijual per contong Rp 2000.
“Untuk contong pakan ikan kami gunakan kertas bekas. Kami tidak akan menggunakan plastik. Karena takutnya plastik dibuang ke sungai,” imbuhnya.
Kini yang diperjuangkan KOMPAG selama kurang lebih berjalan emoat tahun mampu menginisiasi sungai tematik di desa dan kelurahan lainya.
“Kami berharap ini bisa menjadi contoh bagi masyarakat di desa dan kelurahan lainnya yang daerahnya dilewati aliran sungai. Dengan sungai tematik ini masyarakat tak hanya menjaga dan melestarikan lingkungan. Tapi akan mendapatkan keuntungan ekonomi dari pengembangan usaha lainnya,” imbuhnya.
Sofwan menyampaikan rasa terima kasihnya atas edukasi yang diberikan oleh Nur Andriono selaku Kepala Seksi Konservasi Kelautan, Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. Serta mantan PJ Kades Giripurno, Andri Wijaya karena mendukung penuh ide sungai tematik. (kerisdianto/van)