MALANG POSCO MEDIA, MALANG– SMP Negeri 24 Malang kembali menunjukkan komitmennya dalam membentuk karakter siswa yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan Sendratasik (Seni Drama, Tari, dan Musik) Bhinneka Tunggal Ika.
Acara yang digelar di Malang Creative Center (MCC), belum lama ini merupakan bagian dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Kurikulum Merdeka, yang bertujuan menanamkan kesadaran akan keberagaman sebagai kekuatan bangsa, khususnya bagi kelas 7.
Kepala SMPN 24 Malang, Drs. Teguh Edy Purwanta, menjelaskan bahwa kegiatan ini dilatarbelakangi oleh pentingnya menanamkan nilai-nilai toleransi, persatuan, dan cinta budaya lokal di tengah arus globalisasi. “P5 merupakan sarana pembelajaran kokurikuler yang dirancang untuk membentuk karakter siswa sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika adalah salah satu pilar fundamental bangsa yang harus terus diinternalisasikan sejak dini,” ujar Teguh, Selasa (3/6).
Ia menambahkan, seni dipilih sebagai medium karena memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan toleransi secara lebih menarik dan mendalam. Teguh menjelaskan, kegiatan ini dipersiapkan selama empat minggu, dengan berbagai tahapan pembelajaran seperti, siswa belajar toleransi melalui interaksi dengan pemateri internasional dan kegiatan berbagi di panti asuhan, Eksplorasi budaya melalui workshop membatik bersama, mengenalkan keragaman tekstil Nusantara, Pematangan materi Sendratasik, termasuk latihan akting, tari, musik, tata rias, dan manajemen panggung dan puncaknya acara berupa pertunjukan kolaboratif di MCC. “Meski berjalan sukses, proses persiapan tidak lepas dari tantangan. Namun, dengan dukungan dari Teater Blero Universitas Malang dan paguyuban orang tua, kegiatan ini berjalan sukses dan lancar,” ujar Teguh.
Dalam kegiatan tersebut siswa terlibat secara aktif mulai dari pemilihan cerita rakyat berdasarkan pulau-pulau di Indonesia (Jawa, Sumatera, Bali, Pembagian peran (aktor, penari, musisi, kru panggung dan kolaborasi antar kelas untuk menciptakan pertunjukan yang harmonis.
Dukungan orang tua, baik secara emosional, finansial, maupun logistik (kostum, alat peraga), diharapkan kegiatan ini menjadi agenda tahunan. Menurut, Teguh, kegiatan ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan proses pembelajaran menyeluruh yang membentuk karakter siswa.
“Kami berharap melalui P5, siswa dapat menjadi generasi yang toleran, kreatif, dan mencintai budaya bangsa. Para siswa juga belajar banyak tentang kerja sama dan menghargai perbedaan,” pungkasnya. (hud/udi)