.
Sunday, December 15, 2024

Seni, Fokus Berkarya, Sampingkan Stigma

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA– Ovina Ayu Saputri bersama suaminya di Sandria Tattoo  memilih menjalani hidup dengan cara sendiri. Hidup dengan menjadi seniman tato membuat dia bisa bebas berkarya dan mengekspresikan diri. Dia juga lebih banyak mendapatkan teman seniman yang menginspirasi.

Ovi sangat bersyukur dengan dukungan dari keluarga. Sebab, ia merasa beruntung lantaran orang tuanya malah ikut bangga dengan apa yang menjadi kemampuannya kini.

Ia beranggapan tato adalah seni sekaligus tanggung jawab. Sebab, memiliki tato di tubuh bukan perkara sederhana seperti orang awam yang ingin coba-coba.

“Karena setahu aku selama ini kalau di negara kita ini penampilan masih sangat jadi penilaian dalam pekerjaan, bukan skill, kecuali di Bali,” ceritanya.

Baginya di masa sekarang pun, bertato bukan berarti bisa sangat bebas. Bukan asal tato namun harus dipikir secara matang setiap orang yang berkeinginan untuk memasang tato di tubuhnya. Apa yang akan terjadi kedepan dan dampaknya di masyarakat. Namun, ia menekankan bukan berarti kebebasan akan terbatas.

“Harus dipikirkan matang. Siap atau tidaknya kita hidup dengan tato, dengan lingkungan yang sulit terima kita misalnya,” kata Ovi.

Ia membagi suka dukanya selama ini menjadi seniman tato. Khususnya seniman tato handpoke. Ovi tak memungkiri jika lelah bekerja tetap ia rasakan. Secinta apapun terhadap pekerjaan itu.

“Sebenernya lebih banyak sukanya. Kalau dukanya paling perkara kalo pas capek saja sih. sama kalau Handpoke butuh ketelatenan dan kesabaran,” ungkapnya.

Dia senang mendalami tato karena pekerjaan itu tak membosankan. Selalu bertemu dengan orang baru salah satu manfaatnya. 

Banting stir dari perawat, bukan menjadikannya minder atau tak percaya diri. Ia justru lebih bangga mengenalkan dirinya kepada siapa saja sebagai seniman tato. Desain dan gambar-gambar baru juga membuatnya banyak belajar. Setiap customer berbeda pasti melahirkan pengalaman-pengalaman berharga baginya.

“Kalau misal si customer nunjukin gambar yang udah tato orang pasti kita arahkan untuk bikin perbedaan walau sedikit. Karna tato  tuh adalah  identitas diri,” jelasnya.

Sepanjang ia berkarya, soal stigma masyarakat saat ini ia rasa sudah sangat berbeda. Meskipun artis tato perempuan banyak yang mendukung. Ia mengakui dulu masih dianggap tabu, namun kini tak lagi.

“Sekarang lebih ke takjub atau seneng bahwa ternyata aku bisa nato juga. Tanggapan positif banyak. Jadi bisa dikesampingkan stigmanya dengan sendirinya,” urainya. (tyo/van)

Ikuti Juga Berita Malang Hari Ini dan Info seputar Arema FC, Arema dan Aremania di Youtube dan Tiktok Kami

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img