Bagaimana mungkin ayam goreng itu bisa menghilang sendiri” Mak Ijah berteriak kepada pelayannya, Aminah. Pemilik warung Ayam Geprek itu marah mengetahui ayam gorengnya menghilang dari kotak.
“Tadi sudah saya masukkan kotak bu, tapi kenapa sekarang gak ada ya?” Aminah kebingungan.
“Kenapa kamu malah balik tanya” Mak Ijah marah.
Sudah beberapa kali terjadi, sepotong ayam goreng menghilang begitu saja dari dalam kotak, menyisakan sambal dan beberapa helai sayuran di dalamnya. Membuat Mak Ijah marah dan Aminah terancam dipecat dari pekerjaannya. Mak Ijah pikir Aminah lah yang mengambil ayam itu.
*
Di tempat lain, seorang anak kecil berbaju lusuh tengah sibuk mengais makanan di tempat sampah. Wajahnya tersenyum begitu menemukan sepotong roti dengan bekas gigitan di ujungnya.
“Selai stroberi” dia bergumam.
Tanpa pikir panjang anak itu langsung menyantapnya dengan lahap tanpa mempedulikan pandangan orang disekitarnya yang melihat dengan jijik. Ada juga yang menatapnya kasihan.
Seorang anak perempuan berseragam merah putih mendekat.
“Kenapa kamu makan itu?” tanya anak perempuan itu.
“Aku lapar”
“Ini aku punya es krim, belum aku makan. Buat kamu aja” si Anak perempuan menyodorkan es krimnya kepada anak itu. Tanpa mengucapkan terima kasih, anak laki-laki berbaju lusuh itu langsung menerima es krim dan menyantapnya dengan lahap.
Anak perempuan tersenyum.
“Apakah itu enak?” dia bertanya.
Si anak laki-laki mengangguk. Dia tak mampu berbicara, mulutnya penuh es krim.
“Besok sore datanglah ke sini. Akan kubawakan makanan untukmu. Jangan ambil makanan dari tempat sampah lagi. Itu kotor”
Si anak laki-laki hanya mengangguk. Setelah es krim habis ia telan. Barulah dia berbicara.
“Terimakasih. Siapa namamu?”
“Amelia. Kamu?”
“Aku Abdul”
“Besok jangan lupa kesini ya. Sekarang aku mau pulang”
“Iya”
Lalu Amelia pergi meninggalkan Abdul. Keduanya melambaikan tangan.
Abdul memandang kepergian teman barunya. Dia tak sabar menunggu hari esok.
Di sebuah gubuk reyot di kolong jembatan. Abdul meringkuk. Dia hidup seorang diri, ibunya telah meninggal. Sedangkan ayahnya dipenjara karena kasus pencurian. Ayah Abdul nekat mencuri sepeda motor karena desakan ekonomi.
Abdul berbaring beralaskan kardus bekas. Menatap langit penuh bintang melalui celah kecil di gubuknya. Perutnya keroncongan. Roti dan es krim tadi siang rasanya sudah seabad. Dia lapar lagi.
Berharap esok segera datang, menanti makanan dari Amelia. Dipaksakan matanya terpejam. Dia bermimpi bertemu Amelia dengan sekotak nasi ditangannya. Abdul tersenyum dalam tidur.
Keesokan harinya Amelia datang sesuai janjinya dengan membawa sebungkus nasi dan ayam goreng.
“Ini buat kamu” ucap Amelia kepada Abdul.
“Dan ini minumnya” Amelia menyerahkan segelas air mineral.
“Terimakasih” Abdul menerima dengan wajah sumringah.
“Maaf tidak bisa memberi banyak. Aku harus membagikan nasi kepada temanku yang satunya” Amelia menunjukkan sebungkus nasi dan segelas air mineral di kantong kresek yang ia bawa.
“Itu untuk siapa?”
“Temanku, dia seperti kamu. Dia biasanya menungguku di perempatan jalan” Amelia menjelaskan.
“Aku pergi dulu ya. Besok datang lagi kesini” Amelia pergi sambil melambaikan tangan.
Abdul segera melahap nasi bungkusnya. Dia sangat lapar. Sejak tadi malam belum makan. Makanan ini terasa begitu nikmat.
“Terimakasih Amelia”
*
Di warung Ayam Geprek Mak Ijah marah-marah. Ayam gorengnya hilang lagi. Kali ini tidak satu, melainkan dua potong. Aminah yang kebingungan masih menjadi sasaran kemarahan Mak Ijah. Dia mengancam akan memecat Aminah jika pencurian ini terjadi lagi.
Kejadiannya persis sama seperti sebelumnya. Ayam goreng menghilang dari kotak, menyisakan sambal dan beberapa helai sayuran.
Mak Ijah bertekad tidak akan pergi meninggalkan warung. Ia ingin menangkap basah pelakunya. Tapi sampai malam hari dan warung akan tutup Mak Ijah belum bisa menemukan pelakunya. Tak ada sesuatu yang mencurigakan. Ayam goreng juga tak ada yang hilang. Pengintaian dilanjutkan besok.
Sejak warung buka Mak Ijah memulai penyelidikan. Ia bersembunyi mengawasi setiap aktivitas di warung tanpa ada seorang pun yang mengetahui posisinya bersembunyi.
Kali ini Amelia, cucu kesayangan Mak Ijah datang. Anak itu masih memakai seragam sekolah. Berulang kali dia memanggil Mak Ijah. Tapi Mak Ijah tak bergeming. Dia tetap berada di posisinya bersembunyi tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Bahkan sendawa pun ia tahan.
Mengetahui neneknya tak menyahut. Amelia celingukan. Gerak geriknya mencurigakan. Mak Ijah memasang mata waspada. Kondisi warung saat itu sepi. Aminah pergi entah kemana. Amelia segera menuju tempat ayam goreng disimpan.
Mengambil dua potong ayam dan menaruhnya kedalam kresek. Amelia menyimpan barang curiannya di tas. Mak Ijah terkejut dengan apa yang dia lihat. Kenapa Amelia mencuri ayam di warungnya. Padahal jika Amelia minta pun pasti Mak Ijah kasih.
Amelia lalu pulang ke rumahnya yang terletak di belakang warung. Mak ijah diam-diam mengikuti. Dia ingin tau alasan cucunya mencuri.
Sesampainya di rumah, Amelia ganti baju. Kemudian ke dapur mengambil dua lembar kertas minyak dan diisi dengan nasi dan ayam goreng yang tadi ia ambil dari warung. Dibungkusnya nasi itu asal-asalan dan diikat dengan karet gelang agar tak lepas.
Setelah itu dia ambil dua gelas air mineral dari dalam kulkas. Dua bungkus nasi dan dua gelas air. Amelia masukkannya ke dalam kantong kresek. Kemudian dia pergi.
Mak Ijah masih mengikuti dalam diam.
Amelia menemui seorang anak laki-laki berbaju lusuh, dialah Abdul. Sebungkus nasi dan segelas air untuk Abdul. Lalu Amelia pergi lagi ke perempatan jalan. Disana telah menunggu seorang gadis kecil berbaju lusuh. Wajahnya kotor dengan bekas ingus di pipinya. Gadis itu tersenyum melihat kedatangan Amelia. Sebungkus nasi dan segelas air untuk gadis kecil itu. Selesai sudah tugas hari ini. Amelia senang bisa berbagi.
Mak Ijah yang sedari tadi mengamati dari jauh tersenyum melihat perbuatan cucunya. Dia bangga memiliki cucu seperti Amelia. Mak Ijah menemui Amelia saat dalam perjalanan pulang. Amelia terkejut melihat Mak Ijah.
“Emak sudah tau apa yang kamu lakukan. Kamu sudah mencuri ayam di warung emak”
“Maafin Amel mak” Amelia menunduk merasa bersalah, ia juga takut dimarahi.
“Tidak apa-apa nak. Berbagi itu baik. Tapi caranya juga harus baik. Mulai besok kamu tidak perlu mencuri lagi. Emak akan kasih ayam goreng buat kamu bagi ke anak-anak itu”
Amelia mengangkat kepalanya dan tersenyum.
“Terimakasih mak” Amelia memeluk Mak Ijah erat-erat. (*/cerpenmu/bua)