Oleh: Jusrihamulyono A.HM
Trainer P2KK PUSDIKLAT
Pengembangan SDM UMM
Melalui perjalanan panjang penantian Presiden periode 2024, pada tanggal 20 Oktober 2024 kemarin, hari dilangsungkannya pelantikan presiden yang sah terpilih secara demokratis. Hal ini berdasarkan pada jadwal yang telah diatur berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 3 Tahun 2022 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2004.
Tentunya hal yang sangat dinantikan di dalam acara pelantikan presiden dan wakil presiden yang terpilih adalah pidato perdananya. Pidato yang diharapkan memberikan napas segar terhadap rakyat yang telah memberikan suaranya dalam kontestan pemilihan umum yang lalu.
Pidato Presiden Prabowo Subianto saat pelantikan kemarin sangat berapi-api. Penuh optimisme dan mengajak seluruh komponen masyarakat Indonesia untuk menjadi bangsa yang berani. Bangsa yang berani menghadapi segala hambatan, rintangan, bahkan ancaman di tengah pergolakan dunia yang makin dinamis.
Prabowo juga meyakinkan bahwa Indonesia dengan kekayaan alam yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa, akan mampu menjadi lumbung pangan dunia. Empat sampai lima tahun mendatang, cita-cita besa itu harus kita wujudkan bersama. Prabowo juga mengajak semua masyarakat untuk menjadi bangsa yang bersatu. Bukan bangsa yang membenci dan saling mencaci maki.
Pidato Prabowo di depan majelis permusyawaratan terhormat dan dihadapan para tamu istimewa negara-negara di dunia tampak sangat meyakinkan. Harapan besar akan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tampak dikedepankan. Prabowo bertekad seluruh masyarakat yang belum menikmati kemerdekaan bisa merasakan kesejahteraan yang sama.
Prabowo juga meyakinkan dan mengajak semua pimpinan dan para pejabat di Indonesia untuk tidak melakukan tindak korupsi. Prabowo berjanji akan menjalankan amanah dengan mengutamakan kepentingan seluruh Rakyat Indonesia di atas kepentingan golongan dan kepentingan pribadi. Itu sumpah yang sudah diucapkan saat dilantik menjadi Presiden.
Maka ke depan, seluruh masyarakat Indonesia tinggal menunggu, apa yang diucapkan saat pelantikan, saat kampanye sama dengan saat menjabat Presiden lima tahun ke depan. Masyarakat Indonesia yang akan bisa merasakan, apa yang sudah diucapkan dengan berapi-api adalah bukti nyata atau hanya ucapan retorika indah semata.
Balancing Umur
Periode kepresidenan kali ini memiliki kisah tersendiri khususnya pada rekor umur pasangan presiden. Saat pelantikan, presiden Prabowo akan mencatatkan rekor sebagai Presiden Republik Indonesia tertua, yakni berumur 73 tahun 3 hari. Sedangkan pasangannya Gibran Rakabuming Raka akan mencatatkan dirinya sebagai wakil Presiden Republik Indonesia termuda berusia 37 tahun 19 hari.
Keseimbangan antara pasangan tua dan muda menjadi warna terbaru di periode kepresidenan ini. Bagaimana keduanya mampu bersinergi, bukan karena umur akan tetapi sebuah hubungan anak dan orang tua. Ciri khas tradisi Indonesia dalam hubungan kaum muda dan kaum tua yaitu orang tua selalu memberikan nasehat kepada yang mudah dan yang mudah selalu meminta pengarahan kepada yang tua.
Pepatah lain yang sering kita dengar di lidah Indonesia yaitu yang mudah menghargai yang tua sebaliknya yang tua menyayangi yang mudah. Hubungan erat pasangan tersebut setidaknya memiliki keseimbangan akan prioritas gerakan yang melambangkan perhatian Prabowo sebagai orang tua dan Gibran sebagai anak yang mau bekerja keras.
Kerja sama akan visi misi yang berkolaborasi dari pemikiran yang tua dan muda diharapkan menjadi sinkronisasi keadaan rakyat. Kutipan bijak seperti “usia tua bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal dari kebijaksanaan.” Arti sikap kedewasaan dapat dijadikan sebagai pijakan regulasi yang terbit selama periode kepemimpinan lima tahun mendatang.
Jika perbedaan umur ini tampak pada pasangan presiden dan wakil presiden, hal yang serupa pun terjadi di dalam kursi wakil rakyat atau DPR RI yang dilantik pada 1 Oktober lalu. Umur termuda dari anggota DPR RI yaitu 23 tahun. Sedangkan anggota yang paling tua telah berumur 73 tahun.
Gambaran periode kali ini memiliki keistimewaan yang memberikan pesan bahwa bangsa Indonesia yang luas dan besar akan jaya bila semua golongan menyatu tanpa penggolongan kulit tua dan muda. Kira-kira demikian penulis mampu mengambil isyarat dari periode Prabowo Subianto dan Gibran.
Harapan Nasib
Segala bentuk keputusan maupun arahan Presiden Prabowo nantinya diharapkan lahir dari rasa cinta dan tanggung jawab yang besar dalam memperbaiki nasib bangsa Indonesia lima tahun ke depan. Prabowo sendiri pada 14 Oktober lalu telah mengundang beberapa tokoh untuk datang ke kediamannya guna memastikan dan memantapkan sosok kandidat yang dapat mengemban amanah dalam kabinetnya. Hal ini sangat penting juga sebagai pilar kekuatan dalam menyelesaikan program-program yang ingin dituntaskan.
Sinergitas dan loyalitas menjadi hal yang penting dalam menaruh harapan nasib rakyat di tangan Presiden dan wakilnya serta para menteri dalam menjalankan amanah nasional. Menteri yang tentunya paham pada kondisi lapangan dan kebutuhan rakyat di tengah gempuran ketidakpastian globalisasi.
Kita semua sudah tahu di setiap waktu Prabowo berpidato, beliau selalu menyampaikan nasib bangsa Indonesia di tengah arus perang timur tengah dan iklim globalisasi teknologi serta media. Berlimpahnya kekayaan bumi nusantara dapat menjadi ancaman atau bahkan dirampok bila para pemimpinnya tidak dapat mengelola secara profesional demi kemakmuran rakyat.(*)