spot_img
Sunday, September 8, 2024
spot_img

Serunya Ikut Rakor Darurat Kebencanaan Pokjaprov Jatim dan BPBD Jatim

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA-Meliput  bencana, tentu sudah menjadi tugas biasa bagi seorang jurnalis. Artinya, diberi tugas peliputan apapun oleh redaktur, adalah hal biasa. Hampir sama dengan tugas liputan lainnya. Liputan non bencana.

Namun ternyata tidak selamanya demikian. Saat peliputan bencana, jurnalis atau wartawan harus tahu apa yang mesti dikerjakan. Harus mengerti benar, dimana posisi pas saat melakukan liputan bencana. Bencana yang ragamnya cukup banyak bukan tidak mungkin bisa membawa bahaya bagi diri sendiri. Termasuk bagi wartawan yang meliput.

Dan di Indonesia,   bentuk bencana yang terjadi cukup banyak sekali. Gunung meletus. Banjir bandang. Tanah longsor. Pesawat jatuh sampai bencana akibat puting beliung.

“Anda salah menempatkan diri, maka Anda sendiri yang akan terkena bencana,” ucap Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono saat membuka rakor kebencanaan untuk wartawan Pokjaprov Jatim, Rabu (7/5) lalu.

‘’Kalau Anda tidak mau ada bencana, silakan pindah ke Kalimantan. Makanya, kenapa Ibu Kota Negara (IKN) ditempatkan di sana (Kalimantan). Bukan di Jawa,’’ tambah Adhy, sembari tersenyum.

Jurnalis senior Malang Posco Media Hary Santoso baru saja mengikuti pelatihan rescue untuk jurnalis Pokjaprov Jatim digagas Badan Pengendali Bencana Daerah (BPBD) Jatim,7-8 Mei 2024.

Selama dua hari penuh, anggota Pokjaprov Jatim diberikan wawasan dan materi tentang segala bencana. Tetapi, karena terbatasnya pertemuan maka sesi kali ini, tim BPBD Jatim hanya memberikan materi pokok rescue di air. Penyelamatan di air.

Semula saya kurang tertarik dengan materi yang diberikan. Karena sebagai jurnalis senior, saya sudah berkali-kali meliput bencana di Indonesia. Mulai banjir bandang di dusun Kemiri, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember tahun Januari 2005.

Ketika itu Bupatinya dijabat MZA Djalal. Bupati Jember pertama yang dipilih langsung oleh rakyat. Besarnya air dari atas gunung di Desa Kemiri, saat itu, menghanyutkan ribuan kubik tanah dan mengubur hidup-hidup 57 warga di bawah gunung tersebut. Kurang lebih seminggu saya  meliput tuntas bencana Jember sampai dinyatakan selesai.

Liputan besar lain yang pernah saya lakukan  saat Gunung Merapi di Sleman, Jogjakarta Meletus. Ketika itu 26 Oktober 2010, Gunung Merapi erupsi sangat dahsyat dan mengakibatkan korban tewas hingga 380 jiwa lebih. Ribuan warga sekitar Merapi dievakuasi ke berbagai lokasi. Dan dalam bencana ini juru kunci legendaris Mbah Maridjan ikut menjadi korban jiwa.

Mengambil lokasi di sebuah lapangan, tim instruktur BPBD Jatim dengan telaten dan teliti menjelaskan bagaimana menyelamatkan korban tragedi di air. Entah karena kapal tenggelam atau karena banjir bandang. Penjelasan yang detail dan runtut menjadikan sekitar 70 wartawan Pokjaprov Jatim tidak ada yang bosan. Mereka sangat tertarik mengikuti sampai habis.

Dari sekian banyak materi instruktur, ada yang paling menarik. Yaitu, kita tidak perlu memberi pertolongan kepada orang lain, jika posisi kita ikut terancam. Kita tidak perlu sok sosial memberi pertolongan. Kita tidak wajib menolong meski saat itu, korban ada di depan kita. Jangan korbankan diri sendiri karena menolong orang lain.

‘’Gak usah dipaksakan. Jangan sok sosial kalau pada akhirnya justru membahayakan nyawa kita sendiri,’’ ungkap Bambang S, salah seorang pemateri dari BPBD Jatim.

Setelah materi di darat dinilai sudah cukup, kegiatan dilanjutkan dengan praktik langsung bagaimana penyelamatan di air. Termasuk bagaimana menghadapi situasi  kapal yang ditumpangi terbalik di air. Kali ini, praktik digeber di Kali Brantas, Kota Batu sepanjang 12 KM. Seluruh peserta wajib mengenakan pelampung dan helm standar SAR.

‘’Anda salah menggunakan pelampung, nyawa Anda juga bisa melayang. Jangan dikira kalau sudah mengenakan pelampung diri aman di atas air. Apalagi, tidak semua pelampung memenuhi standar yang ditentukan SAR (Search and Rescue),’’ rinci Bambang.

Setelah lebih tiga jam mengarungi 12 KM Kali Brantas, berbagai cerita pun keluar dari mulut teman-teman Pokjaprov Jatim. Tapi umumnya mereka puas dan ke depan rescue akan dilanjut di dalam hutan. Aku sendiri terbalik di mascot terakhir atau mascot nomor 5.

‘’90 persen kemungkinan kapal (perahu karet) pasti terbalik kalau di mascot ini. Kalau tidak terbalik malah tidak seru. Tidak ada pengalaman apa-apa,’’ tutur Panjul, pemandu rafting dari Ganesha Rafting Batu. (has/van)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img