Malang Posco Media – Sebanyak 50 persen UMKM memilih Shopee sebagai platform utama yang mereka gunakan untuk berjualan daring dalam satu tahun terakhir.
Demikian diungkapkan
Riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) bertajuk “Peran Platform Digital Terhadap Pengembangan UMKM di Indonesia”, dan disiarkan di Jakarta,hari Senin (29/1) ini.
Berdasarkan riset tersebut, sebanyak 34,25 persen pelaku UMKM memilih aplikasi digital, seperti aplikasi e-commerce dan media sosial sebagai tempat utama untuk mereka berjualan secara daring.
Riset ini menemukan bahwa 50 persen UMKM atau lebih dari setengah total responden memilih Shopee sebagai platform utama yang mereka gunakan untuk berjualan daring dalam satu tahun terakhir. Selain aplikasi e-commerce, para pelaku UMKM juga aktif menggunakan media sosial, seperti Facebook Marketplace dan Instagram Marketplace sebagai platform berjualan daring.
Digitalisasi UMKM mendorong ekonomi digital di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun. Google, Temasek, dan Bain memproyeksikan nilai ekonomi digital Indonesia akan tumbuh menjadi 109 miliar dolar atau sekitar Rp1,721 triliun pada 2025.
Bahkan, pada 2030, ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan menyentuh angka 210 miliar dolar hingga 360 miliar dolar (Rp3,317 triliun – Rp5,687 triliun).
Pertumbuhan tersebut tak lepas dari tingginya nilai transaksi sektor e-commerce, yang telah menjadi kontributor utama dalam ekosistem ekonomi digital tanah air. Kehadiran platform e-commerce ini juga telah membuka banyak peluang bagi pelaku UMKM untuk semakin mengembangkan bisnisnya secara daring.
Selain aplikasi e-commerce Shopee, sejumlah aplikasi media sosial, seperti Facebook Marketplace (33,46 persen), Instagram Shop (28,74 persen), dan TikTok Shop (20,87 persen) menempati posisi kedua – keempat secara berurutan sebagai tempat berjualan daring yang paling banyak digunakan oleh pelaku UMKM selama satu tahun terakhir.
Aplikasi media sosial Facebook dan Instagram memungkinkan para penggunanya melakukan pemasaran bisnis melalui berbagai fitur yang disediakan, antara lain fitur Feed, Story, maupun Marketplace/Shop.
Riset INDEF tersebut juga menganalisis tempat berjualan daring yang “paling sering digunakan”. Berdasarkan hasil riset tersebut, Shopee konsisten menempati posisi pertama sebagai aplikasi yang paling banyak digunakan oleh para pelaku UMKM dengan persentase sebesar 36,22 persen, diikuti oleh Facebook Marketplace (18,50 persen) dan Online Food Delivery (16,93 persen), seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood.
Merujuk pada hasil riset INDEF, pelaku UMKM memiliki tiga alasan utama mengapa mereka menerapkan digitalisasi dalam bisnisnya. Tiga alasan utama tersebut meliputi kepraktisan dalam berjualan secara daring (79,13 persen), eksposur/trafik yang lebih luas (72,83 persen), dan potensi pertumbuhan bisnis yang lebih cepat (69,69 persen).
Peneliti Center of Digital Economy and SMEs INDEF, yakni Izzudin Farras menjelaskan bahwa terlepas dari pertumbuhan ini, keterampilan digital tetap menjadi tantangan bagi UMKM untuk bisa masuk dalam digitalisasi.
“Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pelaku UMKM untuk menghadapi persaingan bisnis adalah dengan mengikuti program edukasi atau pelatihan UMKM yang diadakan oleh berbagai platform e-commerce,” katanya.
Berdasarkan riset tersebut, beberapa tantangan utamanya adalah ketatnya persaingan antar pelaku usaha dalam platform digital (96,46 persen) dan kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam penggunaan platform digital (83,46 persen).
Namun, Izzudin juga mengatakan bahwa saat ini sudah semakin banyak pelaku UMKM yang sadar akan pentingnya penggunaan platform digital dan dampak positif digitalisasi dalam bisnis mereka.
Oleh karena itu, para pelaku UMKM diharapkan dapat terus melakukan inovasi dari segi produk, layanan hingga strategi untuk menggaet pelanggan di tengah persaingan bisnis daring yang semakin ketat.(ntr/nug)