MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Beruntung menjadi siswa SMA Katolik
Frateran. Terutama saat mereka kelas 12, mendapatkan program intensif tiga bahasa asing. Bahasa Inggris, Jepang dan Mandarin. Tidak hanya di program ekstra tetapi juga diperkuat dalam jam pelajaran reguler. Ada beberapa pertimbangan diterapkannya intensif bahasa asing ini.
Kepala SMAK Frateran Malang Fr. M. Albertus Sukatno, BHK., M.Ag mengatakan, siswa SMA selangkah lagi dihadapkan di dua pilihan. Lanjut studi ke perguruan tinggi, atau bekerja. Keduanya butuh keterampilan bahasa asing. “Karena itu kita bekali mereka dengan keterampilan tiga bahasa ini, sebagai nilai lebih lulusan SMAK Frateran,” katanya kepada Malang Posco Media, Selasa (20/9) kemarin.
Menurutnya bahasa merupakan alat komunikasi. Alat membangun peradaban. Tanpa kemampuan bahasa yang baik, seseorang tertinggal dari kemajuan. Terlebih di era teknologi digital, harus siap bersaing. Selain itu, kata dia, tidak jarang kesenjangan timbul karena penguasaan bahasa yang tidak baik.
Frater Sukatno memberi contoh TKI yang seringkali bermasalah dengan atasannya karena faktor bahasa. “Sering salah respon, tidak sesuai dengan arahan bosnya sehingga jadi masalah dengan pekerjaanya,” kata dia.
Menerapkan program tiga bahasa asing untuk kelas 12 bukan urusan mudah. Frater Sukatno mengaku seringkali mendapat tantangan di awal pelaksanaan program ini. Karena tidak semua siswa setuju. Bahkan banyak yang memprotes. Namun sebagai kepala sekolah dia mengerti yang terbaik untuk siswanya. Menghadapi era global tidak boleh biasa-biasa saja. Tidak cukup nilai raport yang tinggi.
Harus punya keterampilan, dan keterampilan bahasa asing membuat seseorang percaya diri. Dimanapun berada, baik di kampus maupun di perusahaan, siap bersaing. “Awalnya banyak yang tidak setuju, tapi saya selalu memberikan pencerahan pada anak-anak. Sesuai dengan pengalaman yang saya dapatkan,” terangnya.
Menurutnya, saat ini dan di masa yang akan datang diprediksi dua negara yang akan menguasai sektor ekonomi. Jepang dan China. Imbas produk teknologi industri dari kedua negara itu sudah dirasakan masyarakat dunia saat ini.
Tak terkecuali Indonesia. Maka sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, seharusnya mengambil peran sentral. Harus dominan dalam mengolah dan memanfaatkan SDA yang ada. “Bukan lantas orang lain yang mengelola, kita yang punya sumber daya tidak boleh menjadi penonton,” tegasnya.
Program intensif bahasa asing baru diterapkan mulai tahun ajaran ini. Dikembangkan sendiri oleh guru-guru SMAK Frateran dengan konsep yang sistematis dan terprogram. Semua siswa wajib mengikuti ketiga bahasa itu. Hanya saja mereka bebas menentukan waktunya. “Semua kita wajibkan. Nanti kita akan evaluasi sejauh mana keberhasilan dari program ini,” kata dia. (imm/bua)