MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Dunia pendidikan Indonesia tidak asing lagi dengan istilah Merdeka Belajar dan juga Kampus Merdeka. Kampus Merdeka adalah bagian dari kebijakan Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang memberikan seluruh mahasiswa kesempatan untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai langkah persiapan karier.
Dimulai tahun 2020, kebijakan ini bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja, serta memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memilih mata kuliah yang diminati. Sehingga mahasiswa dapat mengoptimalkan bakatnya dan bisa memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa.
Ada beberapa program Kampus Merdeka yang telah digulirkan. Tentu tujuannya adalah menyiapkan mahasiswa yang siap bersaing di segala bidang. Menjadikan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa yang tangguh, otonom dan bertanggung jawab. Terutama dengan nasib mereka di masa depan. Terpenting lagi, mereka jadi tumpuan masa depan Indonesia dalam persaingan global.
Mengutip di website Kampus Merdeka Kemendikbud Ristek, ada 9 program Kampus Merdeka. Yaitu Kampus Mengajar, Magang Bersertifikat, Studi Independen Bersertifikat, Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Wirausaha Merdeka, Indonesian International Student Mobility Awards, Praktisi Mengajar, Bangkit by Google, GoTo, and Traveloka, serta Kementerian ESDM–GERILYA.
Banyak kampus sudah menjalankan program ini, baik kampus negeri maupun swasta. Seperti di Kota Malang, puluhan kampus telah menerapkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Sebut saja Univeritas Brawijaya, kampus negeri yang satu ini aktif menjalankan program Merdeka Belajar. Baik untuk program magang maupun yang pertukaran mahasiswa dari seluruh dunia.
“Merdeka Belajar Kampus Merdeka mempersiapkan mahasiswa lebih adaptif terhadap perubahan yang demikian cepat, baik di tingkat nasional maupun global. Melalui program ini, mahasiswa diberi kelonggaran untuk belajar di luar kampus, bahkan dari kampus terbaik di luar negeri selama satu hingga dua semester,” ungkap Prof. Dr. Ir. Imam Santoso MP., Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Brawijaya.
“Salah satu programnya adalah IISMA yaitu Indonesian International Student Mobility Awards, puluhan mahasiswa UB diterima dalam program bergengsi ini, tentu melalui program seperti ini akan menjadi salah satu upaya kita menyiapkan generasi penerus bangsa untuk menghadapi persaingan dunia,” lanjut Mantan Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UB ini kepada Malang Posco Media, Kamis (23/2) kemarin.
Sementara itu, hingga tahun 2022, sudah ada 178.998 mahasiswa dari seluruh Indonesia yang mendaftar program Kampus Merdeka. Setiap tahun jumlahnya meningkat, tersebar dalam program yang telah disiapkan Kemdikbud Ristek. Hal ini disampaikan Plt. Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D., IPU, ASEAN.Eng saat menjadi Keynote Speaker pada Sidang Paripurna Majelis Senat Akademik Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, beberapa waktu yang lalu.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan di Universitas Brawijaya ini, Nizam menyampaikan monitoring evaluasi dan kajian dampak Kampus Merdeka secara nasional. “Dengan memperhatikan aspek kepuasan para pihak terhadap program, rekognisi SKS, dan dampak bagi mahasiswa, serta aspek lainnya, didapatkan bahwa mayoritas penerima manfaat menyatakan puas dan sangat puas atas program Kampus Merdeka yang diikutinya,” ungkap Nizam.
Dia mengungkapkan, dari hasil kajian dampak ekonomi Kampus Merdeka, 41 persen mahasiswa mendapatkan pekerjaan lebih cepat. Termasuk gaji pertama alumni Kampus Merdeka lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Menurutnya, seluruh program ini menunjukkan capaian dan tambahan kompetensi yang tinggi terutama dalam soft skill, seperti kepemimpinan, kapasitas berpikir, problem solving, berpikir kritis, dan kreativitas. “Semoga kemajuan Indonesia dalam pendidikan tinggi dapat menjadi contoh baik bagi dunia,” pungkasnya. (bua/udi)