MALANG POSCO MEDIA, JAKARTA – I Putu Gede Swi Santoso membawa ilmu penting ketika menjadi pelatih. Termasuk saat dipercaya masuk ke tim kepelatihan Arema FC. Ia ingat bagaimana dulu almarhum Benny Dollo dalam menyikapi hasil pertandingan, baik saat raih kemenangan atau menerima kekalahan dari sebuah tim.
“Ada ilmu Om Benny yang bisa diterapkan. Kalau menang, biasanya pemain gak boleh baca koran (berita kemenangan Arema). Kalau kalah, maka di mes diperbanyak koran. Kita pemain juga disuruh menyalakan radio yang membahas tentang kekalahan Arema dan suara-suara Aremania,” kata I Putu Gede Swi Santoso.
Hal ini berarti, pemain pantang takut menghadapi kekalahan. Sebaliknya, saat menang tim dilarang jemawa demi menjaga konsistensi. Menurut dia, banyak treatment yang dirasakannya dulu sebagai pemain Arema ketika dilatih Bendol, sapaan akrab Benny Dollo. Bahkan, ia tak ragu menerapkan hal-hal yang baik demi meningkatkan mentalitas pemain.
Dia mengingat pernah berlatih di markas militer atau justru ditekan habis-habisan karena hasil yang negatif. “Kadang juga, kita disuruh latihan di Stadion Gajayana, orang-orang sengaja disuruhnya nonton semua. Mereka disuruhnya melakukan pressure kepada pemain Arema. Saya pikir itu hal yang baik. Jadi bisa saja diterapkan saat ini. Kalau yang baik, bisa ditiru juga,” sebut dia.
Putu Gede pun sudah menerapkan ketika timnya kalah. Dia tidak mau mencari kambing hitam dibalik kekalahan dari Persija. Ia menekankan evaluasi ke dalam, ketimbang mendengarkan suara sumbang tentang perdebatan gol lawan.
Selepas pertandingan, Putu Gede menyebutkan secara individu dan kerja sama tim, Arema FC kalah. Putu Gede sendiri mengakui, banyak ilmu dia dapat saat dilatih almarhum Bendol sepanjang musim 2004-2006 sehingga dia tidak ragu menerapkan ilmu tersebut ketika memimpin tim atau melatih sebuah klub. (ley/bua)