HARI Koperasi yang biasa diperingati tiap 12 Juli menjadi momen saling membantu, gotong royong dan berkolaborasi. Terlebih di tengah merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak dan mempengaruhi para peternak yang notabene merupakan anggota koperasi.
Sinergi dan kolaborasi antar koperasi ini begitu penting dan bisa menjadi salah satu upaya untuk bangkit dari keterpurukan akibat PMK. Hal itu dikatakan Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), Sri Untari Bisowarno. “Kita tidak perlu berkompetisi, tapi bersinergi dan berkolaborasi,” katanya.
Sebab, menurut dia, kolaborasi itu menjadi hal yang sangat penting agar dapat tumbuh bersama mengisi ruang untuk berkembang bersama koperasi Indonesia. Tidak dipungkiri, kondisi produksi susu dan daging di tingkat peternak atau anggota koperasi memang tengah merosot tajam akibat PMK.
Hal ini dikatakan Untari sebagai posisi yang paling terpuruk selama ini. “Sapi biasanya sebagai bagian daripada modal dan ‘mesin’ untuk kesejahteraan anggota koperasi banyak yang mati. Padahal sapi buat peternak mengandung dua hal. Pertama adalah pendapatan harian untuk susu dan kedua, tabungan mereka,” jelas Untari.
“Contoh di Koperasi SAE Pujon seperti saat kami meninjau itu merosot sampai 60 persen produksi susu. Belum lagi yang produksi daging. Maka posisi mereka memang cukup menderita,” sambungnya. Pihaknya mendorong pemerintah untuk memberi bantuan kepada para peternak atau anggota koperasi yang terdampak.
“Saya minta kepada pemerintah untuk bisa membantu teman teman yang sedang kredit sapi diberikan relaksasi bahkan yang mati saya mengusulkan untuk diganti dengan bibit sapi. Tapi selama proses belum mendapat income, pemerintah bisa membantu apa saja agar petani dan peternak tetap hidup,” sebut Ketua Umum Koperasi Setia Budi Wanita (SBW) Malang ini.
Untari juga mendorong sinergi dan kolaborasi antar koperasi. Harus saling membantu agar koperasi yang menjalankan bisnisnya di sektor peternakan bisa bangkit dari keterpurukan. “Koperasi koperasi yang sedang berbisnis di luar pertenakan bisa membantu sesama koperasi, mungkin dengan meminjamkan modal antar koperasi selain memang berasal dari perbankan atau yang lain,” tegasnya. (ian/mar)