Siapa sangka singkong goreng yang dulunya tidak begitu dipedulikan oleh manusia, bahkan tidak jarang digunakan untuk makanan hewan, tapi hari ini makanan yang satu ini begitu digandrungi oleh banyak orang. Lebih-lebih setelah banyak startup yang mampu mengubah bahan makanan pengganti ini menjadi sebuah makanan yang ber “value.” Positioningnya langsung meroket, bahkan banyak yang berlomba untuk membuat bisnis serupa dengan model gerobak dan difranchisekan.
Kalau saya sendiri, makanan yang satu ini adalah menu wajib di pagi hari atau makanan pendamping saat mengerjakan pekerjaan kantor yang setiap hari menanti. Saya sedang tidak ingin membahas kenapa saya suka singkong goreng dan kenapa hampir setiap pagi saya memakannya bersandingan dengan kopi hitam khas rumah.
Namun saya sedang ingin membahas, betapa ketika bisnis itu didesign dengan sebaik-baiknya, diseriusi dengan seserius-seriusnya, dijalankan dengan strategi sebaik-baiknya dan dijalankan serta dirawat dengan penuh optimisme, maka bukan suatu hal yang mustahil keberhasilan akan sampai kepada kita.
Dalam bisnis, setidaknya kita harus memahami tentang “Strategic Planning” atau rencana strategis yang harus kita buat dalam berbagai kurun waktu untuk mencapai target dan tujuan bisnis. Strategic planning adalah sebuah konsep mendasar yang harus kita miliki, rencanakan dan eksekusi agar goal kita tidak “mbleset”, atau agar kita tidak merasa menjadi orang yang paling “sial” dalam menjalankan usaha. Karena setiap memulai atau membuka usaha selalu gagal dan tidak berbuah.
Rencana strategis adalah “driver” bagi pertumbuhan eksponensial. Oleh karenanya dalam implementasinya rencana strategis harus terus dibuat, diperbaharui, disesuaikan, dijalankan dan dievaluasi. Rencana strategis selazimnya akan menjadi panduan bagi seluruh aktivitas kita dalam menjalankan bisnis agar sampai kepada tujuan (goal) yang akan dicapai.
Setidaknya ada empat tahap, dalam menyusun rencana strategis dalam bisnis kita; Pertama, Kita harus menentukan posisi kita saat ini jika dibandingkan dengan “market leader” atau kompetitor yang ada, di urutan keberapakah produk atau jasa kita.
Menjustifikasi ranking produk atau jasa atau bisnis kita dibandingkan dengan kompetitor adalah usaha yang sangat penting, agar kita bisa secara “fair” mengetahui apa kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang kita.
Sebagaimana teori yang disampaikan oleh Michael Porter tentang “competitive analisys”, bahwa sepanjang kehidupan dan perjalanan bisnis pasti kita akan bertemu dengan lima hal. Yakni ancaman pendatang baru, bargaining customer, bargaining suppliers, ancaman produk subtitusi dan persaingan sengit yang tidak ada habisnya antar sesama bisnis.
Oleh karena itu menjadi sebuah hal yang penting kemampuan seorang pegiat bisnis untuk bisa mengaudit posisinya setiap saat dibandingkan kompetitor, agar mampu membuat kebijakan dan strategi yang tepat di tengah-tengah persaingan yang ada.
Kedua, Setelah kita paham posisi bisnis kita diranking berapa dibanding kompetitor, maka pekerjaan selanjutnya adalah kita wajib menyusun strategi terbaik. Strategi yang kita buat harus “base on” riset, audit kompetitor, future trend dan customer habbit.
Tidak semua strategi cocok dengan situasi dan kondisi yang terjadi. Tidak semua strategi relevan dengan customer behavior yang ada. Kejelian dalam menentukan strategi terbaik merupakan tantangan dan wujud kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pegiat bisnnis, karena “Strategi terbaik akan membawa kita pada titik kesuksesan dan kemakmuran.”
Ketiga, Setelah menentukan dan menyusun strategi, maka buatlah perencanaan (plan) eksekusinya. Karena timeline eksekusi akan “mendrive” pikiran kita agar kita disiplin dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang telah kita buat.
Keempat, bagian terakhir yang tidak kalah pentingnya dalam empat tahap menyusun rencana strategis adalah miliki “performance” yang tinggi dalam mengeksekusi semua rencana. Eksekusi dengan “full power performance” adalah kunci penentu dalam empat tahapan ini, karena sebagus apapun rencana yang telah dibuat jika tidak dibarengi dengan kinerja yang unggul akan menjadi percuma.
Dialah Ivan Arreguin-Toft seorang Postdoctoral fellow Harvard University John Kennedy School of Government, telah melakukan sebuah riset terhadap peperangan yang terjadi selama 200 tahun terakhir.
Hasilnya adalah ketika sebuah pertempuran melibatkan satu pihak yang memiliki jumlah pasukan lebih banyak dibandingkan lawannya, maka 71,5 persen pertempuran itu dimenangkan oleh pihak yang memiliki pasukan lebih banyak.
Namun Ivan menemukan fakta yang menarik dalam risetnya itu, yakni ketika pihak yang lebih sedikit pasukannya menggunakan taktik perang yang tidak konvensional seperti perang gerilya, ditemukan fakta bahwa pihak dengan pasukan lebih sedikit justru lebih banyak menang dibandingkan kalah. Total kemenangannya 63,6 persen dari total pertempuran.
Limitations bukanlah mimpi buruk bagi kita yang hari ini masih kecil, masih merintis, masih merangkak dan baru berjalan. Justru dengan limitations kita ditantang untuk terus menemukan cara agar kita memenangi pertempuran.
Temukan style permainan kita sendiri, fixasi strategi-strategi baru yang tidak terpikirkan oleh yang lainnya, paksa diri dan pikiran serta team kita untuk sampai pada “break the limit” tindakan dan eksekusi. Modelling, banchmarking, compelling strategy, execution, adalah kunci agar kita memenangi pertempuran dalam kondisi apapun medannya.
Singkong goreng hanya sebatas akan menjadi makanan biasa, jika tidak didesign dengan sebaik-baiknya. Dia hanya akan berakhir sebagai makanan biasa bahkan menjadi makanan hewan ternak apabila tidak diberikan nilai tambah yang paripurna. Empat tahapan menyusun rencana strategis di atas saya pikir akan menjadi langkah signifikan bagi apapun bisnis kita, untuk menciptakan nilai tambah, agar kita dan bisnis kita bisa berdaya saing dan diminati banyak orang.(*)