.
Friday, December 13, 2024

Slembat Dulu Ikonik, Kini Makin Samar

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG MBIEN

MALANG POSCO MEDIA- Jika bertanya kepada kalangan milenial atau Gen- Z dimanakah Slembat berada di Kota Malang? kebanyakan pasti akan mengerenyitkan dahinya. Padahal dulu, Slembat salah satu tempat paling populer dan ikonik di Malang Raya.

Sebagian generasi bisa saja tak tahu apa itu Slembat. Namun jika bertanya kepada generasi lama, maka bisa menunjukkan bahwa Slembat. Bahkan banyak memori terbuka kembali.

Slembat termasuk salah satu tempat paling ikonik di Kota Malang di era sebelum satu dekade terakhir. Slembat pada zaman Mbien merupakan kolam renang di kompleks Stadion Gajayana dulu.

Nasib Slembat tamat saat revitalisasi Stadion Gajayana sekitar tahun 2008. Itu ditandai dengan pembangunan MOG dan revitalisasi Stadion Gajayana. 

Slembat berasal dari istilah Bahasa Belanda. Mulanmya Bernama resmi  Gemeentelijke Zwembad. Ini disampaikan Pemerhati Sejarah Kota Malang Agung H Bhuana kemarin kepada Malang Posco Media.

“Nama resminya itu (Gemeentelijke Zwembad). Masa pembangunannya masuk dalam Bouwplan V yang  merujuk pada pembangunan fasilitas olahraga di Gemeente Malang,” papar Agung.

Ia menyampaikan masa Bouwplan V sekitar tahun 1924 dan 1926, fasilitas olahraga yang dibangun adalah Stadion Gajayana. Bersamaan dengan itu, sebuah kolam renang, lapangan badminton, lapangan tenis dan basket juga dibangun bersamaan.

Seluruh fasilitas olahraga ini memang dibangun di masa tersebut dikarenakan perkembangan sosial warga pada era itu sudah sangat berkembang pesat. Termasuk secara sosial masyarakatnya yang sudah mementingkan budaya olahraga.

“Nah kolam renang itu disebut dalam bahasa Belanda ya Zwembad. Sebutan ini juga digunakan warga Malang saat itu tetapi jadi terpengaruh dengan Lidah Jowo sehingga menjadi Slembat dalam pengucapan,” tutur Agung.

Dalam perkembangannya sebutan Zwembad kemudian berubah menjadi Slembat. Dikarenakan pengucapan Slembat lebih mudah diucapkan oleh warga lokal inilah yang kemudian turun temurun diwariskan kepada anak dan cucu. Yang kini juga menjadi warga Kota Malang dan seterusnya.

Agung mengatakan sebutan Slembat masih populer hingga zaman pasca era kolonial Belanda. Bahkan setelah Kemerdekaan RI hiangg era awal 2000. Akan tetapi sebutan ini kemudian lama-kelamaan luntur alias samar terucap. Agung meyakini penggunaan kata Slembat tidak lagi populer saat era modern mulai mendatangi Kota Malang.

“Penyebutan itu (slembat,red) mulai luntur bersamaan dengan konsekuensi perkembangan zaman. Salah satunya yang terdekat saat dimulainya pembangunan bangunan modern seperti Mall di area itu. Akhirnya sebutan Slembat tergusur,” paparnya.

Di tengah namanya yang kini samar terdengar,  kini warga Kota Malang mengenalnya sebagai Kolam Renang Gajayana, bentuk kolam sudah tak sama seperti awal mulanya. Letaknya juga sudah agak sedikit bergeser dari lokasi yang lama. 

Agung mengatakan, menurut penelusuran sejarah yang ia lakukan, Slembat sempat menjadi lokasi event bergengsi pada zaman kolonial Belanda

“Pernah ada event Aquatic terbesar di masa itu sekitar tahun 1929-1930. Tapi perlu cek data detailnya dulu. Tapi pernah ada informasi seperti itu,” papar Agung.

Event Aquatic itu adalah event olahraga renang dan Loncat Indah. Yang pada saat itu menjadi olahraga paling bonafide yang hanya bisa diikuti oleh orang-orang Belanda dan keluarganya saja.

Kegiatan olahraga ini sangat populer sampai dibentuk klub renang sendiri. Yakni yang dikenal dengan nama Malangsche Zwemclub.

“Dan ada majalahnya. Majalah khusus renang dan loncat indah. Ini majalahnya namanya Zwemkroniek. Sampai ada toko khususnya jual pakaian renang itu tokonya di Kayutangan,” cerita

Agung.

Berdasarkan penelusuran Malang Posco Media, beberapa tahun setelah pembangunan,  slembat pernah menjadi lokasi pertandingan Polo Air yang diikuti tim Neptunus Kota Malang. Ini sebagaimana diberitakan koran  Soerabaijasch Handeslblad edisi 3 Desember 1929

Selain itu  Kondisi air slembat yang sempat kotor pernah jadi masalah serius lalu segera dibersihkan.

Surat kabar Nieuwe Courant edisi 31 Desember 1948 pun sampai memberitakan air slembat sudah dalam kondisi bersih. (ica/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img