MALANG POSCO MEDIA– Generasi tahun 90-an pasti sangat ingat slembat. Kolam renang di kawasan Stadion Gajayana yang dibangun hampir bersamaan awal pembangunan Kota Malang.
Rencananya dibangun dua slembat. Namun rencana kedua gagal diwujudkan karena mengundang perdebatan dewan kota.
Mulanya rencana pembangunan slembat di dua lokasi. Pertama di area Stadion Gajayana. Menurut Kroniek Der Stadsgemeente Malang Over de Jaren 1914-1939, di tahun 1931 rencana pembuatan kolam renang hendak ditambah. Bahkan sudah dianggarkan sebesar 2.500 gulden.
Rencana membangun kolam renang kedua direncanakan setelah kolam renang pertama dibangun dan sangat diminati. Meski begitu, rencana ini menimbulkan perdebatan di kalangan dewan kota.
Diketahui anggaran yang dibutuhkan sebesar 2.500 gulden terbilang sangat besar. Beberapa anggota dewan kota saat itu berdebat dalam sebuah rapat atau pertemuan. Sebagian tidak menginginkan adanya pembangunan kolam renang kedua karena masih banyak urusan pembangunan atau infrastruktur yang lebih penting.
Pegiat Sejarah Kota Malang Dwi Cahyono menyampaikan bahwa di tahun-tahun awal pemerintahan Kota Malang, Kota Malang memang hendak dibuat maju dari daerah lainnya. Ini yang mendorong pembangunan kota harus dilengkapi dengan seluruh kebutuhan penduduk salah satunya fasilitas olahraga.
“Ya lapangan olahraga, lalu slembat itu kan termasuk infrastruktur awal yang dibangun,” jelasnya.
Kembali menurut catatan Kroniek Der Stadsgemeente Malang Over de Jaren 1914-1939, Malang Posco Media menemui catatan bahwa rencana pembangunan kolam renang kedua dianggap tidak prioritas.
Ada catatan dari salah satu anggota dewan saat itu yang menyebut adanya kebutuhan mendesak yakni perawatan fasilitas kota. Yakni pengembangan dan perbaikan infrastruktur kampung-kampung penduduk saat itu dianggap lebih penting.
Diketahui pula rencana pembangunan kolam kedua juga memiliki unsur pemisahan kelas penduduk atau warga. Pembangunan kolam kedua ditujukan untuk warga yang terbilang mampu atau kaya. Sedangkan kolam pertama untuk warga kelas bawah. Sebelumnya pemerhati sejarah Kota Malang Agung H Bhuana juga menjelaskan bahwa sejak awal pemerintahan, Kota Malang menjadi jujukan warga untuk berwisata atau jalan-jalan.
Karena banyak fasilitas kota menarik sudah dibangun saat itu. Hal ini dikarenakan Kota Malang menjadi tempat tujuan warga Eropa atau Belanda bermukim.
“Nah makanya semuanya dilengkapi, ada lapangan olahraga, stadion, kolam renang, kafe-kafe di Kota Malang. Bahkan warga Eropa dari jauh-jauh kalau mau jalan-jalan suka ke Kota Malang karena termasuk sudah maju dan lengkap,” ungkap Agung.
Sementara itu rencana kolam renang kedua ini kemudian tidak jadi diwujudkan. Menurut catatan Kroniek der Stadsgemeente Malang Over de Jaren 1914-1939, kolam renang kedua tidak diwujudkan karena rencananya tenggelam dengan prioritas pembangunan lainnya.(ica/van)