MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Pembelajaran jarak jauh (PJJ) karena pandemi covid-19, tak membuat kendor komitmen SMP Islam Sabilillah (SMPIS) Malang untuk mencetak bibit unggul. Berbagai inovasi pembelajaran terus dilakukan. Termasuk pembinaan khusus siswa-siswi yang tergabung dalam tim olimpiade.
Untuk menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa di bidang akademik, guru olimpiade melakukan banyak terobosan. Setiap minggu bimbingan dilakukan secara rutin.
Koordinator Tim Guru Pembina Olimpiade SMP Islam Sabilillah Farchan Firmansyah, S.Pd mengatakan, selain bimbingan belajar, tim guru juga memberikan motivasi kepada siswa. Minimal sekali dalam seminggu. Motivasi itu diperlukan untuk menjaga semangat siswa. Sehingga sungguh-sungguh dalam meraih sukses dan menjadi juara.
“Kami perlu memberikan motivasi karena setiap siswa punya percepatan yang berbeda. Ada yang sudah juara, ada yang belum. Sehingga semua optimis, tidak ada yang pesimis,” katanya.
Anggota tim olimpiade SMP Islam Sabilillah ada sekitar 45 siswa. Setiap angkatan ada 15 anak. Pembinaan oleh guru tidak hanya akademik semata. Tetapi juga berarah pada penguatan etika yang baik, disiplin dan mampu berbagi waktu.
Farhan selalu mengimbau agar intensitas belajar di tim olimpiade tidak sampai membuat ketinggalan program belajar reguler. Maka perlu untuk dapat memanage waktu dengan baik. “Penekanan itu yang kami sampaikan pada anak-anak. Sehingga mereka imbang belajarnya,” ujarnya.
Farhan menerangkan, PJJ tidak menyurutkan intensitas pembinaan siswa. Program belajar siswa olimpiade tetap terlaksana seperti biasanya. Hanya konsepnya saja yang berbeda. Yakni secara virtual dengan zoom meet.
Saat menjelang lomba atau kompetisi, bimbingan dilakukan setiap hari. Seperti yang dilaksanakan dalam beberapa pekan terakhir. Karena tanggal 20 Maret mendatang, 10 siswa SMPIS akan melanjutkan perjuangan mereka di ajang Kompetisi Matematika Nalariah Realistik (KMNR). Dan kini mereka sudah lolos ke semifinal. “Kami mengirimkan 10 siswa, semuanya lolos dan alhamdulillah sekarang sudah masuk semifinal,” ungkap Farhan.
Siswa olim dijaring melalui ajang Olimpiade Sains Sabilillah (OSS) setiap tahunnya. Dari ajang kompetisi internal Lembaga Pendidikan Islam Sabilillah tersebut, ditentukan lima siswa terbaik dari tiap mata pelajaran. Yakni Matematika, IPS dan IPA.
Sebelum masuk ke OSS, siswa olimpiade dijaring dari program peminatan. Setiap siswa diberikan kesempatan memilih mapel yang disukai. Pembina olimpiade bekerjasama dengan guru kelas, untuk menentukan kelayakan mereka. “Setelah itu kami tentukan mereka dari penjaringan di OSS,” ucap Farhan.
Peran guru kelas sangat menentukan suksesnya seleksi ini. Mereka ikut menilai dan memberikan informasi pada tim. Guru kelas menilai dari banyak sisi. Selain kemampuan akademik juga menilai dari sisi kedisiplinan, sikap dan mental siswa.
“Karena kita memang butuh siswa yang tidak tangguh dan unggul di akademik saja, tapi juga kuat dalam etika dan ibadahnya,” tambah Farhan.
Ia melanjutkan, yang tidak kalah penting adalah dukungan orang tua. Sebab kata Farhan, menjadi siswa di tim olimpiade butuh konsistensi yang tinggi. Performa mereka harus terus meningkat. Tidak boleh turun. “Maka perlu dukungan besar dari orang tua. Mereka ikut memonitor dan mengontrol aktivitas anaknya di rumah,” tuturnya.
Namun Farhan tidak memungkiri bahwa tanggung jawab terbesar eksisnya tim olimpiade ada di tangan guru. Ketika bibit unggul diperoleh saat awal kelas 7, maka menjadi kewajiban guru untuk terus meningkatkan kemampuan siswanya.
Selain itu, lomba tidak hanya diikuti oleh siswa olim. SMPIS memberikan kesempatan kepada semua siswa. Terutama lomba-lomba besar. “Karena bisa jadi siswa di luar tim olim juga banyak yang potensinya bagus. Jadi kita tetap adil untuk memberikan kesempatan yang sama,” jelasnya.
Untuk menjaga kualitas pembinaan, tim guru pembina olim terus melakukan terobosan dan inovasi. Termasuk upgrade pengetahuan dan kompetensi.
Soal-soal latihan juga terus update dengan perkembangan yang terjadi. Tim guru juga bergabung dengan grup guru olimpiade di Indonesia. Baik grup WhatsApp maupun telegram. “Dari grup-grup itu kami selalu memantau perkembangan soal dan informasi olimpiade. Dan kami terus melakukan penyesuaian,” pungkasnya. (imm)