MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Guru SMPK Mardi Wiyata punya motto. Yaitu, Abdilah Dengan Hati. Motto tersebut menjadi spirit guru dalam menjalankan tugasnya. Karena segala urusan yang dilakukan dengan hati memberikan hasil yang maksimal. Hal itu disampaikan oleh Kepala SMPK Mardi Wiyata, Yoseph Banggo, S.Pd, Rabu (14/2) lalu.
Bahwa kegiatan belajar mengajar setiap hari dilaksanakan dengan hati yang mengabdi. Hati yang tulus. Yang memberikan perhatian kepada setiap siswa. Apapun kondisi dan potensi siswa tersebut.
“Guru melakukan penilaian dan pemetaan. Karena setiap siswa berbeda potensinya. Namun semua harus mendapat porsi perhatian yang sama,” ucap Yoseph, kepada Malang Posco Media.
Dari perhatian dan pengabdian guru itulah siswa-siswi sekolah di Jalan Semeru ini mencapai kesuksesannya. Mereka lulus dengan kompetensi yang lengkap. Berdaya saing dalam pelajaran, juga mampu mewarnai dinamika kehidupan kelas saat di jenjang SMA.
Tidak heran, jika lulusan SMPK Mardi Wiyata selalu diharapkan oleh SMA/SMK Favorit. Baik negeri maupun swasta. SMAN 1, 3 dan 5 misalnya, langganan menerima lulusan SMPK Mardi Wiyata. Termasuk SMA Swasta, seperti SMA Dempo dan SMAK Frateran.
Mereka selalu berharap SMPK Mardi Wiyata untuk merekomendasikan lulusannya lanjut studi ke sekolah-sekolah tersebut. “Tahun ini mereka pun bertanya ada berapa siswa kami yang akan masuk ke sekolah mereka. Karena mereka itu senang pada lulusan kami yang selalu memberi warna dan berperan aktif dalam dinamika kelas,” terang Yoseph.
Dia menuturkan, lulusan SMPK Mardi Wiyata siap lepas landas. Mereka lulus dengan kompetensi yang komplet. Maka tak heran lulusan Mardi Wiyata selalu menjadi siswa yang aktif. Tidak sedikit yang menjadi ketua kelas maupun pengurus OSIS dengan jabatan strategis.
Karena SMPK Mardi Wiyata sendiri merupakan sekolah berbasis seni, olahraga dan budaya. Seringkali mengadakan event yang melibatkan siswa. Sehingga para siswa terlatih dan cakap berorganisasi.
“Dengan pola pendidikan tersebut sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Kami memberikan kebebasan berekspresi yang membuat anak menjadi percaya diri dan bertanggung jawab,” tuturnya.
Yoseph punya prinsip, kalau anak SMP diberikan kepercayaan maka mereka pasti jadi. Pasti bisa melaksanakan kepercayaan atau tanggungjawab yang diberikan. “Karena usia SMP itu masa-masa transisi, antara anak-anak dan remaja, maka di usia ini anak mencari jati dirinya,” kata dia.
Kerena itu, lanjut Yoseph, SMPK Mardi Wiyata betul-betul serius dalam membina dan mematangkan karakter siswa. Karena di usia SMP menjadi masa yang strategis dalam membentuk karakter seseorang. “Pintar itu bukan yang utama. Yang penting anak memiliki kepercayaan diri yang kuat dalam mengekspresikan kreativitasnya,” ungkap Yoseph.
Strategi yang digunakan SMPK Mardi Wiyata salah satunya melibatkan siswa dalam kegiatan. Baik sebagai penyelenggara maupun peserta.
Misalnya dalam kegiatan seni budaya. Seluruh siswa tampil. Tidak ada satupun yang tidak tampil. Selain juga sebagian menjadi panitia penyelenggara.
Dengan begitu siswa merasa dihargai. Gurupun tidak ragu untuk memuji siswa yang telah berhasil dengan pencapaiannya. “Anak kami ada yang terampil menari, menyanyi, membaca puisi, hebat dalam olahraga dan juara dalam berbagai kompetisi sains, matematika maupun bahasa. Semua kita hargai pencapaian itu. Apapun bidangnya,” tutur Yoseph.
Dengan berbagai kemampuan dan potensi siswa yang beragam guru melakukan penilaian dan pemetaan. Mereka memiliki catatan tersendiri untuk perkembangan karakter, potensi dan emosional anak didiknya.
“Setiap anak adalah tanggung jawab kita. Apapun kondisi anak. Mereka merupakan anugerah dan kepercayaan dari Tuhan kepada guru dan orang tua,” pungkasnya. (imm)