Malang Posco Media – Berubahnya status Universitas Brawijaya Malang (UB) menjadi Perguruan Tinggi Berbasis Badan Hukum (PTN BH), ternyata berdampak pada daya tampung pada mahasiswa baru. Sehingga Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) menjadi semakin ketat.
Kabag Humas UB, Kotok Gurito, S.E menjelaskan saat ini UB menetapkan porsi Jalur Mandiri 50 persen. Sedangkan kuota SNMPTN hanya 20 persen. Dan sistem penerimaan mahasiswa baru berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. “Tahun ini SNMPTN hanya 20 persen, SBMPTN 30 persen. Sisanya 50 persen untuk Mandiri,” ucapnya, Kamis (17/2) kemarin.
Tentu menjadi hal yang menantang bagi peserta SNMPTN. Sebab, mereka harus lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi seleksi masuk perguruan tinggi.
Sekretaris Direktorat Administrasi dan Pelayanan Akademik UB, Heri Prawoto Widodo juga menyampaikan bahwasanya penetapan tersebut sudah dipikirkan secara matang. Meski harus mengalami penurunan seleksi SNMPTN.
“Untuk porsi SNMPTN dan SBMPTN mengalami penurunan sebesar 10 persen. Tahun lalu, SNMPTN 30 persen, SBMPTN 40 persen, dan 30 persen untuk jalur Mandiri. Itu juga disebabkan karena UB sudah menjadi PTN BH,” jelasnya.
Hal itu disampaikan Heri saat acara sosialisasi seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) secara daring. Peserta yang hadir dari kalangan guru BK SMA dan SMK Negeri. Di sisi lain, karena persentase SNMPTN mengalami penurunan, maka persaingan pada tiap program studi (prodi) juga semakin menantang. Karena daya tampung kuota dibatasi.
Oleh sebab itu, diperlukan strategi yang baik agar bisa lolos di prodi tujuan. Heri menyarankan bagi para guru BK untuk mengatur pilihan siswanya agar lolos SNMPTN.
“Karena UB menggunakan sistem pemerataan. Maka tugas guru adalah memberikan edukasi pada siswa untuk tidak mengumpul di satu prodi favorit. Sehingga semua prodi tidak didominasi sekolah tertentu,”sambungnya.
Sementara itu, dari data yang ada beberapa prodi yang peminatnya tinggi pada tahun 2021 antara lain, Psikologi, Ilmu Komunikasi, Manajemen, Hubungan Internasional dan Pariwisata. Kemudian, Kedokteran, Farmasi, Statistik, Arsitektur dan Teknik Informatika.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Akademik UB, Dr. Rosihan Asmara mengatakan pentingnya guru BK untuk memberikan strategi pada siswa kelas 12 agar bisa lolos di prodi yang mereka tuju.
“Perguruan Tinggi itu tidak hanya mengandalkan akademik tetapi juga strategi. Kalau akademik siswa bagus tapi strateginya buruk ya percuma. Begitu pun sebaliknya,” tegas Rosihan.
Apalagi, di tahun 2022 akan ada kurikulum baru oleh Kemendikbudristek. Yakni tidak ada lagi penjurusan di SMA, sehingga perguruan tinggi harus menyiapkan berbagai fasilitas. “Pemberlakuan itu mungkin untuk anak kelas 10 saat ini, kalau yang kelas 12 masih seperti sebelumnya,” lanjutnya.
Ia juga menyampaikan bahwa guru BK harus beradaptasi untuk perubahan di masa mendatang. Karena bisa jadi kebijakan seleksi mahasiswa baru akan menyesuaikan perkembangan zaman dan mengalami banyak perubahan.
“Tahun ini masih sama, bisa jadi tahun depan ada perubahan. Harus bisa beradaptasi, sehingga siswa bisa siap berkompetisi di perguruan tinggi agar bisa mengikuti kegiatan akademik,” pungkasnya. (mda/imm)