MALANG POSCO MEDIA- Dampak kenaikan harga BBM mulai dialami sejumlah sektor. Paling terasa transportasi angkutan umum hingga nelayan. Para sopir mulai konsolidasi. Begitu pula mahasiswa siap turun jalan.
Minto, salah seorang sopir angkot Kota Malang jurusan ADL mengaku kenaikan harga BBM mulai dirasakannya. Ia lebih banyak menghabiskan waktu menunggu penumpang saja.
“Penumpang tambah sepi dibandingkan kemarin, mungkin karena takut tarifnya naik. Padahal kami tidak menaikkan tarif, masih Rp 5 ribu walaupun kemarin (lusa) naik,” kata Minto ditemui Minggu (4/9) kemarin.
Padahal, lanjut Minto, hampir semua sopir mengalami kondisi yang kurang lebih sama. Kesulitan beroperasi, apalagi semenjak pandemi dua tahun lalu. Ia masih sering tidak mendapat penumpang sama sekali dalam sehari. Ditambah naiknya harga BBM.
“Sehari bisa tidak dapat (penumpang) sama sekali. Itu sering. Kami beli bensin itu hanya 10 literan untuk satu hari. Kalau tidak narik, tidak ada penumpang ya beberapa hari tidak beli bensin. Pendapatannya dari mana?” keluhnya.
Sekretaris DPC Serikat Sopir Indonesia (SSI) Malang Khabibi sudah mengumpulkan informasi dan keluhan sopir imbas naiknya harga BBM. Namun demikian pihaknya masih koordinasi dengan DPD SSI Provinsi Jawa Timur untuk menentukan sikap resmi.
“Masih digodok dan rencana besok (hari ini) kami merapat ke Surabaya untuk membahas,” ungkap Khabibi.
Nantinya setelah koordinasi rampung, maka selanjutnya pihaknya akan berkoordinasi dengan semua pihak yang terkait. Utamanya pemerintah untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi para sopir.
“Tembusan dari rekan-rekan, jelas kalau memang sangat memberatkan kami, ya dengan terpaksa harus bersuara. Kalau bersuara dengan audiensi bisa ya monggo, tapi kalau tidak bisa kan ya kelanjutannya bisa seperti (demo) itu biasanya,” tambahnya.
Ia berharap ada kebijakan yang bagus dan tidak memberatkan, khususnya bagi sopir angkutan umum.
“Dengan kondisi pandemi kemarin, kami sudah berusaha sebagai pelaku transportasi berusaha beradaptasi agar bisa tetap memberi nafkah keluarga. Tapi itu belum selesai, ditambahi dan dibebani lagi kenaikan harga BBM. Sangat memberatkan sekali,” tuturnya.
Selain transportasi, kenaikan harga BBM akan memberi dampak kenaikan harga bahan pokok utamanya sembako. Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang Sapto Wibowo mengatakan, meski kondisi saat ini belum terjadi kenaikan harga namun dalam waktu dekat kondisinya bisa berubah.
“Prediksi sekitar tiga hari sampai seminggu sudah naik. Kemungkinan nanti naik dulu sembako lalu kemudian komoditi lainnya. Karena biaya transportasi kan semua naik,” ungkap Sapto.
Salah satu upaya untuk menekan dan mengendalikan kenaikan harga, Sapto mengatakan pihaknya mulai melakukan operasi pasar murah bersama dengan instansi lain yang terkait.
“Tetap kami berkoordinasi dengan stakeholder, tapi tetap stabilitas (harga) yang kita perlukan. Begitu juga dengan pasar murah akan koordinasikan dengan stakeholder, seperti Perumda Tunas kami libatkan untuk pasar murah,” ungkapnya.
Selain itu pihaknya juga memastikan ketika kenaikan harga barang naik maka dilakukan pengawasan dan pemantauan di lapangan. Bahkan inspeksi mendadak (sidak) juga kapanpun bisa dilakukan.
“Untuk sidak, sudah rutin melakukan. Bahkan kalau yang tiap hari itu kami lakukan pengawasan dan pemantauan harga,” sebutnya.
Terpisah, menyikapi kenaikan harga BBM, kalangan mahasiswa telah merencanakan demo besar-besaran. Meski belum dipastikan kapan akan digelar, namun bakal melibatkan banyak kampus. Hal itu ditegaskan Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Malang Raya Zulfikri Nurfadhila.
“Kami dari BEM Malang Raya menolak kenaikan harga BBM. Rencananya akan gelar aksi dalam waktu dekat. Unsurnya BEM dari Malang Raya. Kami harap semua kampus bisa ikut. Tapi waktunya kami belum menentukan,” ungkap Zulfikri.
Ia menyebut, unjuk rasa nantinya akan berkonsentrasi mengawal isu BBM dan RKUHP. Lokasinya, selain di Balai Kota Malang, direncanakan juga di wilayah Kabupaten Malang dan Kota Batu. Zulfikri mengatakan pihaknya turun ke jalan setelah mematangkan kajian dan konsolidasi.
“Konsolidasinya sudah dimulai kemarin dan ini masih berjalan dan kajian dari masing masing kampus kita minta partisipasinya. Sejauh ini semua kampus menolak kenaikan harga BBM,” bebernya.
Ia berharap legislatif dan eksekutif yang menjadi target aksi bisa meneruskan aspirasi ke pusat. Karena aksi itu diperkirakan melibatkan banyak mahasiswa dari berbagai kampus. Mereka sudah mulai menyiapkan antisipasi agar tidak sampai ricuh.
“Kami minta dari BEM masing-masing kampus menjadi koordinator lapangan supaya menjaga kondusivitas massanya dari masing-masing kampus supaya lebih terakomodir,” tandasnya.
Dampak kenaikan harga BBM juga dikeluhkan di Kota Batu. Itu dirasakan pedagang sembako, pelaku jasa transportasi. Pedagang buah sekaligus pedagang sembako di Kota Batu, Agus Priono mengatakan kenaikan harga BBM secara otomatis berdampak pada kenaikan harga sembako.
“Permasalahan bukan pada kenaikan harga, melainkan daya beli masyarakat yang turun drastis,” ujar Agus kepada Malang Posco Media kemarin.
Pedagang yang berjualan buah di pasar relokasi Kota Batu ini telah merasakan penurunan daya beli. Ia mencontohkan, sebelum harga BBM naik, setiap hari sekitar 100 orang beli buah dengan jumlah pembelian beragam.
“Namun setelah harga BBM naik, bahkan naik drastis hanya sekitar 30 persen yang beli. Tapi kepastian berapa banyak penurunan baru bisa dilihat tiga hari kedepan. Sekarang masih berjalan sehari,” terangya.
Sementara itu Ketua Komunitas Rental Mobil Indonesia (Korembi) Kota Batu, Andry Cahyono mengungkapkan dampak kenaikan harga BBM. “Sudah pasti ada kenaikan harga untuk jasa transportasi. Kenaikan harga terjadi untuk include BBM dan driver (carter) pasti. Tapi kalau harga sewa mobil saja tidak ada kenaikan,” paparnya.
Ia mencontohkan, untuk jasa drop dari Kota Batu ke Bandara Juanda dengan mobil Avanza, harga sebelum naik Rp 500 ribu non tol. Kemudian sekarang naik menjadi Rp 600 ribu non tol dengan cater mobil driver dan BBM. Sedangkan Elf atau Hiace rate awal Rp 1,1 juta menjadi Rp 1,3 juta.
“Karena kenaikan harga BBM ini juga berdampak adanya beberapa customer yang sudah DP melakukan cancel. Di jasa milik saya saja tadi karena kenaikan BMM dari lima yang sudah DP cancel satu. Kemudian di tempat rekan saya dari 15 orang yang DP ada tiga yang cancel. Semua itu untuk yang order bulan September ini,” jelasnya.
Sedangkan industri wisata belum diketahui apakah ada kenaikan tiket masuk. Hal itu disampaikan Manajer Marketing & Public Relation Jatim Park Group Titik S. Ariyanto.
“Terkait menaikkan harga tiket masuk JTP karena kenaikan harga BBM kami belum melakukan pembahasan. Selain itu belum bisa dilihat evaluasi dari operasional di tiap park,” kata Titik.
Secara terpisah, Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang, Mahila Surya Dewi mengakui dampak penyesuaian harga akan terasa minimal sepekan kedepan.
“Potensi kenaikan harga bahan pokok akan terjadi hal ini disebabkan harga BBM naik otomatis tranportasi atau angkutan bahan pokok naik. Hari ini (kemarin) belum ada informasi kenaikan Insya’Allah besok saya cek harga bahan pokok, biasanya tujuh hari baru naik atau setelah ada penentuan tarif dasar transportasi dari Dishub,” terang Mahila.
Untuk menanggulangi sementara dampak penyesuaian akan digelar pasar murah. Sehingga masyarakat tetap bisa mendapatkan bahan pokok yang terjangkau dalam jangka pendek.
Harga BBM Solar yang juga ikut naik berpengaruh terhadap nelayan. Nelayan di Sendang Biru Kabupaten Malang juga menyoroti ketersediaan bahan bakar saat musim ikan.
Budi Ismiyanto, salah satu nelayan Pengambak di Sendang Biru Desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan khawatir terjadi kelangkaan stok BBM. Karena selama ini nelayan tetap bisa melaut asalkan tidak terhambat stok bahan bakar. “Jadi ketersediaannya yang menjadi perhatian,” harap mantan Ketua Paguyuban Nelayan Sendang Biru itu. (ian/eri/tyo/van)