MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU- Stunting menjadi ancaman bagi generasi penerus bangsa. Pasalnya stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.
Untuk itu berbagai upaya dilakukan Pemkot Batu dalam menangani permasalahan stunting. Salah satunya dengan membagikan paket beras fortifikasi untuk ratusan keluarga yang berisiko stunting atau mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan gizi.
Total ada 300 penerima yang tersebar di 24 desa/kelurahan, mereka mendapatkan 2 kilogram dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Batu. Beras fortifikasi merupakan beras yang sudah diperkaya kandungan nutrisinya.
Kamis (8/6) kemarin Desa Pendem menjadi tempat pertama penyaluran beras oleh DPKP dari pelaksanaannya secara bertahap. Totalnya ada sekitar 100 penerima di wilayah Kecamatan Junrejo yang mendapat beras. “Pembagian beras fortifikasi merupakan bagian dari kegiatan sosialisasi Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) yang berkolaborasi dengan Dinkes dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengedalian Penduduk dan keluarga Berencana,” ujar Kabid Ketahanan Pangan DPKP Kota Batu, Lestari Aji.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan Pangan B2SA merupakan salah satu cara untuk menangani stunting di Kota Batu. DPKP sendiri mendukung program tersebut dengan menyalurkan stimulus berupa beras fortifikasi. “Selain pemenuhan gizi, nutrisi, dan vitamin pendampingan kepada keluarga berisiko stunting juga cukup penting dilakukan. Butuh peran serta semua pihak untuk menekan stunting di Kota Batu,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Desa Pendem, Tri Wahyuwono Efendi mengatakan penangganan stunting merupakan hal cukup penting. Pihaknya pun menggunakan sebagian Dana Desa (DD) dalam pencegahan dan penanggulangan stunting sebagai bentuk intervensi. “Kami sangat mengapresiasi adanya kegiatan ini. Selain pendampingan pemdes juga memiliki tugas penting yaitu memberikan jaminan infrastruktur dan kebersihan bagi masyarakat,” paparnya.
Semua itu sebagai bentuk keseriusan dan wujud komitmen menekan stunting. Beberapa jaminan infrastruktur itu meliputi rumah layak, kebersihan lingkungan, ketersediaan air bersih, dan sanitasi memadai.
“Stunting bukan hanya satu faktor, melainkan multi faktor. Nah penanganannya membutuhkan keseriusan secara menyeluruh. Komitmen kami pun berbuah manis sebab stunting terbukti menurun di Desa Pendem, tercatat pada Februari ada 81 stunting dan pada bulan Mei turun menjadi 56,” imbuh Pendik sapaan akrabnya.
Perlu diketahui, dari data Pemkot Batu, saat ini angka stunting di Kota Batu masih mencapai 13 persen meski sudah mengalami penurunan. Dari angka di tahun 2022 yang mencapai 14 persen.
Secara angka stunting di Kota Batu sekitar 1540 anak, itupun sudah turun dari awal 14 persen mencapai 13 persen sekarang. Dengan berbagai program yang ada, Pemkot Batu menargetkan hingga tahun 2024 nanti angka stunting bisa mencapai angka satu digit.
Dari data Dinkes Batu tahun 2019 menunjukkan, angka prevalensi stunting mencapai 25.4 persen. Kemudian tahun 2020 angka stunting turun menjadi 14.83 persen, tahun 2021 menjadi 13,80 persen dan naik kembali tahun 2022 menjadi 14,60 persen. Meskipun terus mengalami penurunan, Pemkot Batu terus mengejar target untuk mengarah pada angka zero stunting 2024. (eri/udi)