Autism Summit 2024
MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Penanganan autisme dan peningkatan kemandirian terhadap penyandang difabel menjadi perhatian khusus pemerintah, saat Autism Summit 2024 yang digelar di eks Kantor Dinsos Jalan Sulfat Kota Malang, Jumat (5/7) kemarin.
Dalam ‘public talk’ bertajuk People with Autism yang digelar oleh Dinas Sosial Pemberdayaan, Perlindungan Perempuan dan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Kota Malang itu dihadiri oleh puluhan penyandang autisme se Kota Malang.
Kepala Dinsos P3AP2KB Kota Malang Donny Sandito menyebut, Autism Summit ini merupakan wadah untuk ‘speak up’ para difabel terkait pengalaman selama ini hingga keinginan tentang penanganan autisme nantinya. Berbagi pengalaman seperti ini penting untuk mengetahui apa masalah yang dihadapi dan apa jalan keluar yang dibutuhkan nantinya.
“Tujuan utamanya adalah untuk menggandeng warga difabel supaya bisa saling menguatkan dan mencarikan solusi apabila mereka ada kesulitan yang dialami,” ungkap Donny kepada Malang Posco Media.
Dalam kesempatan kemarin, dihadirkan narasumber spesial yakni dr. Ruwinah Karim Clinical Director di Penawar Special Learning Center Malaysia. Dengan adanya narasumber tersebut juga diharapkan bisa memberikan gambaran terkait penanganan difabel, khususnya autism, di kedua negara yakni Indonesia dan Malaysia.
“Yang ternyata di sana (Malaysia) juga tidak berbeda jauh. Malah kalau di kita kan ada pendidikan seperti SLB khusus untuk autis. Kalau di Malaysia tidak ada itu,” tambah Donny.
Selain itu, kemandirian pada difabel juga turut menjadi pembahasan dan perhatian tersendiri. Donny mengakui hal ini masih menjadi momok karena memang bukan hal yang mudah untuk mewujudkan kemandirian difabel, khususnya terkait pekerjaan.
Namun demikian pihaknya tetap berusaha, yakni dengan bekerjasama bersama BLK Wonojati, BLK Singosari, SMKN 5 Malang hingga SMK Telkom. Kerjasama itu khususnya dalam rangka meningkatkan softskill para difabel. Melalui kerjasama tersebut, beberapa difabel sudah mendapatkan akses untuk magang dan bahkan direkrut di dunia usaha. Termasuk, di Dinsos P3AP2KB juga pastinya merekrut para difabel tersebut.
“Yang dikhawatirkan para orangtua atau keluarga penyandang difabel ini adalah saat sang anak beranjak dewasa. Mereka nanti bagaimana, terlebih kalau orang tuanya sudah tidak ada. Tapi yang pasti kami dari Dinsos akan terus menangani kelanjutannya,” tuturnya.
Di Kota Malang lanjut Donny, pihaknya sudah melakukan pendataan dan penanganan terhadap ribuan penyandang disabilitas. Tepatnya ada ada 575 difabel terkait dengan sensorik. Kemudian 661 orang terkait difabel intelektual, kemudian 1.474 orang ferkait difabel fisik, dan difabel mental ada sebanyak 514 orang.
Namun demikian data ini memang berbeda dengan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Ini disebabkan karena masih ada difabel atau keluarga difabel yang seolah kurang terbuka atas kondisi keluarganya. Pendataan ini diakui Donny juga menjadi perhatian khusus, terutama untuk pemberian bantuan nantinya.
“Program utama di kami adalah perbaikan data, supaya bantuan bisa tepat sasaran. Bantuan dari provinsi itu juga dari kami yang mengusulkan, satu bulan Rp 300 ribu. Tadi juga ada beberapa jenis bantuan yang diberikan, mulai dari bentor roda tiga itu tadi, kemudian alat untuk memasak,” tutupnya. (ian/aim)