spot_img
Tuesday, July 22, 2025
spot_img

Spirit dari Kampung Bersejarah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG-Tepat  2 April 2017 lalu, sehari setelah perayaan HUT Kota Malang ke-103, Kampung Budaya Polowijen diresmikan Wali Kota Malang saat itu, H. Muhammad Anton.

Berdiri diatas tanah yang sarat sejarah, kampung tersebut menjadi pusat pelestarian budaya, terutama Topeng Malang.

Hal tersebut disampaikan Isa Wahyudi atau yang akrab disapa Ki Demang. Ia  merupakan sosok di balik berdirinya Kampung Budaya Polowijen. Dia merupakan seorang pegiat budaya yang berhasil membangkitkan kesadaran masyarakat akan warisan leluhur. 

Ditemui di rumahnya di Kavling Auri, Polowijen, Jumat, (18/7) kemarin, Ki Demang menceritakan Polowijen bukan sekadar kampung biasa.

Di sini (Polowijen)  tersimpan situs-situs bersejarah, seperti Petilasan Candi (bukan makam) yang dikaitkan dengan Ken Dedes, tokoh penting dalam Kitab Pararaton. Tidak hanya petilasan Ken Dedes, terdapat beberapa situs bersejarah di Polowijen.

“Ken Dedes disebut berasal dari Panawijen (Polowijen). Ada juga situs Joko Lolo, laki-laki yang ingin mempersunting Ken Dedes, serta makam Mbah Reni (Ki Condro Suwarno), sosok kunci kelahiran Topeng Malang,” ujarnya.

Ki Demang menceritakan, pada 1880-an, Mbah Reni, seorang penyungging (pembuat topeng) di Kadipaten Malang, ditugaskan Bupati Arya Surya Adiningrat IV untuk merawat topeng peninggalan Majapahit.

Dari tangannya lahirlah Topeng Malang yang khas. “Topeng buatan Mbah Reni dianggap paling bagus, sehingga menjadi acuan para pengrajin lain. Gelar Ki Ageng Sungging Linuwih pun disematkan kepadanya,” jelas Ki Demang. 

Ki Demang menekankan, Kampung Budaya Polowijen bukan sanggar milik pribadi, melainkan gerakan kolektif warga yang dikelola masyarakat. Mereka tidak hanya melestarikan topeng, tapi juga tari.

Ki Demang menjelaskan, pasca pandemi,  regenerasi penari topeng sempat terhambat. Dari 20 penari sebelum pandemi, hanya tersisa segelintir. Namun, melalui Festival Topeng Malang dan lomba tari pada 2023 lalu, Ki Demang berhasil merekrut 30 penari baru, termasuk tujuh laki-laki.

“Mereka merupakan  generasi kedua yang akan melanjutkan tradisi ini. Kami terus mendampingi dan memberikan terbaik terkait tari topeng malang ini,” ujarnya.

Ki Demang berharap Kampung Budaya Polowijen menjadi destinasi edukasi budaya yang berkelanjutan. Karena di Kota Malang, Kampung Budaya Polowijen merupakan satu-satunya tempat yang melestarikan budaya Topeng Malang.

Ia berharap, dengan adanya program Pemkot Malang  1.000 event bisa memberikan angin segar bagi para pelaku budaya. Khususnya para pegiat budaya Topeng Malang yang ada di Kota Malang. Sehingga anak muda mengerti dan paham akar sejarah Topeng Malang. “Kami menyambut baik program 1.000 event ini. Kami harap berapa program ini bisa berjalan lancar dan terus mempromosikan Topeng Malang sebagai bentuk pelestarian budaya yang ada di Malang,” harap Ki Demang. (hud/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img