MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Piala Presiden telah tiga kali direbut Arema FC setelah tahun 2022 ini kembali merebut titel juara di agenda pramusim tersebut. Dari tiga kali juara, yakni 2017, 2019 dan 2022, ada empat pemain yang masih berkostum Singo Edan yakni Alfarizi, Dendi Santoso, Dedik Setiawan dan Muhammad Rafli. Mereka menjadi bagian dari sejarah yang diciptakan tim kebanggaan Aremania tersebut dengan tiga pelatih berbeda, namun spirit kebersamaan alias satu jiwa demi menjadi juara.
Di musim 2017, Arema FC dilatih Aji Santoso. Bermaterikan banyak pemain muda dengan sosok senior di pundak Alfarizi sebagai kapten tim, juga Dendi Santoso yang merupakan bagian Generasi Emas Akademi Arema, Tim Singo Edan menjadi juara dengan meyakinkan. Bahkan, beberapa ‘kutukan’ atau mitos berhasil dipatahkan. Misalnya, lolos dari mitos catatan minor kala bermain di Stadion Manahan Solo melawan Sriwijaya FC, juga ketika secara heroik membalikkan ketertinggalan tiga gol dari Semen Padang di semifinal, berkat quintrick alias lima gol Cristian Gonzales. Di final, Arema FC membantai Pusamania Borneo FC 5-1. Adam Alis Setyano jadi pemain terbaik, selain Gonzales yang tercatat sebagai top skor.
Dua tahun kemudian, trofi Piala Presiden kembali dibawa ke Malang setelah satu musim di markas Persija. Di bawah asuhan Milomir Seslija, Alfarizi cs membungkam Persebaya di partai puncak dengan agregat 4-2. Sebelumnya, agresivitas Arema FC menyingkirkan Kalteng Putra (agregat 6-0), Bhayangkara FC (4-0) dan sembilan gol di babak penyisihan. Total, 23 gol dicetak tim Singo Edan dan kebobolan enam gol dalam delapan pertandingan.
Di 2019 menjadi momen serangan Arema FC paling tajam, sekalipun nyaris tersingkir di babak penyisihan. Sebab, tim yang dikapteni Hamka Hamzah ini lolos dengan status runner up terbaik ketiga atau batas terakhir tim yang lolos ke delapan besar.
Sementara, di musim 2022 Arema FC menjadi juara berkat pertahanan gerendel dan berlapis yang membuat lawan terkadang heran dengan permainan bertahan tim asuhan Eduardo Almeida. Persik Kediri di babak penyisihan kesulitan sekalipun tampil dominan. Begitu pula PSIS dan Borneo FC, yang sebelumnya sangat produktif, berkali-kali dibuat gagal menembus gawang Adilson Maringa. Sang kiper pun akhirnya ditahbiskan menjadi best player di Piala Presiden 2022.
Dari tiga kali juara tersebut, semuanya menghasilkan kenangan tersendiri bagi penggawa Arema FC, terutama yang selalu ada di 2017, 2019 dan 2022. Kapten Tim Alfarizi mengakui, setiap musimnya selalu berbeda dan menantang.
“Semuanya menantang dan memiliki kesan. Bagi saya pribadi itu menjadi kenangan,” ujar Alfarizi.
Dia pun bersyukur menjadi bagian Arema FC mencatat rekor di Piala Presiden. Ia membuat sejarah berbeda-beda bersama tiga pemain lainnya, Dendi, Dedik dan Rafli, juga untuk pemain lainnya di setiap musim saat menjadi juara.
“Pasti saya bersyukur dan senang. Bangga membuat sejarah tersendiri, bagi saya, mungkin juga buat tim dan tiga pemain lain yang tiga kali bersama-sama meraih gelar Piala Presiden,” terangnya.
Menurutnya, di setiap musim dan setiap final, dia merasakan perjuangan yang akhirnya menjadi juara. Dia tidak bisa memilih musim mana terbaik atau paling diingat. “Semuanya ke final dan juara. Paling ingat ya karena angkat trofinya,” tambah pemain berusia 32 tahun tersebut.
Menurutnya, untuk menjadi juara dalam tiga kesempatan tersebut, spirit kebersamaan menjadi kunci. Sempat di fase sulit akhirnya menjadi juara dihadapi dengan kebersamaan yang tersirat dalam Salam Satu Jiwa.
“Yang berat itu ketika melawan tim sendiri. Jadi kuncinya, dari dulu adalah bersama-sama. Mulai dari tim, pemain, manajemen, bahkan suporter. Yang selalu support dan mendoakan,” urai Jhon, sapaan akrabnya.
Diakuinya, ketika sudah bersama-sama alias kompak, keyakinan pun muncul dari diri setiap pemain. “Keyakinan iku datang sendiri dengan mengerjakan tiap pertandingan selalu berusaha memberikan yang terbaik dan maunya menang. Tidak terasa, tahu-tahu final,” tandasnya. (ley)