.
Thursday, December 12, 2024

Srikandi Berkuda yang Takut Punya Kuda

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Aqilah Fathiyah El Haq Atlet Andalan Kota Malang

Olahraga berkuda mungkin belum terlalu populer di Kota Malang. Namun dari waktu ke waktu, olahraga ini terbukti terus melonjak peminatnya. Kesan eksklusif olahraga berkuda tersebut perlahan pudar. Hal ini juga yang dilakukan oleh Aqilah Fathiyah El Haq, warga Kecamatan Blimbing yang kini jadi salah satu atlet andalan Kota Malang dalam olahraga berkuda.

Gadis yang akrab disapa Aya ini, merupakan salah satu ‘srikandi’ berkuda yang mampu meraih medali dalam ajang Porprov 2023 lalu, di usianya yang relatif belia. Bukan satu, tapi dua medali perunggu yang berhasil ia persembahkan untuk Kota Malang.

Kecintaan Aya kepada olahraga ini sudah ia tekuni sejak kecil. Saat itu, juga awalnya bukan karena kesengajaan. Ketika kelas 3 SD, Aya sejatinya sudah menjadi atlet. Namun saat itu, bukan olahraga berkuda, melainkan sepatu roda. Dalam suatu kesempatan event sepatu roda di GOR Sultan Agung Bantul, secara tidak sengaja Aya melihat ada sebuah pacuan kuda. Aya waktu itu menyaksikan sendiri bagaimana kuda yang tengah berlatih dalam sirkuit pacuan kuda tersebut.  Disitulah ia kemudian jatuh cinta dengan olahraga berkuda, sekitar usianya masih sekitar 9 tahun. 

“Sejak kecil memang suka outdoor juga. Ya disitulah ada ketertarikan. Kok bagus, terus suka kuda,” kata Aya kepada Malang Posco Media.

Sepulangnya dari event itu, gadis kelahiran Blitar ini pun tancap gas menekuni olahraga berkuda. Ia bergegas mencari stable atau tempat berkuda yang ada di Kota Malang. Kesulitan pun ditemui. Saat itu, masih sangat jarang klub atau stable hingga akhirnya kemudian ia temui Malang  Equestrian Club sebagai klubnya sampai saat ini. Membernya pun, hanya ada empat orang saja.

Kendati sedikit, nyatanya membuat latihan latihan berkuda dirasakan Aya jadi lebih intensif. Tiap sore sepulang sekolah, Aya kemudian menyempatkan untuk latihan berkuda. Ia rutin pulang pergi ke klubnya untuk latihan.

“Tapi kadang tidak latihan pun juga ke kandang. Karena saya terlanjur suka, sudah sayang dengan kuda,” tambah alumnus SD Anak Saleh Malang .

Aya sendiri juga mengaku beruntung lantaran dirinya mendapat dukungan penuh dari orang tuanya. Sebab, olahraga berkuda, masih ada yang beranggapan lebih cocok diikuti oleh kalangan pria. Padahal, olahraga ini cocok bagi pria maupun wanita.

Bahkan, orang tuanya juga mendukung olahraga berkuda ini selain sesuai dengan sunnah dari Rasulullah SAW, juga dikatakan Aya bisa memberi banyak manfaat, utamanya dalam hal kesehatan.

“Selain kesehatan fisik, sehat juga secara psikologis, melatih mental dan emosional. Juga menumbuhkan empati, karena kuda itu sebenarnya bisa merasakan ridernya (penunggangnya) seperti apa. Pernah suatu ketika saya badmood, ingin naik kuda A tapi diganti kuda B. Ketika naik, amburadul, kudanya tidak nyaman. Itu jadi pelajaran bagi saya,” sebut remaja kelahiran 19 Juli 2010  ini.

Belum lagi terkait sarana dan prasarana pendukung olahraga berkuda. Butuh sejumlah perlengkapan seperti uniform atau seragam, helm, sampai sepatu boot. Karena kudanya milik klub, tiap kali latihan harus mengeluarkan biaya yang relatif tidak sedikit.

Setidaknya sekitar Rp 200 ribu sampai Rp 250 ribu tiap 45 menitnya tergantung jenis kuda. Dengan kata lain, tiap latihan ia harus menyewa kuda. Orang tuanya pun mendukung Aya.

Dikatakan Aya, ini sudah lebih terjangkau dibandingkan dulu dimana olahraga ini masih terkesan eksklusif. Seakan hanya orang kaya saja yang bisa berlatih kuda. Kini dengan modal niat dan ketekunan, semuanya bisa berlatih dan olahraga berkuda.

“Kebetulan saya ingin jadi atlet profesional. Orang tua saya mendukung penuh, karena bisa memberi banyak manfaat,” tegas Aya yang kini tengah duduk di bangku SMP IIBS Al Maahira itu

Olahraga berkuda menurut Aya, sebenarnya bukan olahraga yang mudah. Bukan saja harus tahu seluk beluk karakter dan kemampuan kuda, tapi juga harus pintar menjalin bonding atau kedekatan dengan kuda yang akan ditungganginya. Karena kuda yang ia tunggangi berganti ganti, maka ia pun harus menjalin kedekatan dengan semua kuda yang ada di klubnya.

Alhasil, ia pun harus sering sering bertemu dengan kuda kudanya. Meski cuaca hujan dan tidak mendukung, ia tetap berupaya datang ke kandang sekadar untuk menjalin kedekatan dengan kudanya. Ini dilakukan agar dia tidak jatuh dari kudanya ketika berkompetisi nantinya.

“Dulu kalau jatuh dari kuda ya sering, sudah tidak bisa dihitung. Tapi satu hal yang sering ditekankan oleh pelatih, ketika jatuh jangan takut naik lagi. Supaya tidak ada trauma, tidak ada dendam. Kalau jatuh, berarti ada suatu yang salah, itu jadi pelajaran agar tidak jatuh lagi,” tutur dia.

Ia mengakui sebenarnya ada keinginan untuk memiliki kuda sendiri. Namun ia urungkan lantaran ada persoalan. Keterbatasan lahan bukan jadi permasalahan, karena kuda bisa dititipkan di klubnya. Pemeliharaan juga bukan persoalan karena bisa dilakukan juga oleh klub. Tapi masalahnya adalah, dia belum siap jika kuda yang sudah ia bangun kedekatan dengannya ternyata harus sakit atau mati. 

“Kucing saya mati saja itu sudah tidak bisa tidur seminggu,” selorohnya.

Kini, di usianya 13 tahun ini, Aya mengaku tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti sejumlah kompetisi. Yang terdekat, pada Agustus nanti bakal ada kompetisi Equestrian di Kota Malang. Lalu yang paling bergengsi tentunya adalah Porprov di Malang Raya 2025 nanti.

“Porprov kemarin sebetulnya kurang puas. Karena dari waktu latihan itu kurang maksimal, hanya 3 hari saja sebelum Porprov. Makanya ini rutin ikut kompetisi, dan nanti latihan untuk Porprov 2025 saya harus latihan lebih intensif,” yakinnya.

Kendati prestasinya belum sampai tingkat nasional atau internasional, Aya mengaku ingin menyebarluaskan olahraga berkuda ini lebih masif lagi. Terutama di Kota Malang yang terlihat sudah mulai ada peningkatan peminatnya.

Ia pun berpesan kepada masyarakat, terutama kalangan perempuan seperti dirinya agar setidaknya mencoba olahraga berkuda ini. Aya menyebut, dirinya pun sering membagikan momen dirinya asyik berkuda dengan harapan banyak masyarakat yang berminat dalam olahraga ini.

Aya yakin, masyarakat terutama di Kota Malang bakal makin berminat terhadap olahraga ini dan kedepan makin banyak atlet seperti dirinya.

“Ketika sudah ada niat maka lakukan dengan konsisten, rutin dan selalu berusaha. Karena sebenarnya tidak pernah ada yang ahli dalam berkuda, karena ketika ganti kuda ya harus mempelajari lagi. Kuda memiliki karakter, harus menyesuaikan dan membangun bonding. Harus ada feeling yang tepat,” tandasnya. (ian nurmajdi/aim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img