MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Pertumbuhan kredit perbankan di wilayah Kerja Otoritas Jasa Keuangan (KOJK) Malang masih cenderung stabil pada periode September 2023. Ditinjau year on year (yoy) pertumbuhan kredit mencapai 12,57 persen pada akhir september 2023. Hal tersebut setara dengan bertumbuh sebesar 0,92 persen secara month to month (mtm).
“Pertumbuhan penyaluran kredit meningkat sebesar 12,57 persen yoy atau menjadi Rp 89,58 triliun. Sementara untuk pertumbuhan kredit tertinggi terdapat pada kredit investasi yang menyumbangkan sebesar 36,65 persen yoy,” ungkap Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang, Sugiarto Kasmuri.
Ditinjau dari jenis kepemilikan bank, Sugiarto melanjutkan bahwa pertumbuhan kredit pembiayaan tertinggi ada pada BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) yang mana jika ditinjau secara yoy tumbuh sebesar 14,90 persen atau 0,09 secara mtm. Kemudian disusul dengan Bank Umum Syariah (BUS) mencapai 12,73 persen secara yoy. Data tersebut menunjukan adanya kecenderungan masyarakat untuk memilih bank syariah.
“Sisi penghimpunan dana juga tumbuh positif sebesar 4,64 persen yoy setara dengan Rp 94,16 triliun. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga yang termoderasi antara lain karena meningkatnya konsumsi masyarakat dan kebutuhan investasi korporasi paska pencabutan status pandemi Covid-19,” paparnya.
Sementara kualitas kredit masih terjaga dengan baik, rasio NPL per bulan September 2023 menunjukan persentase sebesar 2,47 atau mengalami penurunan sebesar 0,55 persen yoy. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya dengan normalisasi kegiatan pasca pandemi Covid-19.
“Stabilitas tersebut juga dihasilkan karena normalisasi kegiatan bisnis pasca pencabutan status pandemi. Jumlah kredit restrukturisasi melanjutkan penurunan terlihat dari rasio Loan at Risk mencapai 8,83 persen atau menurun 3,48 persen yoy,” imbuhnya.
Tiga sektor yang menjadi penyaluran kredit pembiayaan di wilayah KOJK Malang pada sektor ekonomi utama, yang terdiri dari Perdagangan Besar dan Eceran yang menyalurkan sebesar Rp 19,19 triliun dengan porsi sebesar 21,42 persen.
Disusul dengan Industri Pengolahan yakni sebesar Rp 16,30 triliun atau dengan porsi sebesar 18,19 persen serta untuk kepemilikan peralatan rumah tangga lainnya yang mencapai Rp 14,24 triliun dengan porsi sebesar 15,89 persen.
“Jika ditinjau dari sektor ekonomi yang memiliki tingkat kredit pembiayaan bermasalah tertinggi terdapat pada pemilikan Ruko atau Rukan yang mencapai 11,67 persen, sektor perikanan yang mencapai 6,13 persen serta perantara keuangan yang mencapai 5,93 persen,” tandasnya. (adm/aim)