Pada pembelajaran abad 21 ini, siswa dituntut untuk memiliki keterampilan literasi yang memadahi. Hal ini dibutuhkan agar siswa bisa beradaptasi dengan tuntutan zaman yang tidak hanya membutuhkan keterampilan memahami informasi, tetapi juga keterampilan mengolah dan mengomunikasikan informasi.
Sesungguhnya, kemampuan literasi bermanfaat dalam setiap proses pembelajaran pada semua matapelajaran. Hal itu disebabkan penguasaan materi dan kompetensi membutuhkan kemampuan mengelola informasi pada setiap sumber belajar
Sementara ini, belum semua siswa memiliki keterampilan literasi yang baik. Banyak di antara mereka masih kesulitas untuk menulis ilmiah sesuai dengan kebutuhan Kurikulum Merdeka dengan model berbasis proyek.
Dalam hal ini, siswa SMA Aisyiyah Boarding School Malang masih kesulitan untuk melakukan aktivitas tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (a) kurangnya pengetahuan tentang strategi belajar bahasa apa yang dapat diterapkan dalam menulis karya ilmiah, (b) kurangnya pemahaman sistematika penulisan karya ilmiah, (c) kurangnya pemahaman landasan teoretis dan metodologis dalam menulis karya ilmiah, serta (d) kurangnya penguasaan tata bahasa ilmiah.
Selain itu, guru juga mengalami kesulitan dalam mengoptimalkan penulisan karya ilmiah dengan strategi belajar bahasa yang sesuai bagi siswa.
Menulis merupakan kegiatan kreatif yang sangat penting karena seseorang dapat dengan mudah menyampaikan ide atau pendapatnya secara verbal ke khalayak. Tujuan menulis untuk mengubah keyakinan pembaca, menanamkan pemahaman kepada pembaca, dan merangsang proses berfikir kepada penulis.
Suatu tulisan sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu, tulisan ilmiah dan tulisan nonilmiah. Untuk menulis suatu karya tulis yang baik tidaklah mudah, bahkan sering dikatakan pekerjaan yang sulit.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Students Assessment (PISA) pada tahun 2015 siswa Indonesia berada pada peringkat ke-61 dari 69 negara yang mengikuti uji kemampuan literasi siswa.
Kemudian, pada penelitian yang dilakukan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) menyatakan bahwa siswa Indonesia berada pada tingkat terendah di Kawasan seluruh Asia dengan perolehan skor 51,7 dengan catatan bahwa siswa Indonesia hanya mampu menjawab 30 persen dari soal-soal yang diujikan.
Hasil tersebut dapat diartikan bahwa siswa Indonesia memiliki kemampuan literasi yang rendah. Hal ini dapat dibilang sebagai fakta yang memprihatinkan, karena kegiatan literasi belum mampu menjadikan kebiasaan yang dilakukan sehari-hari.
Berdasarkan permasalahan di atas maka prodi pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UMM bekerjasama dengan HISKI Malang melakukan pelatihan penulisan ilmiah pada siswa SMA dengan optimalisasi strategi belajar tata Bahasa. Penggunaan strategi ini sebagai cara dalam mengelola dan memanfaatkan keterampilan untuk mencapai target penguasaan bahasa secara efektif dan efisien.
Selain itu, strategi belajar bahasa merupakan masalah dimensi internal siswa dan dimensi eksternal dalam pembelajaran. Di sisi lain, menulis adalah kegiatan yang sangat personal sebab bergantung pada pengetahuan, pengalaman, kepekaan berbahasa serta berkontribusi dalam penguasaan bahasa target di luar konteks pembelajaran.
Berkaitan dengan hal itu, penerapan strategi metakognitif menjadi penting. Tim pengabdian kegiatan ini dilakukan oleh Dr. Sugiarti, M.Si dan Arti Prihatini, S.Pd, M.Pd. Menurut Arti, strategi metakognitif digunakan untuk mengelola dan mengontrol pembelajaran tata bahasa melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan, dan evaluasi diri dalam praktik berbahasa.
Strategi ini memiliki empat subkategori, yakni (1) membantu pemahaman dan produksi tata bahasa dalam tugas-tugas komunikasi; (2) mengembangkan pengetahuan tata bahasa secara eksplisit, baik secara deduktif maupun induktif; (3) mengembangkan pengetahuan tata bahasa secara implisit untuk memahami dan memproduksi tata bahasa; dan (4) memberikan umpan balik atau koreksi atas kesalahan tata bahasa.
Di samping itu, terdapat strategi afektif dan strategi sosial. Strategi afektif berkaitan dengan manajemen emosi dan motivasi dalam belajar tata bahasa, memotivasi diri untuk terus mempraktikkan tata bahasa dalam komunikasi, atau membuat jurnal belajar.
Adapun strategi sosial melibatkan kerja sama dan interaksi dengan guru, tutor, maupun siswa lain dalam usaha penguasaan tata Bahasa. Melalui strategi kognitif dan penguasaan tata Bahasa yang baik diharapkan kemampuan literasi siswa menjadi meningkat.(adv/lim)