Oleh : Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M,Si
MALANG POSCO MEDIA – Dulu strategi banyak digunakan dalam kegiatan berperang, tetapi istilah ini kemudian dapat diterapkan dalam berbagai lini kehidupan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Selanjutnya mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangiblemaupun yang intangible.
Dalam konteks pendidikan, mutu mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam “proses pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan teknologi, manajemen, sarana prasarana, sumber daya lainnya dan penciptaan suasana yang kondusif.
Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) pembelajaran baik antara guru, peserta didik, dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas; baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.
Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya ulangan dengan berbagai jenisnya).
Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya: komputer, beragam jenis teknik, dan jasa. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, kebersamaan, keharmonisan, saling menghormati, kebersihan dan sebagainya.
Pelayanan yang Berkualitas
Mutu dapat dimaknai sebagai derajat kepuasan luar biasa yang diterima oleh costumer sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Ada banyak pendapat mengenai kriteria mutu pendidikan. Engkoswara melihat mutu atau keberhasilan pendidikan itu dari tiga sisi, yaitu: prestasi, suasana, dan ekonomi. Sollis mengemukakan 2 standar utama untuk mengukur mutu, yaitu (1) standar hasil dan pelayanan, (2) standar costumer.
Mutu pendidikan itu tidak semata-mata diukur dari mutu keluaran pendidikan secara utuh (educational autcomes) akan tetapi dikaitkan dengan konteks di mana mutu itu ditempelkan dan berapa besar persyaratan tambahan yang diperlukan untuk itu. Pada era masyarakat industrial sekarang ini, tenaga kependidikan harus tampil dengan sosok pelayanan yang berkualitas.
Berbeda dengan produk fisik, karakteristik pelayanan pendidikan yang berkualitas itu sulit dirumuskan, namun dapat diabstraksikan dan dirasakan oleh costumer. Bentuk pelayanan pendidikan yang bermutu antara lain adalah terjadinya secara tepat waktu dan tepat sasaran, perbuatan melayani dilakukan secara hati-hati, komprehensif dan kesabaran menghadapi masalah-masalah yang tidak dapat diraba.
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, maka memerlukan partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, peserta didik, pendidik dan staf lainnya termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan. Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam Total Quality Management(TQM) kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan. Oleh karena hanya dengan memahami proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas.
Semua usaha/ manajemen dalam TQM harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan. Apa yang dilakukan manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan. Kerja sama tim merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan.
Tim adalah sekelompok orang bekerja secara bersama-sama dan memiliki tujuan bersama yaitu untuk memberikan kepuasan kepada seluruh satakeholders. Kerja tim dalam sebuah organisasi merupakan komponen penting dalam TQM, mengingat kerja tim akan meningkatkan kepercayaan diri, komunikasi dan mengembangkan kemandirian. Kerjasama tim dalam menangani proyek perbaikan atau pengembangan mutu pendidikan merupakan salah satu bagian dari pemberdayaan (empowerment) pegawai dan kelompok kerjanya dengan pemberian tanggungjawab yang lebih besar. Eksistensi kerja sama dalam sebuah lembaga pendidikan sebagai modal utama dalam meraih mutu dan kepuasan stakeholders melalui proses perbaikan mutu secara ber-kesinambungan.
Manajemen strategi yang berwawasan ke depan adalah suatu pelaksanaan prinsip-prinsip manajemen dalam bisnis yang dimulai dari implementasi strategi berdasarkan praktik-praktik bisnis yang dilakukan oleh korporasi yang berwawasan ke depan. Biasanya korporasi yang telah mampu membuktikan keberhasilannya dalam praktik manajemen dijadikan profil yang dapat ditiru oleh beberapa pembuat keputusan bisnis dari dasar-dasar pengambilan keputusan strategi dianalisa dan dipahami untuk dapat dijadikan sebagai titik tolak pembuatan strategi bisnis yang pada akhirnya akan diperoleh strategi yang bernilai tinggi.
Menjadi Pemimpin Pasar
Untuk memenangkan salah satu arena persaingan, waktu dan kemampuan dapat diwujudkan melalui pelaksanaan beberapa faktor strategi dinamis, yaitu kecepatan dan kejutan dengan meningkatkan kemampuan melaksanakan gebrakan ampuh serta melaksanakan kesinambungan dengan melakukan antisipasi interaksi strategis.
Persaingan pada bisnis pendidikan akan tampak jalan dan sangat perlu diperhatikan apabila sebuah lembaga pendidikan berada di wilayah dimana terdapat banyak lembaga pendidikan. Sebagai contoh di satu wilayah terdapat lembaga pendidikan tingkat Sekolah Lanjutan Atas dan jumlahnya delapan buah, empat di antaranya sekolah umum, dua kejuruan, dua lagi Madrasah Aliyah. Walaupun yang sejenis cuma dua buah sekolahan, namun hal ini perlu menganalisa strategi bersaing dalam berebut peluang pasar. Pasar telah terbuka lebar, hanya bagaimana kita memperebutkannya, tentu saja melalu keunggulan bersaing.
Kalau keunggulan bersaing itu tetap dipertahankan bahkan mungkin ditingkatkan, maka tidak tertutup kemungkinan lembaga pendidikan itu akan mampu menjadi pemimpin pasar yang selalu mempertahankan tiga komponen pokok, pertama; keampuhan operasional, kedua; kepemimpinan produk, dan ketiga; kedekatan dengan pelanggan. (*)