MALANG POSCO MEDIA, KOTA BARU – Pj Wali Kota Batu Aries Agung Paewai ingin memastikan pelaksanaan program stunting di Kota Batu terus berprogres. Salah satu yang dilakukan melalui pengawasan dan pendampingan dengan rutin turun langsung meninjau program stunting.
“Penanganan stunting tidak bisa dilakukan oleh Pemerintah saja. Namun harus ada peran penting dari lingkungan terkecil, yakni lingkungan keluarga,” ujar Aries kepada Malang Posco Media, Rabu (24/7) kemarin.
Ia menjelaskan, pola asuh orang tua dan lingkungan mempunyai peran yang sangat penting terhadap perkembangan fisik anak-anak. Contohnya balita harus tidur tepat waktu dan pemberian gizi yang seimbang adalah kunci dari pertumbuhan anak.
“Semua pihak harus selalu berkomitmen untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Khususnya bagi orang tua harus memberikan perhatian penuh kepada mereka,” pesannya.
Sedangkan dari Pemkot Batu, dalam hal ini Dinkes juga aktif penanganan stunting secara rutin dengan turun langsung kepada balita terindikasi stunting. Melalui program-programnya Dinkes telah memberikan bantuan sesuai kondisi balita dengan melibatkan ahli psikologi untuk turut serta dalam penanganan stunting.
“Misal di Dinkes pencegahan stunting dilakukan mulai saat anak dalam kandungan dengan pendampingan dan pemberian makanan sehat, sampai saat tumbuh kembang anak melalui posyandu. Dalam pelaksanaannya dibantu kader kesehatan. Jika ada anak terindikasi stunting akan segera dilaporkan dan mendapatkan perhatian khusus hingga pertumbuhannya normal kembali,” bebernya.
Bahkan, lanjut Aries, pemerintah melibatkan ahli psikologi untuk mengetahui keluarga dan kondisi balita stunting. Sehingga kita mengetahui betul kebutuhan dan melakukan intervensi yang tepat sesuai kondisi masing-masing balita stunting.
Sementara itu, Plt Kepala Dinkes Kota Batu Aditya Prasaja menyampaikan untuk stunting di Kota Batu terus diintervensi melalui berbagai kebijakan. Selain dari Dinkes juga melalui beberapa OPD.
“Berkat kolaborasi yang dilakukan OPD, untuk stunting terjadi penurunan prevalensi balita stunting di Kota Batu sebesar 2,1 persen atau dari 232 balita. Penurunan tersebut dihitung dari jumlah stunting Desember 2023: 1.342 atau 12,16 persen berkurang hingga Juni 2024 1.110 atau 10,06 persen,” paparnya.
Capaian ini merupakan keberhasilan dari berbagai program unggulan penanganan stunting yang dilaksanakan. Antara lain penyediaan pos gizi stunting (pozting) di 24 desa/ kelurahan, pendampingan keluarga balita stunting dengan kegiatan bapak bunda asuh (bbas), pemberian PMT pada bayi, balita, busui dengan kebutuhan gizi,” beber Plt Kepala Dinas Kesehatan ini.
Program lainnya dengan pemeriksaan balita stunting oleh dokter spesialis Anak, pendampingan ibu hamil risiko tinggi di 24 desa/ kelurahan dan menyasar balita gizi kurang serta pendampingan pada keluarga balita stunting dengan program Ananda Bergizi (Asuh Dan Dampingi Balita Bermasalah Gizi). Program tersebut melibatkan 66 stakeholder dan 1.309 balita yang didampingi.(eri/lim)