MALANG POSCO MEDIA – Saya yakin hampir sebagian besar dari kita familiar dengan kisah sumur Raumah, sumur tua milik orang yahudi yang waktu itu di Madinah. Sumur ini menjadi saksi sejarah tentang bagaimana sosok Sahabat Ustman Bin Affan memperlakukan bisnis dan harta kekayaan di hadapan Allah dan Rasul-Nya.
Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, ” Wahai sahabatku, siapa saja di antara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka ia akan mendapatkan surga-Nya Allah Ta’ala.”
Dan tanpa jeda Ustman Bin Affan langsung menyambut seruan Rasulullah dengan membeli sumur milik orang Yahudi tersebut, tanpa menawar meski sebenarnya orang Yahudi itu menjual sumur dengan harga yang sangat mahal dan tidak wajar.
Sumur itu kemudian dimanfaatkan dan diwaqafkan oleh sabahat Ustman Bin Affan untuk keperluan seluruh kaum muslimin di Madinah. Hingga saat ini sumur itu ternyata masih ada dan berfungsi bahkan menurut penelitian kualitasnya hampir mirip dengan sumur Zam-zam.
Bukan hanya itu, sumur tersebut juga telah menjadikan kebun kurma di sekitarannya menjadi tumbuh subur bahkan hingga saat ini perkebunan kurma itu masih ada dikelola oleh kerajaan Arab Saudi dan menghasilkan dengan hasil yang cukup fantastis nilainya.
Di Jepang ada Soichiro Honda, siapa yg tidak mengenalnya, founder dan owner Honda Motor Company ini. Orang yang kaya raya ini tidak berhenti untuk meningkatkan kapasitas dirinya dan tetap berani menumbuhkan cita-citanya yang tinggi. Bahkan yang menarik, Honda mewariskan hampir seluruh kekayaannya untuk kepentingan sosial.
Peristiwa serupa juga pernah dilakukan oleh Chung Ju yung, pengusaha asal Korea yang akhirnya menjadi Miliader dunia dengan perusahaannya Hyundai. Chung Ju Yung yang terlahir dari keluarga buruh tani di Korea membuatnya tidak memiliki banyak pilihan untuk berkarir. Dia putus sekolah sejak SD, dia akhirnya menjadi kuli bangunan untuk menyambung hidupnya di usianya yang masih remaja. Kegigihan dan semangat Chung yang membaja untuk belajar mendorongnya untuk hijrah dan mengikuti sebuah kursus akutansi dengan menjual sapi milik bapaknya.
Keahlianya yang didapat dari belajar akutansi tersebutlah pada akhirnya yang mengubah banyak kehidupannya. Chung dipercaya untuk mengelola sebuah took sembako dan akhirnya tumbuh berkembang. Dia akhirnya bertemu dengan banyak oportunity, hingga pada akhirnya perusahaan Hyundai miliknya berkembang dengan pesat di bidang konstruksi, galangan kapal dan otomotif.
Pada tahun 1998, Chung membuat “geger” perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara, lantara dia mengirim 1.001 sapi melintas perbatasan negara tersebut. 1.001 sapi yang dikirim oleh Chung Ju Yung tersebut adalah wujud balas budinya kepada Bapaknya, karena dia sadar berasal dari 1 sapi yang ia jual puluhan tahun yang lalu-lah akhirnya dia bisa menjadi sukses seperti sekarang.
Moral dan etika yang dimiliki oleh Chung seolah mengajarkan kepada kita bahwa keluruhan budi pekerti, menjujung nilai-nilai kebaikan merupakan satu hal fundamental yang harus kita hidupkan dalam mengembangkan bisnis dan kehidupan.
Seorang penulis dan motivator bernama Azim Jamal mengungkapkan sebuah gagasan tengan “Corporate Sufi.” Konsep yang digagasnya ini berawal saat dirinya bekerja pada sebuah perusahaan. Dia mendapati bahwa perusahaan yang menumbuhkan nilai-nilai “sufisme” dalam perusahaan, maka sangat berpengaruh terhadap performance SDM dan perusahaan secara umum.
Nilai-nilai sufi yang dimaksud adalah perusahaan tersebut bukan hanya berbicara tentang nilai-nilai normatif kedisiplinan dan target-target perusahaan dalam keseharian operasionalnya, akan tetapi perusahaan tersebut juga menjadikan aktivitas-aktivitas spiritual menjadi bagian dari keseharian.
Apa yang dilakukan oleh Sahabat Nabi Ustman Bin Affan, Shoiciro Honda dan Chung Ju Yung merupakan salah satu gambaran tentang “Sufi Corporate.” Ada kesimbangan antara kerja dan kinerja dengan kehidupan keluarga, sosial dan spiritual.
Keyakinan bahwa tidak ada sesuatu yang kekal dan abadi menjadi platform dalam menjadi aktivitas keseharian, keyakinan akan fundamental attitude yang mendalam sebagai bagian tidak terpisah dalam menumbuhkan diri dan perusahaan.
Setidaknya ada 14 kaidah dalam mengimplementasikan nilai-nilai “sufi corporate” dalam perusahaan menurut Azim Jamal, ke-14 hal tersebut antara lain; Pertama, bahwa kita harus bisa menemukan tujuan kita, apa yang ingin kita capai. Kedua, senantiasa komitmen terhadap prinsip. Ketiga, terus memotivasi orang-orang di sekitarnya dengan memberikan ruang dan kesempatan untuk menumbuhkan ide dan gagasan. Keempat, terus bersemangat belajar seumur hidup. Kelima, mempercayai akan hal Ghaib. Keenam, mentalitas pantang menyerah. Ketujuh, terus belajar menjadi pemimpin yang efektif.
Kedelapan, senantiasa menjaga sikap positif. Kesembilan, terus berupaya untuk menyeimbangkan kehidupan. Kesepuluh, terus menikmati perjalanan kehidupan. Kesebelas, menjinakan ego pribadi, membuka diri terhadap kritik dan masukan. Kedua belas, terus menyalakan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan. Ketigabelas, memahami dengan baik akan konsep hidup dan mati dan keempatbelas, merasakan kehadiran Allah SWT dalam seluruh aktivitas kehidupan kita.
Seiring dengan perubahan zaman yang begitu cepat dan susah untuk diprediksi, nyatanya saat ini sudah mulai banyak perusahan yang mulai menginstall nilai- nilai sufi ini dalam bisnisnya. Seperti perilaku Profesionalisme, kerendahan hati, keinginan yang kuat, ketinggian etika, keikhlasan, keberserahan, kejujuran.
Nilai ini ketika bisa diinstall dengan baik di bisnis kita, di semua team kita, di semua partner kerja kita ternyata akan membawa dampak yang luar biasa.
Agama kita telah banyak mengajarkan, bahkan contoh dan teladan nyatanya telah ada yakni Rasulullah dan para sahabat. Tidak hanya masalah untung rugi yang sedang kita cari, akan tetapi lebih dari itu, kebermanfaatan dan keberkahan ILahi Rabbi adalah tujuan yang paling tinggi.
“The Power Of Giving is Instantaneous, Continuous and Eternal” bahwa Kekuatan memberi itu dampaknya bersifat instan (langsung), berkelanjutan dan abadi. Menghadirkan nilai-nilai sufi bisa jadi merupakan solusi bagi bisnis dan perusahaan di era sekarang, tuntutan pasar, persaingan yang tidak ada henti, banyaknya ancaman dari kompetisi menuntuk perusahan dan para pelaku bisnis untuk bisa secara holistik memanajeminya, agar pertumbuhan terus terjadi dalam perusahaan dan bisnis.(*)