MALANG POSCO MEDIA – Sugeng Pribadi warga Jalan Patimura Kelurahan Temas Kecamatan Batu Kota Batu menciptakan produk ecoprint di plastik kresek. Karya melalui pewarnaan alam ini dibuat dari daun pohon yang ia tanam di halaman depan rumahnya. Yaitu, Pohon Lanang dan Pohon Jarak.
Berbicara karya ecoprint biasanya pada kain, kulit, ataupun keramik. Namun berbeda dengan Sugeng Pribadi yang akrab disapa Cak Klemin.
Ia menciptakan produk ecoprint pada plastik kresek. Rasa ingin tahu yang tinggi membuatnya melakukan eksperimen. Hasilnya menjadi produk yang ciamik dan bernilai ekonomi.
“Awal mula saya eksperimen ecoprint di plastik itu gagal. Karena jejak (motif) daun tidak menempel. Kemudian saya coba eksperimen lagi sampai bisa menempel,” ujar Cak Klemin.
Ia melakukan itu berminggu-minggu dan akhirnya motif daun bisa menempel pada plastik. Kendati demikian, lanjut Klemin, saat disikat atau dicuci motif daun yang sudah menempel justru hilang. Ia pun mencoba agar menempel lebih kuat.
“Bagaimana caranya agar tidak hilang ketika disikat. Saya coba dengan formula yang berbeda dengan sedikit bahan kimia untuk menghilangkan licin pada plastik. Supaya nanti benar-benar menempel kuat,” papar bapak satu anak tersebut.
Sekitar satu bulan Klemin melakukan eksperimen dengan telaten akhirnya motif daun berhasil menempel kuat pada plastik. “Eksperimen dilakukan secara kontinu. Dipikir lagi, diapakan lagi, dan akhirnya jadi. Eksperimen saya lakukan sekitar awal tahun ini (2024),” sambungnya.
Plastik didapatkan dari kantong kresek belanjaan rumah tangga yang sudah tidak digunakan. Klemin kemudian mengumpulkannya. Ekstrak daun yang digunakan dari tanaman Pohon Lanang dan Pohon Jarak yang memiliki tanin yang tinggi.
Klemin memang sengaja menanam dan merawat dua jenis pohon tersebut karena, ecoprint ini terus ia produksi. Dipaparkannya, untuk menyuburkan dua jenis pohon tersebut dari ecoprint itu sendiri. “Setelah daun pohon dikukus dan klorofilnya sudah menempel di plastik, daun itu kemudian saya kumpulkan kembali untuk dijadikan komposter untuk menyuburkan tanah,” paparnya.
Klemin terdorong melakukan eksperimen karena ingin memanfaatkan sampah plastik sekali pakai agar dapat digunakan kembali dengan kurun waktu lebih lama dan ramah lingkungan. Selain itu, ia juga terdorong karena banyak orang yang menilai plastik tidak dapat diolah menjadi produk ecoprint.
“Bagaimana sih sampah plastik kresek ini kita pakai kembali untuk pelestarian dan ramah lingkungan. Akhirnya saya olah agar barang ini bisa terus digunakan dalam jangka lebih panjang, ” beber alumnus SMAN 1 Kota Batu tersebut.
“Kalau berbicara karya ecoprint biasanya pada kain, kulit, ataupun keramik. Ini sudah saya lakukan. Tapi saya ingin bereksperimen pada plastik,” lanjutnya.
Proses pembuatan ecoprint pada plastik membutuhkan waktu tiga hari. Kemudian menjahitnya menjadi poduk totebag membutuhkan waktu sehari saja. Klemin dibantu oleh anak dan istrinya.
“Bentuk daun kita tempel ke media plastik. Kemudian tutup lagi menggunakan plastik lalu kita gulung. Lalu kita kukus 2,5 jam untuk keluarkan tanin dari daun itu sendiri sehingga muncul bentuk atau motifnya,” urai Klemin memaparkan secara singkat proses ecoprint.
Motif daun yang menempel pada plastik tidak bisa sama. Motifnya selalu berbeda karena proses pembuatannya melalui dan mengikuti alam. Pun ketika menjadi sebuah produk totebag motifnya akan menjadi berbeda.
Pemakai produk totebag karya ecoprint ini, tambah Klemin, bisa digunakan oleh siapa saja. Namun secara khusus sasarannya bagi anak muda. Produknya sudah dipamerkan di Graha Pancasila Balai Kota Batu.
“Ecoprint di plastik kemungkinan besar inovasi pertama menjadi produk totebag di Kota Batu,” kata Klemin.
Ia mematok totebag dengan harga Rp 150 ribu yang kecil ukuran 25x 27 centimeter (cm) ketebalan 3 cm. Sedangkan Rp 200 ribu ukuran besar 35×40 cm dengan ketebalan 5 cm. “Ecoprint di plastik ini nanti terus saya kembangkan bisa jadi dompet maupun tas yang lebih besar ,” tutupnya. (den/van)