.
Friday, December 13, 2024

Sugeng Widodo Pekerja Serabutan Aktivis Konservasi Air dari Pakisaji; Awalnya Dianggap Tak Waras, Bentuk Kaliku Kini Gagas Sekolah Sungai

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Lulusan SMP kerja serabutan tapi pejuang lingkungan. Itulah Sugeng Widodo, warga Desa Jatisari Pakisaji Kabupaten Malang.  Pria 42 tahun ini menggagas komunitas pegiat lingkungan ‘Kaliku’.

Sugeng Widodo mengayun langkah diiringi gemericik air di Sungai Metro Jatisari Pakisaji. Ia baru saja membantu pemasangan rambu peringatan tak membuang sampah di sungai bersama Lanal Malang.

Masih mengenakan sepatu boots dan topi, serta kaca mata hitam melekat, Sugeng melanjutkan aktivitas. Ia memeriksa debit tiga sumber mata air yang dirawat saat ini.

“Mata air bagi kami sesuatu yang sangat berharga. Kami khawatir seiring perkembangan penduduk, sumber mata air terpengaruh bisa berkurang atau hilang,” ungkap Sugeng.

Bersama Kaliku, komunitas yang ia bentuk bersama beberapa rekan di desanya, mereka terus berkomitmen merawat lingkungan utamanya sungai.

Banyak sumber mata air di antara Kali Metro yang menurut pantauannya tak terawat. Bahkan tak dimanfaatkan. Akhirnya hanya menjadi sumber air yang terbuang begitu saja.

Apalagi ditambah kondisi sungai yang banyak mendapat kiriman sampah. Hal itu yang melatarbelakangi kepeduliannya terhadap aliran sungai, anak sungai, hingga sumber mata air yang ada.

Ia merasa tergerak karena tak ada yang berupaya memelihara. Padahal dampaknya akan sangat berarti bagi kehidupan masyarakat jika membutuhkan air bersih. 

Kepedulian Sugeng berawal dari tempat tinggalnya. Di tempatnya tinggal Desa Jatisari, dia memulai dengan mengurangi sampah di aliran anak Sungai Metro dekat tempat tinggalnya. Ia sempat dianggap gila pada masa awal seorang diri mengambil langkah membersihkan sampah. Sebab kala itu tak ada yang peduli dengan lingkungan. Bahkan terbiasa ikut membuang sampah di sungai.

“Wajar waktu itu bagi sebagian orang sini sesuatu yang tidak biasa, dianggap tidak waras. Yang penting yang saya lakukan baik,” cerita pria yang kerap disapa Om Gun itu.

Kegiatan pertamanya dilakukan tahun 2019 lalu.  Anak sungai itu, kata dia, adalah saluran irigasi peninggalan Belanda. Diyakini  sempat dimanfaatkan untuk konsumsi warga saat masih bersih, serta belum tercemar sampah dan limbah rumah tangga maupun pabrik.

Singkat cerita, Sugeng yang semula seorang diri mengajak beberapa temannya di desa untuk membantu. Perlahan kesadaran tumbuh.

Pada tahun 2019, kelompok masyarakat dihimpun dari beberapa kalangan. Terutama yang ikut berkontribusi, Sugeng ditunjuk sebagai ketua. Di tahun yang sama, komunitas pegiat lingkungan akhirnya terbentuk. Belum punya nama yang cukup mudah diingat, Sugeng mengagas nama Kaliku sebagai bentuk pengingat bahwa kali atau sungai milik bersama.

“Jadi harusnya menumbuhkan rasa memiliki. Dengan begitu kita sadar untuk menjaga bukan mengotori,” kata dia.

Setidaknya, kegiatan bersih kali dilakukan komunitas Kaliku sekali setiap minggu. Kegiatan Kaliku dilirik dan mendapat bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) dari salah satu perusahaan perbankan untuk langkah peduli lingkungan.

Alhasil aliran sungai yang semula kotor dan tampak hanya sebagai aliran air yang tercemar berubah. Dibangun beberapa komponen pendukung wisata sederhana hingga taman yang ditanami tanaman hias.

“Kalau kita tidak mungkin melarang orang membuang sampah ke sungai, maka kami bermaksud membuat orang sungkan buang sampah. Dengan cara menjaga kebersihan dan tata kelolanya,” tuturnya.

Tempat kumuh perlahan berubah lebih baik. Menjadi lokasi yang nyaman dikunjungi. Hingga dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan warga dan siswa.

Kaliku sempat mewakili Kabupaten Malang dalan perlombaan lingkungan Jawa Timur. Sugeng juga mendapat penawaran kerja sama yang menghasilkan pemanfaatan aliran air untuk pembangkit listrik mikro hidro atau pembangkit listrik tenaga air skala kecil.

Sayangnya hal itu hanya bertahan tak sampai tiga tahun. Karena keterbatasan dan beberapa persoalan naik turunnya aktivitas komunitas, pembangkit listrik tersebut berhenti beroperasi. Kini, kondisinya perlu perbaikan untuk kembali seperti semula. Pada akhirnya Sugeng memilih membantu Pelestarian Sungai Metro di Jatisari yang juga sebelumnya tak terawat.

Sekitar Juni 2023 lalu, Sugeng mengetahui permasalahan warga Jatisari. Mereka mengeluhkan sumber air yang keruh. Hal ini yang ia sayangkan karena sejatinya banyak sumber mata air di dekat Sungai Metro tak terkelola.

Dari kondisi itulah ia kembali tergerak dan mengajak komunitasnya terus merawat sungai. Dimulai dengan aksi  sederhana, yakni bersih sungai bersama beberapa pihak yang menawarkan program lingkungan.

Upaya itu berbuah positif. Bantuan tandon di sekitar mata air mulai terbangun sembari bertahap mengupayakan instalasi aliran air ke desa. “Satu di Desa Jatisari, satu di Desa Pakisaji,” rincinya.

Ia juga diajak kerja sama oleh Lanal Malang untuk program bersih sungai secara rutin. Aksi itu akhirnya terlaksana dengan skala lebih besar melibatkan Pemkab Malang, para relawan dan unsur aparat serta warga setempat pada awal September 2023 lalu.

“Danlanal menyampaikan bahwa seharusnya sungai di sini berpotensi lebih baik. Maka kami minta dijadikan binaan dan komunikasi intens sampai sekarang. Terutama sumber mata air jadi konsentrasi utama selain menjaga dari sampah. Sumber mata air akhirnya bisa dibuatkan tandon dan dirawat dengan konservasi,” paparnya.

Kini  sudah ada sekitar tiga sumber mata air yang dirawat dan dijadikan konservasi. Oleh Sugeng dan kawan-kawannya, bantaran sungai juga disulap menjadi tempat yang  layak dikunjungi masyarakat. Mulai mendirikan gazebo, hingga menberi kesempatan warga sekitar untuk membuka warung. Ini  demi menggerakkan ekonomi sembari tetap dalam misi utama melestarikan lingkungan. Utamanya Sungai Metro di Pakisaji, yang semula tercemar sampah kini kian berkurang dan menjadi habitat banyak ikan.

“Ayo lah, kita jaga. Manusia tanpa air sungai juga tak bisa apa-apa. Kita butuh hidup dari air dan kita juga tidak ingin air kita tercemar. Dengan ikut menjaga maka akan lestari dan membawa manfaat kedepan,” pesannya.

Sugeng dan beberapa temannya saat ini juga menginisiasi adanya sekolah sungai di Kali Metro. Sekolah yang diinisiasi untuk memberikan edukasi kepada siapa saja yang datang dan belajar fungsi serta pentingnya pelestarian lingkungan. Sekolah itu sedang digagas demi membawa pengaruh lebih besar untuk kesadaran masyarakat sepanjang Sungai Metro.

“Dengan sekolah itu, kita ingin semakin banyak lagi komunitas peduli lingkungan dari mana saja. Terutama sepanjang Sungai Metro ini agar bisa terjaga,” imbuhnya. (tyo/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img