MALANG POSCO MEDIA, MALANG – SMA Katolik St. Albertus Malang atau yang dikenal dengan nama SMA Dempo sukses menyelenggarakan Dempo Cup XVII, 15 – 22 Oktober lalu. Selama satu minggu, kegiatan ini diikuti oleh siswa tingkat SMP dan sederajat. Mencakup wilayah Jawa Timur dan sekitarnya.
Ketua Panitia Dempo Cup XVII, Ricky Aditya Setiawan, S.Si, M.Pd menuturkan bahwa terdapat 13 cabang perlombaan dari empat kategori lomba yang diikuti sebanyak 1.512 peserta. “Empat kategori lomba itu adalah Lomba Akademik, Lomba Humaniora, Lomba Seni dan Lomba Olahraga,” tutur Ricky kepada Malang Posco Media, Jumat (28/10) lalu.
Dari keempat kategori tersebut, diklasifikasikan kedalam cabang lomba lain, seperti lomba akademik terdiri dari olimpiade Matematika, Bahasa Inggris, IPA dan IPS. Sedangkan lomba seni terdiri dari lomba poster, tari tradisional, modern dance serta band.
Adapun lomba olahraga terdiri dari lomba futsal, voli serta basket untuk putra dan putri. Kategori selanjutnya, lomba Humaniora terdiri dari lomba Pramuka Penggalang untuk SMP/MTs sederajat. “Untuk tahun ini adalah kali pertama Dempo Cup dilaksanakan secara Offline kembali, karena sebelumnya dilaksanakan secara online,” tutur guru Matematika tersebut.
“Olahraga, Seni dan Humaniora dilaksanakan secara full online. Sedangkan untuk bidang akademik kita laksanakan secara hybrid, yakni online untuk babak penyisihan dan offline untuk babak semifinal dan finalnya,” lanjutnya.
Menariknya, pada tahun ini banyak sekolah yang mendaftarkan siswanya untuk mengikuti cabang perlombaan seni tari tradisional. Menurut Ricky hal tersebut sangat luar biasa. “Saya sangat terkesan melihat banyak yang mendaftar di tari tradisional, melihat banyak gempuran modernisasi, tetapi mereka masih bisa mempertahankan warisan kebudayaan kita,” ujarnya.
Dia menjelaskan, tujuan dilaksanakan Dempo Cup diantaranya adalah untuk membranding sekolah. Yakni mempromosikan SMA DEMPO kepada masyarakat umum. Namun disisi lain juga terdapat tujuan jangka panjang dari kegiatan tersebut. “Tujuan lainnya adalah untuk melestarikan seni dan kebudayaan, membudayakan sportivitas, dan agar anak-anak dapat berkembang secara keilmuan,” kata Ricky.
Selain dari dewan guru, siswa SMA Dempo juga diikutsertakan menjadi panitia penyelenggara dalam kegiatan Dempo Cup XVII. Sedangkan untuk para juri dan wasit, selain menggunakan pihak internal juga mendatangkan pihak eksternal. “Kalau untuk juri ada dari guru, kita juga mendatangkan dosen, agar berimbang. Selain itu kita juga menggandeng organisasi Olahraga yang kita minta untuk menjadi wasit,” lanjut Ricky.
Sementara kendala yang dihadapi selama kegiatan adalah cuaca yang tidak menentu, sehingga beberapa kali pertandingan harus ditunda karena terkendala hujan. Selain itu masih banyak sekolah yang minim informasi mengenai kegiatan, sehingga banyak yang terlambat mendaftar. “Kami akan terus mengevaluasi kegiatan ini dan menjadikan Dempo Cup dapat terus dilaksanakan setiap tahun,” pungkasnya. (mp1/imm/sir/bua)