MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Perumda Tugu Aneka Usaha (Tunas) sebagai sebagai salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Kota Malang mengalami transformasi yang cukup signifikan. BUMD yang dulunya perkembangannya cukup sulit hingga sempat mencuat kasus hukum itu sekarang sudah jauh berbeda kondisinya. Tidak hanya kondisi usaha, tapi internal perusahaannya kini juga sudah makin sehat.
Bagaimana transformasi yang telah terjadi dan seperti apa proyeksi kedepan? Berikut wawancara singkat Malang Posco Media (MPM) bersama Direktur Perumda Tugu Aneka Usaha Dodot Tri Widodo S.E., M.M
MPM: Perumda Tugu Aneka Usaha sejak dulu perkembangannya cukup sulit dan menantang. Transformasi apa yang awal anda lakukan?
Dodot: Saya masuk sejak 2021 dan awal masuk bisnis di Perumda Tugu Aneka Usaha ini hanya konsentrasi di RPH dan penjualan daging, lalu ada persewaan kios. Begitu saya masuk, sesuai amanah Perda, banyak bisnis yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah perdagangan sembako.
Tujuan didirkannya BUMD tidak sekedar profit. Tapi juga pelayanan dan memberikan manfaat kepada masyarakat serta meningkatkan perekonomian daerah. Maka pilihan kami jatuh pada perdagangan sembako sebagai percepatan bisnis. Kami juga ingin membantu UMKM menyediakan bahan pangan murah.
MPM: Selain itu, upaya apa lagi yang dilakukan sebagai upaya transformasi?
Dodot: Untuk meningkatkan penjualan, kami cari proyek salah satunya proyek dari Bapanas. Waktu itu ada program Keluarga Risiko Stunting (KRS) sehingga sales kami naik secara drastis. Ada juga distribusi beras SPHP yang kami distribusikan kepada pengecer.
Dari Dinkes kami juga ada penyediaan Makanan Tambahan untuk posyandu se-Kota Malang seperti kacang hijau hingga susu. Nilainya Rp 1,7 Miliar.
Di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, kami mensupport untuk Gerakan Pangan Murah (GPM). Kami ikut terlibat menjual barang murah dan di tahun 2024 ada 50 titik kami ikut partisipasi.
MPM: Kalau bisa digambarkan, bagaimana kondisi bisnis dan perusahaan, dulu dengan sekarang?
Dodot: Awal dulu rugi. Pendapatan itu kecil, sementara biaya besar. Tarif potong di RPH saja itu hanya Rp 55 ribu untuk sapi. Pelan pelan kami negosiasi dengan jagal. Akhirnya kami naikkan tarif Rp 90 ribu. Kambing dari awalnya Rp 9 ribu menjadi Rp 15 ribu.
Alhamdulillah gaji karyawan sekarang juga sudah UMR. Sekitar Rp. 3,4 Jutaan. Dulu pas saya masuk, rata rata masih dibawah UMR, yaitu sekitar Rp 2,3 juta.
MPM: Setelah sukses melakukan transformasi, apa yang sekarang sedang menjadi perhatian khusus dan bagaimana proyeksi kedepan bisnis yang ada di Perumda Tugu Aneka Usaha.
Dodot: Saat ini kami ikut berpatisipasi menyuplai bahan baku MBG (Makan Bergizi Gratis). Kalau kami suplai terus bertahap, akan menguntungkan meski margin keuntungannya tidak besar.
Ini bisa sangat prospek karena nantinya di Kota Malang itu akan ada sekitar 50 dapur untuk MBG. Walaupun margin keuntungan sangat kecil, tapi kalau jumlahnya banyak, nilai yang didapat bisa terasa besar.
MPM: Dengan jumlah dapur sebanyak itu, apakah Perumda Tugu Aneka sanggup untuk melayaninya? Apa tantangan yang mungkin dihadapi?
Dodot: Kami bisa mengkalkulasi kebutuhan dapur. Kami sanggup dan sangat memungkinkan, yang penting pembayarannya tidak mundur terlalu lama. Paling tidak ya satu Minggu lah, supaya kami bisa memutar dan tidak kekurangan modal.
MPM: Saat ini beragam jenis usaha sudah dilakoni di Perumda Tugu Aneka Usaha. Bagaimana harapan pengembangan Perumda Tugu Aneka Usaha kedepan selama masa kepemimpinan anda?
Dodot: Saya kedepan ingin ada bisnis yang captive di Perumda Tunas. Artinya bisnis yang ‘pasti’. Misalnya seperti mengelola parkir, itu kan tiap hari pasti. Kalau tiap hari ada konsumen kan ada pendapatan, nah itu menjamim pendapatan. Sekarang di Perumda Tunas, bisnis yang sudah captive, baru RPH. (ian/jon)