MALANG POSCO MEDIA, MALANG-Di antara deru keramaian, tubuh kurus Dwi (32 tahun) menyunggi kepala boneka yang hampir menutup setengah badannya.
Sekilas,ia seperti berkalung sebuah keranjang kecil bertuliskan “Foto bayar seihlasnya” sehingga menarik perhatian orang di sekitarnya, terutama anak-anak.
Begitulah keseharian bujangan asal Desa Pamotan, Kecamatan Dampit itu mengadu nasib di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Dwi memang kerap kali berada di keramaian, menjajakan jasa berfoto dengan badut kartun lucu, sebagai kostum yang dia kenakan untuk mencari rezeki.
Kepada Malang Posco Media,ia mengungkapkan menjadi manusia boneka atau biasa disebut badut jalanan mulai digelutinya sejak akhir tahun 2022 lalu. Hal ini dilakukannya lantaran pekerjaan sebelumnya sebagai buruh kebun kopi kian tak pasti. Bermodalkan Rp 850 ribu untuk membeli kostum boneka kartun yang lucu Dwi menyasar tempat keramaian.
“Kalau ada yang mau foto saya sembunyikan dulu keranjang uangnya. Kalau sudah biasanya dikasih mulai dua ribu, tiga ribu, atau berapapun seikhlasnya,” urainya sembari istirahat setelah setengah hari menawarkan foto di dekat SD Negeri 3 Turen.
Sesekali, ia membuka topeng kepala boneka yang dibawanya untuk bernapas lebih lega. Aktivitas ini sudah menjadi mata pencaharian utama baginya. Ia menyadari, mencari pekerjaan untuk pria seusianya tidak mudah. Dia lebih memilih melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk menyambung hidup.
“Kalau sekarang pas ramai dapat sehari paling banyak Rp 100 ribu pernah. Pernah juga beberapa kali tidak dapat uang sama sekali,” sebutnya sembari meletakkan kepala kosum boneka setinggi 65 centimeter.
Sebelumnya, Dwi adalah buruh kebun kopi dengan bayaran tergantung hasil pertanian. Tepatnya di Desa Lenggoksono, Tirtoyudo. Dia juga baru bekerja jika ada yang memanggil untuk meminta tenaganya. Jika tidak, dia juga tak mendapatkan upah.
Di sisi lain, kerap kali badut jalanan dan pengamen menjadi sasaran razia oleh petugas Satpol-PP setempat. Seperti pada Rabu (12/4/), delapan badut hingga pengamen di pertigaan Jalan Panji, Kepanjen, terjaring operasi. Mereka dianggap meresahkan masyarakat dan mengganggu keelokan Kota Kepanjen.
Kepada mereka lalu diberikan pembinaan sekaligus pendataan. Serta, diminta membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatannya. Kenyataan ini harus mereka hadapi, tak terkecuali Dwi yang juga was-was.
Sementara itu sulitnya mencari lapangan pekerjaan menjadi masalah sebagian besar pemuda di Kabupaten Malang. Sekadar diketahui, hasil survei 380 pemuda yang dilakukan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Malang, menyatakan 60 persen pemuda khawatir sulit mendapatkan pekerjaan. Sedangkan 17,5 persen menyatakan bahwa mencari kerja sangat sulit. Hanya sekitar 18,3 persen menyatakan mudah mencari kerja. Baik di Kabupaten Malang maupun di luar kota.
Hal ini juga dirasakan Dwi, ia mengaku masih belum banyak keahlian lain. Jika suatu saat modal tabungannya cukup, dia berencana untuk membuka usaha berdagang mainan. Dia berharap peluang usaha juga tak sulit ditemui dan pekerjaan yang layak bagi pemuda semakin tersedia, agar pemuda tak harus bertarung keras mengadu nasib seperti dirinya. Termasuk dengan adanya pendidikan usaha bagi warga dari pemerintah.”Kalau punya uang saya ingin berjualan mainan. Biar dekat dengan anak-anak juga kayak sekarang,” harapnya.(prasetyo lanang/nug)