MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Mabes TNI AU menegaskan untuk menonaktifkan seluruh pesawat Super Tucano, usai dua pesawat tempur taktis itu mengalami kecelakaan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Kabupaten Pasuruan, Kamis (16/11). Ini dikatakan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsekal Pertama R. Agung Sasongkojati.
Dikonfirmasi Malang Posco Media, dia mengutarakan bahwa penonaktifan atau tidak diterbangkan sementara pesawat Super Tucano sebagai langkah mitigasi dan evaluasi seluruh bagian pesawat. Super Tucano akan diperbolehkan terbang kembali jika sudah melewati pengecekan tersebut.
“Hingga nanti kalau sudah diperiksa semua dan kondisinya harus sangat layak terbang maka baru kami keluarkan izin terbang,” katanya. Evaluasi, kata Agung terus dilakukan termasuk untuk mencari tahu kerawanan apa pada pesawat dan kondisi penerbangan. Selain Super Tucano, lanjutnya, pesawat lain masih diperbolehkan beroperasi dalam misinya.
Sementara itu, terkait kecelakaan yang menewaskan empat perwira menengah (Pamen) TNI AU yang berdinas di Lanud Abd Saleh, Agung menegaskan masih menunggu pembacaan data video data recorder (VDR) yang dikirim ke luar negeri untuk investigasi. “Evakuasi bangkai pesawat masih terus dilakukan dengan cara manual,” terangnya.
Dia menargetkan, dalam seminggu ini, proses evakuasi dua bangkai pesawat itu tuntas, meski kondisi cuaca tak menentu dan medan yang sulit. Menurut Kadispenau, TNI AU saat ini sudah berhasil mengangkut beberapa bagian dari pesawat, namun belum seluruh bagian, karena terkendala masalah lokasi yang terjal dan berbukit.
“Karena cuaca dan medan sangat ekstrim, maka tim memprioritaskan beberapa bagian pesawat yang harus segera dievakuasi dari lokasi jatuhnya pesawat. Seperti kanon pesawat, engine, throttle, kursi lontar, serta propeller,” sebutnya. Seluruhnya, akan disatukan di hanggar Lanud Abd Saleh untuk diteliti.
Sementara itu Voice and Data Recorder (VDR) serta Net Centric Data Cartridge (NCDC) telah berhasil diamankan sebelumnya. VDR merupakan sistem yang menyimpan video, suara dan data performance, serta mesin pesawat yang akan dikirim ke pihak produsen di luar negeri untuk dilakukan pinjam alat pembaca data.
Sedangkan CNDC adalah sistem yang menyimpan suara, video, dan tampilan navigasi penerbangan yang juga sedang dilakukan pendalaman terhadap datanya. “Dari data recorder, akan diketahui detilnya. Kalau VDR butuh waktu untuk dicek satu persatu, minimal sebulan untuk dapat kesimpulan belum jadi laporan,” pungkasnya. (tyo/mar)