.
Saturday, December 14, 2024

Susu, Ubah Brau Jadi Dusun Jutawan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Populasi Sapi Perah Lebih Banyak Dibanding Jumlah Penduduk

MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU- Susumu Semangatku! Semangatku Susumu! Ternyata bukan jargon sembarang jargon. Buktinya jargon ini mampu mengubah Dusun Brau Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Wisata Batu dari dusun preman menjadi dusun para jutawan.

‘’Preman itu sebutan untuk warga Brau yang bekerjanya sebagai buruh tani. Dulu, saat jadi preman, penghasilan mereka hanya untuk cukup makan sehari. Terkadang juga kurang,’’ kata Muhammad Munir, Ketua Koperasi Margo Makmur Mandiri Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Wisata Batu.

Dusun Brau di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji di Kota Wisata Batu hawanya sangat sejuk. Bahkan cenderung dingin. Maklum, dusun berpenduduk 120 KK (Kepala Keluarga) dan tiap KK terdiri atas 3-5 orang ini, posisinya cukup tinggi, yaitu 1.034 mdpl (meter di atas permukaan laut).

Sesuai letak geografisnya, tidak salah kalau masyarakat Dusun Brau menggantungkan kehidupan sehari-hari dari sumber daya alam dan peternakan sapi perah. Di dusun ini beraneka sayuran dan bunga tumbuh cukup subur. Begitu juga rumput gajah. Di Brau tumbuh sangat subur.

Rumput gajah adalah komoditi penting untuk kelangsungan hidup sapi perah. Karena sebatang rumput gajah memiliki kandungan protein kasar sekitar 10 persen. Serat kasar sekitar 31 persen dan 21 persen bahan kering, agar sapi perah tumbuh subur dibutuhkan minimal 4,8 kg per ekor per hari.

‘’Alhamdulillah, di sini (di Dusun Brau) rumput gajah tidak perlu beli. Pakan ternak andalan sapi ini, tumbuh subur di dusun kami,’’ ucap Munir sembari menyebutkan, di musim kemarau produksi rumput gajah di Dusun Brau tidak banyak mengalami penurunan. ‘’Biasanya, saat musim kemarau rumput gajah sulit didapatkan,’’ tambahnya.

Hewan ternak di Dusun Brau, sebenarnya tidak hanya sapi perah. Ada kambing, entok dan  ayam. Tetapi, kondisi geografis Dusun Brau yang cukup tinggi 1.034 mdpl dengan suhu rata-rata antara 20-25 derajat celsius sangat pas memelihara sapi perah untuk diambil susunya yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi.

Saat ini, populasi sapi perah di Dusun Brau berada dikisaran 1.000 ekor. Dengan kata lain, jumlah ternak sapi dua kali lipat lebih banyak dibanding jumlah penduduk Dusun Brau yang hanya 125 KK atau 500 orang. Setiap KK rata-rata memiliki tiga ekor sapi. Sedangkan pertumbuhan jumlah sapi perah di Dusun Brau terus menunjukkan tren kenaikan semenjak tahun 2010 lalu.

Munir menyebutkan, memang tidak semua sapi perah yang jumlahnya 1.000 ekor itu, bisa diperah dan menghasilkan susu dalam waktu bersamaan. Karena dari total 1.000 ekor itu terdiri atas sapi anakan atau pedhet dan dara lakstasi kering.

Laktasi kering artinya sapi induk yang diistirahatkan setelah dilakukan pemerahan sebelumnya. Biasanya sapi yang dalam status laktasi kering ini umur kebuntingannya sudah mencapai 7 bulan.

Setiap hari, lanjut Munir, sapi yang menghasilkan susu jumlahnya kurang lebih ada 350 ekor. Dimana per ekor mampu menghasilkan susu rata-rata 15 liter per hari, yang diperah pemiliknya setiap pagi dan sore hari. Hasil perahan susu kemudian dijual ke Koperasi Margo Makmur Mandiri dengan harga Rp 7.300 setiap liternya.

Dari kegiatan tersebut maka putaran rupiah dari jual beli susu saja di Dusun Brau minimal bisa mencapai 350 ekor x 15 liter x Rp 7.300 = Rp 38.325.000 per hari !! Setidaknya dalam satu bulan Koperasi Margo Makmur Mandiri harus menyiapkan dana sebesar Rp 38.325.000 x 30 hari = Rp 1.149.750.000. Cukup fantatis!

‘’Betul putaran uang kami (koperasi) dari jual beli susu petani nilai sudah miliran rupiah. Dan kami masih terus berharap, setoran susu petani ke koperasi terus bertambah. Karena potensi pasar susu di luar masih sangat besar,’’ ucap Munir.

Lalu berapa penghasilan masing-masing petani sapi perah di Dusun Brau? Jika setiap KK rata-rata memiliki tiga ekor sapi maka per hari mereka bisa mengantongi uang sedikitnya 3 ekor x 15 liter x Rp 7.300 = Rp 328.500. Tentunya dalam sebulan per KK bisa meraup omzet penjualan susu sapinya Rp 328.500 x 30 hari = Rp 9.855.000.

‘’Andaikata produksi susu sapi perah naik turun, taruhlah rata-rata minimal Rp 9.500.000 saja, lalu dikalikan 12 bulan maka dalam setahun petani bisa memiliki Rp 114 juta. Karena itu, jangan heran kalau sekarang petani susu di sini (Dusun Brau) banyak yang sudah memiliki mobil sendiri,’’ papar Munir sembari tersenyum renyah.

Disebutkan Munir, tingginya putaran duit dari transaksi jual beli susu tadi menjadikan koperasi yang dikelolanya tumbuh lebih sehat. Manajemen Koperasi Margo Makmur Mandiri, Dusun Brau tidak pernah kesulitan likuiditas. Sehingga pembayaran susu dari petani berjalan aman dan lancar.

‘’Pembayaran ke petani kami lakukan tiga kali dalam sebulan. Atau setiap 10 hari sekali. Yaitu tanggal 4, tanggal 14 dan tanggal 24 bulan berjalan,’’ pungkas Munir yang sekarang ini telah memiliki 9 ekor sapi. ‘’Doakan pak, sapi saya bisa bertambah lagi,’’ harapnya tersenyum lebar. (has/udi)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img