MALANG POSCO MEDIA- Bunga pohon Tabebuya sedang bermekaran. Di Kota Batu mewarnai suasana HUT ke 23 kota wisata itu. Sedangkan di Kota Malang jadi penyemangat menambah tanaman tersebut di ruang terbuka hijau.
Masyarakat hingga wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu di bulan Oktober akan sangat berbeda suasananya. Sebab tepat di bulan Hari Jadi Kota Batu di sepanjang jalan-jalan protokol hingga sudut Kota Batu setiap masuk bulan Oktober bunga Tabebuya bermekaran.
Mekarnya Tabebuya berwarna kuning, putih dan ungu di Kota Batu bukan hanya menambah keindahan kota setiap tahunnya. Tapi juga menjadi spot foto, destinasi wisata baru, bahkan dikemas menjadi sebuah event tahunan hingga jadi hadiah bagi Kota Batu yang berulang tahun ke 23 tepat pada tanggal 17 Oktober mendatang.

Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai mengatakan Tabebuya menjadi keindahan tersendiri di Kota Batu. Pasalnya dengan adanya pohon tabebuya di sepanjang jalan-jalan utama dan beberapa jalan desa yang ada di tiga Kecamatan Kota Batu menjadi daya tarik bagi wisatawan.
“Mekarnya Tabebuya ini menjadi nilai lebih bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu setiap bulan Oktober hingga November nanti. Wisatawan tidak hanya berlibur, tapi juga bisa mendapatkan kesempatan melihat dan mengagumi Tabebuya bermekaran,” ujar Aries kepada Malang Posco Media.
Lebih dari itu dengan mekarnya Tabebuya juga menjadi spot foto bagi warga Kota Batu maupun wisatawan yang berkunjung. Bahkan dimanapun tempatnya, akan menjadi daya tarik tersendiri.
Di Kota Batu ada beberapa kawasan yang menjadi spot foto dadakan seperti Jalan Semeru, Jalan Panglima Sudirman yang ada di pusat kota. Serta Lumbung Pendem dan Jalan Terusan Wijaya Kusuma, Pusdik Arhanud yang keduanya secara administratif berada di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
“Tentunya dengan adanya beberapa spot foto dadakan tersebut secara tidak langsung juga berdampak pada perekenomian warga. Di mana spot tersebut juga bisa digunakan untuk menggelar event. Salah satunya di Festival Tabebuya di Pendem,” katanya.
Begitu juga suasana Kota Malang mulai dibikin romantis dan syahdu. Pasalnya di berbagai sudut Kota Malang mulai bermekaran Tabebuya.
Terlihat bunga dengan dominasi warna pink (merah muda), putih dan kuning menghiasi jalanan Kota Malang secara bersamaan.
Jika berkendara santai di Kota Malang saja, Bunga Tabebuya sudah dapat dinikmati dari kejauhan. Salah satunya di beberapa sudut di kawasan Kecamatan Kedungkandang di kawasan Jalan Kyai Parseh Jaya. Lalu bergerak lagi masuk kawasan Sawojajar tepatnya di area kawasan Jalan Danau Maninjau (belakang Ruko WOW).
Tidak di sana saja, kawasan lain yang juga menarik perhatian karena Bunga Tabebuya bermekaran ada di Kawasan Kampus II Universitas Brawijaya di Jalan Dieng. Disana setidaknya lebih dari 10 Pohon Tabebuya memekarkan bunganya warna-warni.
“Cantik sekali. Memang bulan-bulan ini Tabebuya bermekaran. Kalau sudah seperti ini indah dan syahdu melihanya jadi romantis,” ungkap Indah Yuliani, salah satu pejalan kaki yang menikmati Bunga Tabebuya berkemarin di Kota Malang.
Hal ini juga membawa semangat tersendiri bagi instansi terkait di Pemkot Malang. Sebab mempercantik keindahan Kota Malang. Ini mengembalikan predikat Kota Malang sebagai Kota Bunga.
Ini dijelaskan Kabid Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang Laode KB Al Fitra saat dikonfirmasi Malang Posco Media, Jumat (4/10) kemarin.
“Kami rencana menambah pohon-pohon Tabebuya itu di beberapa kawasan RTH Kota Malang. Memang kami ingin membuat Kota Malang dikenal lagi dengan nama Kota Bunga. Salah satunya dengan ini,” jelas Laode.
Dilanjutkannya tahun depan rencana Pohon Tabebuya akan ditambah di beberapa kawasan seperti di Jalan Danau Jonge, Jalan Ikan Tombro, kemudian juga di TPA Supit Urang. Dan beberapa area di awasan Terminal Arjosari.
Beberapa kawasan ini akan dijadikan tempat penanaman bibit Pohon Tabebuya tambahan di Kota Malang. Sebelumnya diketahui Pohon Tabebuya juga sudah ditanam di sepanjang Kawasan Koridor Kayutangan Heritage. Namun belum mekar tahun ini.
“Yang di Kayutangan sepertinya stress karena ada pengeprasan (pemotongan) beberapa kali untuk penataan,” pungkas Laode. (eri/ica/van)