MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Pemkot Malang belakangan diketahui tengah membahas desain konsep baru kawasan Kayutangan bersama Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Wilayah Malang. Jika mengacu dari desain yang diusulkan sejauh ini, maka tampilan Kayutangan mengalami sejumlah perubahan. Seperti berubahnya desain lampu hias, tidak adanya lokomotif lori dan box telfon, hingga tidak adanya Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).
Menyikapi adanya desain baru itu, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang menyambut positif adanya perubahan, khususnya di desain lampu hiasnya. Sebab, sejak awal adanya lampu hias itu di Kayutangan, TACB merasa kurang pas dengan nuansa kolonial. TACB berharap, jika desain baru itu benar benar bisa diwujudkan, maka desain lampu disesuaikan dengan nuansa kolonial.
“Waktu itu kan menginginkan seperti nuansa Malioboro, akhirnya keluar seperti itu. Warna kuning itu warna keraton, itu yang tidak sesuai dengan nuansa kolonial. Waktu itu saya sempat kok minta dikembalikan nuansa kolonial,” terang Anggota TACB Erlina Laksmiati Wahyutami, Minggu (19/1) kemarin.
Ditegaskan Erlina, kawasan Kayutangan sendiri sejak awal telah mengangkat konsep wisata heritage. Oleh karenanya, seharusnya desain yang digunakan pun harus sesuai dengan nuansa kolonial. Bukan desain yang kental dengan nuansa keraton. Ia berharap agar pilihan warna juga dipertimbangkan karena mempengaruhi nuansa akhirnya.
“Kami berharap sih lebih sederhana. Warnanya juga bukan warna keemasan seperti keraton. Mungkin bisa hitam sama putih. Kalaupun mungkin ada kuning, ya sedikit saja, tidak sebanyak seperti sekarang,” harap Erlina.
“Walaupun kalau diteliti lampu yang sekarang itu sebenarnya sudah ada corak seperti lambang kolonial. Tapi warna dan desain seolah seperti di Malioboro. Kalau kolonial, ya mestinya sederhana saja seperti langgam bangunan yang modern dan simpel,” sambung dia.
Beberapa waktu lalu, ia pun sempat mengingatkan agar revitalisasi di Alun Alun Merdeka yang bakal dilakukan dalam waktu dekat, supaya bisa menggunakan desain heritage yang sebenarnya. Sehingga setidaknya masyarakat bisa mengetahui nuansa kolonial yang lebih baik.
“Kalau yang sudah saya beri masukan, itu seperti di Alun Alun. Itu saya sampaikan ke konsultannya. Karena awalnya kan desain lampu sepeti Kayutangan. Jadi saya berikan masukan pada konsultan gambarannya agar seperti ini (kolonial) saja,” bebernya.
Untuk desain lampu yang kini tengah dibahas di Kayutangan, Erlina belum melihatnya karena pembahasan masih berlangsung. Namun ia memastikan siap mengawal dengan memberi masukan. “Tentu kalau tidak sesuai, kami akan berikan masukan. TACB selalu beri masukan selama ini,” tutupnya. (ian/aim)