MALANG POSCO MEDIA – Bulan Syawal sudah berada di penghujungnya, dan Syawal tahun ini benar-benar menjadi simbol kegairahan ekonomi masyarakat. Kita semua menyaksikan “sumringahnya” masyarakat dalam menyambut lebaran tahun ini, hampir semua tempat wisata di kota-kota besar, di sudut-sudut kota di seluruh Nusantara dipadati dengan pengunjung yang melepas “penat” setelah dua tahun tidak bisa melakukan “liburan lebaran.”
Kita semua juga menyaksikan kegairahan itu di Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu). Tiga daerah yang biasa disebut dengan julukan Malang Raya ini merupakan salah satu “surganya” tempat wisata, dan momentum liburan lebaran Syawal kemarin menjadi penegas bahwa Malang Raya memang memiliki potensi ekonomi wisata dan turunanya.
Jalanan dimana-mana macet, terlebih akses yang menuju tempat wisata, hotel dan penginapan rata-rata penuh. Bahkan antrean di depan pintu loket masuk ke tempat-tempat wisata pun terlihat padat dan tidak terelakan.
Pemerintah mengklaim melalui rilis Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2022 mencapai 5,01 persen secara tahunan (year on year), setelah dua tahun sebelumnya (saat pandemi) ekonomi Indonesia pada kuartal II/2020 minus hingga 5,32 persen.
Banyak pengamat ekonomi menyampaikan bahwa tahun 2022 ini adalah tahun transformasi para pegiat entrepreneurship. Wabah Covid 19 yang berangsur hilang semakin menguatkan bahwa kegairahan masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal dan aktivitas normal semakin terlihat.
Terlebih dengan diberlakukannya kebijakan pemerintah yang merestui orang untuk mudik lebaran, semakin menambah kuat daya produksi mesin ekonomi di tengah-tengah masyarakat sebagai efek samping dari mudik lebaran. Pemerintah bahkan sudah memprediksi jauh hari sebelum mudik lebaran, bahwa akan ada Rp 7,8 Triliun uang yang akan berputar selama lebaran.
Optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia pada beberapa waktu ke depan ini bukan tanpa alasan. Tahun 2023, 2024 dan 2025 Indonesia akan masuk pada fase “general election” yakni hajatan besar masyarakat Indonesia. Ada pemilihan anggota legislatif, pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepada Daerah yang prosesnya akan diselenggarakan sejak tahun 2023 hingga 2025 (dengan asumsi ada sengketa pemilu).
Ada potensi ekonomi yang sangat besar pada fase ini, sebagaimana yang terjadi pada “general election” di tahun-tahun sebelumnya. Model penyelenggaraan pemilu yang tidak berubah dari pemilu lima tahun yang lalu (tahun 2019) akan membawa dampak perekonomian yang luar biasa. Akan ada perputaran uang dalam jumlah besar yang di lakukan oleh para peserta pemilu dan mayoritas masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pemilu dan kampanye.
Tahun ini adalah tahun transformasi bagi para pegiat ekonomi, bagi para pegiat UMKM untuk kembali menyongsong kemakmuran bisnis dan ekonominya. Suasana perekonomian yang kembali bergairah harus dimaknai dengan cepat dan cermat bagi setiap pelaku UMKM untuk menyambut kegairahan ini dengan suka cita dan gegap gempita.
Hari ini adalah fase bagi para pegiat ekonomi dan bisnis untuk kembali bangkit, untuk kembali menata dan “mendesign” ulang kemakmurannya menyambut fase dunia yang kembali bergairah. Oleh karenanya, para pegiat UMKM harus memahami bahwa untuk membangun bisnis dan aktivitas ekonomi yang berkelanjutan (sustainability) setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan.
Pertama, Produk yang diterima oleh pasar. Pandemi yang berlangsung kurang lebih dua tahun kemarin menjadi sebuah ujian berharga bagi kita akan kesiapan dan ketahanan setiap pelaku bisnis. Di samping itu, perubahan zaman yang begitu cepat dan perubahan “customer behaviour” yang susah diprediksi menuntut kita semua untuk memiliki kemampuan beradaptasi dengan cepat agar produk yang kita miliki selalu diterima dan dibutuhkan oleh pasar.
Produk yang “available dan acceptable” oleh pasar adalah produk yang memiliki “value” alias nilai unggul seiring dengan perubahan zaman dan permintaan customer. Oleh karena itu, tugas pertama dari seorang pelaku UMKM adalah memastikan produknya diterima oleh pasar dan menciptakan value-value baru bagi produknya sesuai dengan pergeseran behaviour customer.
Kedua, Memahami peta perubahan dan permintaan pasar. Pemahaman para pegiat UMKM terhadap perubahan dan permintaan pasar sangatlah penting, karena tugas pegiat bisnis adalah harus memastikan dirinya senantiasa berada pada posisi “winning zone” bukan “dumb zone” apalagi “losing zone.”
Winning zone artinya produk kita memang benar-benar dibutuhkan oleh pasar, keberadaannya dicari customer, mereka benar-benar menikmati “value” yang dihasilkan oleh produk kita dan kompetitor tidak bisa atau tidak mampu memiliki “value” sebagaimana “value” yang dimiliki oleh produk kita.
Ketiga, SDM yang siap berdaya saing. Salah satu kunci sukses bisnis adalah terletak pada kesiapan SDM yang ada di dalamnya, kemampuan sebuah produk atau organisasi bisnis untuk tetap hidup secara berkelanjutan sangat ditentukan oleh SDM yang ada untuk beradaptasi dengan terus meningkatkan kapasitas.
“Increasing capability” dan budaya “learning organization” yang dilakukan oleh SDM adalah dua kunci sukses organisasi bisnisagar bisa terus bertumbuh. Persaingan yang semakin ketat, perubahan pasar yang susah diprediksi dan perubahan “life style” customer yang luar biasa menuntut agar setiap individu yang ada untuk belajar dan bisa beradaptasi.
Keempat, Busines owner mentality dan leadership. Dunia entrepreneurship adalah permainan tak bertepi atau “infinite game”, dalam perjalanannya kita akan selalu dihadapkan pada tantangan, rintangan, risiko dan ketidakpastian. Oleh karenanya, mentalitas dan leadership merupakan komponen fundamental yang harus dimiliki oleh setiap pelaku bisnis.
Dunia baru telah kembali, masa depan baru berada sudah di depan mata, oleh karena itu kita semua para pegiat UMKM harus menyongsong kebangkitan ekonomi dan kemakmuran dengan penuh optimisme dan kegairahan.(*)